Hingga 19 Juli, Ada 7.008 Kasus COVID-19 pada Anak

Pandemi COVID-19 membuat anak ada yang tertular penyakit ini. Lalu, ada juga yang mengalami stres menjalani hari-hari di rumah terus.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Jul 2020, 21:25 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2020, 16:00 WIB
anak sakit
ilustrasi anak demam/copyright Shutterstock

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan RI, Fidiansjah menyampaikan data terkait pasien anak yang terinfeksi COVID-19.

Mengutip data Satuan Tugas COVID-19, ia menyebutkan total anak Indonesia sebanyak 79,5 juta anak. Sementara, tren infeksi COVID-19 per harinya lebih dari 100 anak.

Hingga 19 Juli 2020, 8,1 persen kasus positif terjadi pada anak atau sama dengan 7.008 kasus. Sekitar 8,6 persen dirawat, 8,3 persen sembuh, dan 1,6 persen meninggal.

Terkait kesehatan jiwa anak, selama proses belajar daring di masa pandemi COVID-19 hanya ada 68 persen anak yang memiliki akses.  Berarti 32 persen tidak mendapatkan sarana tersebut dan dampaknya dia harus mengalami proses belajar sendiri.

Sedang, 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar, 30 persen sulit memahami pelajaran, dan 21 persen anak tidak memahami instruksi guru.

“Hal ini meningkatkan potensi psikososial. 47 persen anak merasa bosan tinggal di rumah, 35 persen khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen anak merasa tidak aman, 11 persen mengalami kekerasan fisik, 62 persen anak mendapatkan kekerasan verbal,” ujarnya dalam konferensi pers BNPB, Senin (20/7/2020).

“34 persen anak takut terkena penyakit termasuk COVID-19, 20 persen anak merindukan teman-temannya, dan 10 persen anak khawatir terkait penghasilan orangtua dan kekurangan makan.”

Simak Video Berikut Ini:

Dampak Pada Kesehatan Jiwa Anak

Pemerhati Kesehatan Jiwa Anak UNICEF, Ali Aulia Ramli mengatakan bahwa situasi isolasi akibat COVID-19 dapat memberikan berbagai dampak pada anak dan remaja.

“Salah satu dampak pandemi ini adalah tekanan bagi anak-anak. Termasuk rasa takut yang berlebihan karena diceritakan tentang pandemi ini dan dampaknya,” ujar Ali dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, kebosanan yang dirasakan anak karena lama tidak bertemu teman-temannya adalah dampak yang wajar bagi anak di masa pandemi, tambahnya.

Selain bosan, hal lebih serius yang dapat dialami anak dan remaja adalah depresi karena situasi isolasi. Ia berharap hal ini tidak berlangsung lama dan anak dapat pulih serta merasa tidak terganggu dengan keadaan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya