Teliti Vaksin COVID-19, LBM Eijkman: Bikin Pondasi Bagian Paling Sulit

LBM Eijkman mengatakan bahwa saat ini, pengembangan vaksin COVID-19 yang mereka lakukan masih berada di 20 hingga 30 persen

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jul 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2020, 10:00 WIB
20160628-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM Eijkman) Amin Soebandrio mengungkapkan bahwa hingga saat ini, penelitian terkait vaksin COVID-19 yang mereka lakukan masih berada di sekitar 20 hingga 30 persen.

Hal ini disampaikan Amin dalam konferensi pers peresmian pengoperasian COBAS 6800 di LBM Eijkman, Jakarta kemarin (16/7) sore, yang juga diselenggarakan secara virtual.

"20 sampai 30 persen itu adalah pondasinya. Artinya kalau kita bikin rumah, pondasinya dulu kita selesaikan dan itu bagian paling sulit," kata Amin, ditulis Jumat (17/7/2020).

Amin mengatakan, apabila pembuatan pondasi ini bisa dilewati dengan baik maka tahapan pengembangan vaksin COVID-19 selanjutnya bisa dijalankan dengan lebih mudah.

Dalam penjelasannya, tahap ini berupa pengembangan protein rekombinan yang nantinya disiapkan untuk diberikan ke hewan.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Akan Diuji ke Hewan Terlebih Dahulu

Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio (kanan) dalam sebuah diskusi terkait COVID-19 di kantor Ikatan Dokter Indonesia pada Jumat (13/3/2020) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio (kanan) dalam sebuah diskusi terkait COVID-19 di kantor Ikatan Dokter Indonesia pada Jumat (13/3/2020) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Amin menjelaskan bahwa peneliti di Eijkman sudah melakukan amplifikasi bagian spike S dan N dari virus SARS-CoV-2.

"Itu prosesnya cukup membutuhkan waktu dan teman-teman peneliti di Eijkman sudah berhasil mengamplifikasi gen S dan gen kemudian diperbanyak dan saat ini sedang dimasukkan ke dalam sel mamalia," kata Amin.

Dari proses tersebut, nantinya para peneliti akan mendapatkan protein rekombinan yang akan diuji lebih lanjut apakah dia bisa merangsang respon imun.

"Awalnya akan diuji pada hewan kecil, kemudian hewan yang lebih besar. Baru kemudian kita evaluasi, kalau sudah bagus kita akan serahkan ke industri."

LBM Eijkman sendiri mendapat tugas memimpin konsorsium vaksin khususnya vaksin merah putih yang pengembangannya dilakukan di Indonesia dengan platform protein rekombinan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya