Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19 Sinovac yang bernama CoronaVac untuk lansia pada 5 Februari 2021.
Seperti diketahui, lansia menjadi salah satu fokus penerima vaksin karena kondisinya yang rentan terpapar virus Corona COVID-19. Sejumlah negara seperti Amerika dan Inggris bahkan memprioritaskan penggunaan vaksin COVID-19 pada lansia lebih dulu.
Baca Juga
Di Indonesia, lansia menjadi prioritas setelah tenaga kesehatan. Sebab seiring bertambahnya usia, maka risiko penyakit parah ditambah COVID-19 bisa menimbulkan kondisi medis parah.
Advertisement
Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan, di luar negeri tahapan vaksinasi setelah tenaga kesehatan adalah lansia, atau juga ada yang berbarengan (tenaga kesehatan sekaligus lansia) karena memang risiko COVID-19 pada lansia bisa menjadi fatal.
"Kalau tenaga kesehatan berisiko COVID-19 karena sering terpapar. Kalau lansia risikonya fatal. Dari 10 persen lansia yang terkena COVID-19 di Indonesia, 50 persennya meninggal," katanya dalam konferensi pers virtual, ditulis Senin (8/2/2021).
Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5
Simak Video Berikut Ini:
Efek Samping Vaksin COVID-19 pada lansia
Seperti dimuat laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), para ahli menyebut bahwa orang yang berusia 50-an memiliki risiko tinggi menderita penyakit parah daripada usia 40-an. Begitu pula pada orang berusia 60-70an. Sementara risiko terbesar untuk penyakit parah akibat COVID-19 ini adalah mereka yang berusia 85 tahun ke atas.
Para lansia yang terkena COVID-19 ini cenderung memerlukan:
- Rawat Inap
- Perawatan Intensif
- Ventilator untuk membantu pernapasan
CDC mencatat, perbandingan rawat inap lansia 65 tahun-74 tahun 5 kali lebih tinggi dengan risiko kematian 90 kali lipat. Sedangkan lansia berusia 85 tahun ke atas, 13 kali lebih tinggi dirawat di rumah sakit dengan risiko kematian 630 kali lipat.
Faktor lain juga dapat meningkatkan risiko penyakit parah, seperti kondisi medis bawaan. Jadi cara terbaik untuk mengurangi risiko tersebut adalah melindungi diri dengan protokol kesehatan.
Seberapa aman vaksin COVID-19 untuk lansia dan apa efek sampingnya?
Seperti semua obat-obatan, tidak ada vaksin yang sepenuhnya efektif. Vaksin juga dapat menyebabkan efek samping. Meski sebagian besar bersifat ringan dan berjangka pendek, dan tidak semua orang mengalaminya.
Kepala Badan POM Penny Lukito mengungkap bahwa dari uji klinik fase 1 dan 2 di China yang melibatkan subjek lansia sebanyak sekitar 400 orang, menunjukkan vaksin CoronaVac yang diberikan dalam 2 dosis vaksin dengan jarak 28 hari memberi hasil imunogenisitas yang baik, yaitu dengan seroconversion rate setelah 28 hari pemberian dosis kedua adalah 97,96% dan keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, serta tidak ada efek samping serius derajat 3 yang dilaporkan akibat pemberian vaksin.
Sementara dari hasil uji klinik fase 3 di Brasil dengan subjek lansia sebanyak 600 orang, diperoleh hasil bahwa pemberian vaksin CoronaVac pada kelompok usia 60 tahun ke atas aman, tidak ada kematian dan efek samping serius derajat 3 yang dilaporkan.
“Efek samping yang umum terjadi berdasarkan uji klinik yang dilakukan, antara lain nyeri pada tempat penyuntikan, mual, demam, bengkak, kemerahan pada kulit sebesar 1,19%, dan sakit kepala sebesar 1,19%”, katanya, melalui keterangan pers, Minggu (7/2/2021).
BPOM juga, kata Penny, telah menerbitkan EUA (penggunaan darurat) vaksin CoronaVac untuk usia 60 tahun ke atas, dengan 2 dosis suntikan vaksin yang diberikan dalam selang waktu 28 hari.
Namun, mengingat populasi lansia merupakan populasi berisiko tinggi, maka pemberian vaksin harus dilakukan secara hati-hati. Kelompok lansia cenderung memiliki berbagai penyakit penyerta atau komorbid yang harus diperhatikan dalam penggunaan vaksin ini. “Oleh karena itu, proses skrining menjadi sangat kritikal sebelum dokter memutuskan untuk memberikan persetujuan vaksinasi,” tegas Kepala Badan POM.
“Badan POM telah mengeluarkan Informasi untuk tenaga kesehatan (Fact Sheet) yang dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan vaksinator dalam melakukan skrining sebelum pelaksanaan vaksinasi”, pungkas Penny.
Advertisement