Surat Terbuka dari PDUI untuk Jokowi: Satu Dokter Mati, Bertahun-tahun Cari Penggantinya

Surat terbuka untuk Jokowi dari Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI) soal penanganan Corona di Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 11 Apr 2020, 12:52 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2020, 08:55 WIB
Jokowi Buka Raker Kementerian Perdagangan 2020
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Bocor sebuah surat 'terbuka' dari Perhimpunan Dokter Umum Indonesia untuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi.

Surat tersebut berjudul Negaraku Jangan Kalah, yang ditulis di Jakarta, 10 April 2020.

Ada pun inti dari surat itu, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia menyoroti bagaimana pemerintah pusat menyelesaikan permasalahan Corona COVID-19 yang tengah mewabah di Indonesia.

Menurut PDUI, semakin hari jumlah kasus konfirmasi dan yang meninggal akibat terjangkit Virus Corona bertambah terus. Sebaran penyakit pun kian merata dan meluas hingga pelosok. Per Jumat, 10 April 2020, kasus positif sudah tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

"Lupakan perkatan menterimu bahwa Corona penyakit yang sembuh sendiri. Lupakan ucapan menterimu bahwa harga APD tinggi karena 'salahmu kok beli'," tulis PDUI.

"Lupakan janji menterimu bahwa pada 31 Maret 2020 ada 4,7 juta masker produksi BUMN siap disebar ke seluruh negeri, yang belakangan diakui belum ada BUMN produksi APD," lanjutnya.

 

Isi Lengkap Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi

Jokowi Minta Kementerian Arahkan Program Dukung Penanganan Corona
Presiden Joko Widodo melakukan video teleconference dengan Kabinet Indonesia Maju di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Jokowi menginstruksikan percepatan agenda kerja semua kementerian. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Yang Mulia Bapak Presiden

Lihat setiap hari berapa banyak rakyat negeri ini mati. Lihat berapa banyak rakyat negeri ini yang terbaring sesak di ruang isolasi tanpa bisa ditunggui sanak famili. Lihat berapa banyak setiap hari pertambahan kasus konfirmasi, hanya dari yang diseleksi untuk dilakukan tes konfirmasi.

Sementara di sana-sini masih banyak yang menunggu dijadwalkan tes, masih belum ada dacron swab dan VTM, dengan kondisi yang penuh iba, dengan kondisi yang sengsara, dengan kondisi yang terbaring sendiri tanpa didampingi anggota keluarganya. Entah sampai berpisah atau semoga bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

Lihat di sana-sini, di seluruh pelosok negeri ini, ratusan ribu dokter dan tenaga kesehatan resah, susah, gundah, gelisah, dan marah karena APD makin langka, harganya makin menggila. Sementara nurani mereka terusik, tidak tega menyaksikan pasiennya penuh harap dalam derita tiada tara. Haruskah mereka bertaruh nyawa dengan APD seadanya? Mereka melawan musuh yang tidak kelihatan dengan balutan plastik yang sama dengan yang pernah Yang Mulia Bapak Presiden kenakan saat puluhan kamera mengabadikan bapak di tengah rinai hujan. Ya, dengan memakai plastik jas hujan saja.

Lihatlah jumlah sejawat kami para dokter yang meninggal dunia sudah lebih dari 30 orang. Sampai berapa lagi yang harus dijumlahkan dalam daftar kematian yang mengenaskan ini? Satu saja dari para dokter mati, perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan pengganti. Beda dengan menteri-menteri yang bapak miliki, satu saja mati, esok hari berbondong yang mengajukan diri.

Yang Mulia Bapak Presiden

Lakukan … lakukan …. lakukanlah amanat di pundakmu sebagai Presiden di negeri ini. Jalankan … jalankan … jalankanlah bunyi pasal-pasal Undang-undang Dasar negara ini. Itu amanah yang engkau minta ada di pundakmu. Ini beban yang Engkau minta diletakan di punggungmu. Jangan kau tumpahkan kepada rakyatmu, jangan kau biarkan membebani derita negerimu.

Gunakan kepalan tanganmu, gunakan ujung telunjukmu, gunakan suara kerasmu. Perintahkan paramenterimu, aparatmu, jenderalmu, TNI dan Polisi yang ada di kendalimu. Kuasai seluruh negeri ini, atur hingga ke pelosok negeri ini, perintahkan seluruh rakyatmu.

APD harganya melangit, mencekik dan menjerat, langka tapi faktanya ada. Ada, iya ada. Tapi ada nan tega menjual dengan harga yang fantastis, ada yang tega mengambil laba luar biasa di kala duka, ada yang tega mengiris saudaranya di tengah krisis.

Negaraku hadirlah, kuasai seluruh cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Beli seluruh produksi dari pabrik yang yang ada di seluruh pelosok negeri ini. Datangkan sebanyak-banyaknya dari luar negeri.

Kuasai semuanya, bagikan untuk sebesar-besar kemanfaatan bagi rakyatmu. Tegakan hukum, jeratlah dengan hukum pada siapa saja yang menjual APD dengan harga tinggi, gunakan banyak Undang-Undang untuk menghadang tindakan mereka. Wahai negaraku, lawanlah, perkasalah. Janganlah Negaraku KALAH.

Yang Mulia Bapak Presiden

Raihlah tangan-tangan rakyatmu yang memohon pertolongan, mereka yang menunggu uluran tali di tengah derasnya arus sebaran Covid-19 yang mematikan. Lemparlah sebanyak-banyaknya tali, selamatkan dengan jaring-jaring dan angkatlah mereka dari kemalangan dan kedukaan ini.

Lakukanlah sebanyak-banyaknya tes antigen corona virus, temukan sebanyak-banyaknya rakyatmu yang terpapar virus corona, amankan, ambil dan lakukanlah layanan kesehatan yang sesuai standar.

Siapkanlah sebanyak-banyaknya Rumah Sakit, sehingga tidak akan ada satu orang pun yang kesulitan mencari rumah sakit hingga terkapar tak terobati. Jangan ada di kemudian hari di kedukaan abad ini akan mencatat namamu sebagai pemimpin yang terlena dan tak berdaya mengahadapi corona. Jangan ada cerita pada cucu cicitmu nanti, negara ini kalah di kala dipimpin kakek buyutnya yang tak siaga melawan corona.

Dari Komunitas Warga Negara Indonesia bernama

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI)

Surat terbuka ini ditandantangani Ketua Umum PDUI, Dr. Abraham Andi Padlan Patarai, M.Kes.

Catatan : Sampai saat ini Health Liputan6.com masih menelusuri kebenaran dari surat terbuka ini.

Simak Video Menarik Berikut Ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya