Dampak Pandemi, ODHA Kesulitan Akses Obat dan Layanan Kesehatan

Jaringan Indonesia Positif mengungkapkan beberapa masalah terkait pandemi COVID-19 yang berdampak pada layanan kesehatan HIV/AIDS di tanah air

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Jul 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2020, 20:00 WIB
HIV/AIDS
HIV/AIDS (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi juga berdampak pada terganggunya pelayanan kesehatan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Tidak hanya secara global tetapi juga di Tanah Air.

Timotius Hadi dari Jaringan Indonesia Positif mengatakan, di beberapa daerah di luar Jakarta, ada beberapa permasalahan yang cukup berdampak bagi layanan ODHA akibat pandemi COVID-19.

"Di Jakarta memang tidak terlalu banyak permasalahan yang muncul, tetapi di beberapa daerah cukup berdampak," ujarnya dalam siaran bincang-bincang dari Graha BNPB, Jakarta pada Jumat (10/7/2020).

Timotius mengatakan, beberapa waktu yang lalu sempat ada kekosongan obat ARV meski situasinya sudah berangsur normal.

"Tapi di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Sukabumi itu masih kosong, itu masih sulit," ujarnya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Dampak Ekonomi dan Akses Yankes

Hari HIV/Aids Dunia 2019/Pixabay geralt
Hari HIV/Aids Dunia 2019/Pixabay geralt

Masalah lain yang dihadapi adalah soal keamanan saat pergi ke layanan kesehatan. Timotius mengatakan ada beberapa ODHA yang harus berulang kali ke puskesmas.

"Jadi dijatah obatnya misalnya dua minggu, jadi selama satu bulan harus kembali dua kali kunjungan. Kalau di Jakarta enaknya kan resepnya dibuat dua bulan, tapi kalau teman-teman di daerah itu kesulitan," ujarnya.

Kondisi perekonomian yang juga terganggu membuat banyak ODHA yang mengalami masalah keuangan dan berdampak berupa kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan.

"Dalam artian ini juga karena penghasilan mereka hilang, bisa diartikan bahwa mereka dalam kondisi psikologis dan kesehatan yang kurang baik," ujarnya. Padahal, ODHA merupakan salah satu kelompok rentan tertular COVID-19 karena gangguan imunitas.

Dalam kesempatan yang sama, Wiendra Waworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa apabila daerah mengalami kekurangan stok obat ARV, masalah tersebut bisa disampaikan ke dinas kesehatan di daerahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya