Liputan6.com, Jakarta Data penyebaran virus Corona penyebab COVID-19 di Indonesia menunjukkan penambahan kasus yang mengejutkan pada 3 Desember 2020. Ada penambahan 8.369 kasus positif Corona baru pada hari itu, menjadikannya tertinggi sejak Maret 2020.
Lonjakan kasus positif harian ini pun telah tampak dalam sepekan terakhir. Pada 29 November 2020, data harian yang disajikan Satgas COVID-19 menunjukkan tambahan 6.267 kasus baru di Indonesia.
Baca Juga
Mengenai lonjakan kasus baru COVID-19, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan ada dua penyebabnya.
Advertisement
Pertama, tingkat penularan yang masih tinggi serta sinkronisasi data antara pusat dan daerah. Menurutnya, peningkatan kasus cenderung terjadi usai adanya suatu event penting, seperti libur panjang. Wiku mencontohkan tiga momen libur panjang yakni saat Lebaran, Hari Kemerdekaan RI, serta pada penghujung Oktober dan awal November.
"Semua itu menimbulkan kenaikan kasus pada 10 sampai 14 hari kemudian dan bisa bertahan 1-2 minggu selanjutnya. Naiknya antara 50 sampai lebih dari 100 persen. Selalu polanya seperti itu," tutur Wiku dalam talkshow di Graha BNPB yang disiarkan langsung secara daring, Jumat (4/12/2020).
Wiku tak memungkiri bahwa peningkatan jumlah kasus juga berkaitan dengan banyaknya testing yang dilakukan. Hanya saja, meski testing yang dilakukan masif, jumlah kasus positif akan sedikit jika penularan sedikit.
"Kalau ditesting banyak dan angkanya naik terus, berarti penularannya tinggi. Jadi kalau kita tidak melakukan pencegahan penularan melalui (protokol kesehatan) 3M, berapa pun mau dites akan positif," jelasnya.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Protokol Kesehatan Kendur dan Sinkronisasi Data
Sementara itu, hasil analisis Satgas COVID-19 menunjukkan, perilaku masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 3M, terutama untuk penggunaan masker dan menjaga jarak, cenderung turun setiap kali sesudah libur panjang.
"Kasusnya pasti sangat tinggi. Jadi kembali lagi pada kunci perilaku itu penting sekali."
Menyoal sinkronisasi data antara daerah dan pusat, Wiku mengatakan, ada beberapa daerah yang kesulitan memasukkan data sehingga yang dilaporkan terakumulasi. Salah satu contohnya adalah Papua yang sejak 19 November hingga kemarin baru memasukkan data. Kendala yang dialami Papua itu menyebabkannya seolah menjadi provinsi yang tertinggi melaporkan penambahan kasus harian pada 3 Desember 2020.
Wiku menyebut, mengintegrasikan seluruh data hasil tes dan melaporkannya secara real time perlu waktu mengingat Indonesia merupakan negara besar, baik dilihat dari segi jumlah penduduk serta geografis.
Pentingnya testing dalam strategi pengendalian COVID-19 suatu negara juga dijelaskan oleh Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah. Tujuan dari testing atau pengujian di masyarakat adalah untuk identifikasi individu yang tertular, mengisolasi, dan mencegah penyebaran yang lebih luas dengan penelusuran kontak.
"Pertama, karena COVID-19 ini adalah sebuah penyakit yang sangat cepat menular. Kita harus paham karakteristiknya COVID-19 ini cepat menular. Kalau misalnya penularan terus terjadi tapi orang yang tertular juga tidak tahu dia tertular, ini dikhawatirkan akan dapat semakin meningkatkan angka orang yang terinfeksi (menjadi) tinggi sekali," jelas Dewi dalam talkshow di Graha BNPB, Rabu (2/12/2020).
Semua juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM), waktu, serta sarana dan prasarana pendukungnya, dalam hal ini alat penunjang kinerja laboratorium. Faktanya, tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi persyaratan untuk dijadikan pemeriksaan COVID-19. Saat ini Litbangkes mencatat ada 466 laboratorium di seluruh Indonesia yang masuk dalam jejaring pemeriksaan COVID-19. Ke-466 laboratorium tersebut berada di bawah 11 kementerian dan lembaga.
Â
Advertisement