Efektivitas dan Faktor Keamanan Jadi Pertimbangan Saat Uji Klinis Vaksin

Peneliti dari LIPI mengatakan bahwa dua hal terkait keamanan yang harus dilihat dalam sebuah uji klinis vaksin adalah dosis dan efek samping

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Jul 2020, 15:53 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2020, 15:00 WIB
20160629-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Selain efektivitas, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wien Kusharyoto mengatakan bahwa salah satu faktor yang dilihat dalam sebuah uji klinis vaksin adalah soal keamanan.

"Keamanan ini terkait dengan efek samping," kata Wien dalam temu media daring pada Selasa kemarin, ditulis Rabu (29/7/2020).

"Efek sampingnya paling tidak ringan artinya seseorang tidak merasakan sendiri efek sampingnya itu atau efek samping sedang," ujarnya.

Umumnya setelah vaksinasi, efek samping sedang yang mungkin dialami seperti bengkak di tempat penyuntikan, nyeri, atau kemerahan. Sementara untuk efek pasca vaksinasi yang terjadi pada tubuh seperti sakit kepala, demam ringan, atau muntah dan sedikit diare.

"Kira-kira jenis-jenis efek samping seperti itulah yang masih bisa ditolerir," ujarnya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Dosis dan Efek Samping

20160628-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Wien mengungkapkan, efek samping juga bisa dipengaruhi salah satunya oleh dosis yang diberikan pada pasien. Salah satu contohnya terlihat dalam studi vaksin COVID-19 yang dilakukan oleh University of Oxford dan AstraZeneca di Inggris.

"Dosis yang lebih tinggi ternyata mengakibatkan demam yang relatif tinggi dan pada saat itu dipastikan bahwa efek samping tersebut tidak bisa ditolerir. Akhirnya dicari dosis lain yang lebih rendah namun tetap dapat memicu munculnya respon kekebalan yang memadai."

Wien mengungkapkan bahwa dulu, pengembangan sebuah vaksin RSV (Respiratory syncytial virus) sempat terhambat karena dalam uji klinisnya, ada sukarelawan yang malah mengalami sakit lebih parah usai divaksin dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan plasebo.

"Seperti itu yang tidak kita harapkan," kata Wien. "Jadi dosis dan juga efek sampingnya tetap harus bisa ditolerir. Dalam hal ini yang akan memastikan adalah dokter."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya