Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, sebagian besar mutasi virus Corona tidak mengubah efektivitas vaksin COVID-19 secara signifikan. Kabar ini disampaikan seiring temuan varian virus Corona baru B117 dari Inggris di Indonesia.
"Namun, berita baik buat kita semua, sebagian besar mutasi (virus Corona) tidak secara material mengubah virulensi atau kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit," ujar Wiku saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 4 Maret 2021.
"Begitu juga (tak mengubah) efektivitas vaksin secara signifikan."
Advertisement
Lebih lanjut, Wiku menjelaskan, istilah mutasi dan varian virus yang perlu dipahami masyarakat. Mutasi adalah proses terjadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri, sehingga bentuk virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain.
Varian adalah virus yang dihasilkan dari mutasi Corona. Jika varian pun menunjukkan sifat fisik yang baik, jelas maupun samar, dan berbeda dengan virus aslinya, maka varian dinamakan strain.
Tujuan virus bermutasi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Terkadang virus dapat muncul dan bertahan, tapi juga dapat muncul lalu menghilang. Ini karena tidak mampu menyesuaikan diri di lingkungan.
Pengaruh mutasi atau munculnya varian baru ini kerap ditanyakan berkaitan dengan efektivitas vaksin COVID-19.
"Perlu diingat, semakin sedikit keberadaan mutasi virus Corona, semakin efektif vaksin COVID-19 yang sedang kita kembangkan bekerja dengan baik," terang Wiku.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Jenis Varian Virus Corona yang Ditemukan di Dunia
Ada beberapa varian virus Corona yang sudah ditemukan menyebar secara global ssejak ditemukan kasus Corona COVID-19 di Wuhan, Tiongkok.
"Sampai sekarang, varian virus Corona yang ditemukan, di antaranya B117 dari Inggris, B1351 di wilayah Afrika Selatan, yang merupakan mutasi dari virus Corona B117 tadi, serta P1 di Brasil," sebut Wiku Adisasmito.
Demi mengamati dinamika persebaran virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19, para peneliti dunia, termasuk Indonesia meneliti perkembangan virusnya. Fokus utama yang diteliti adalah perubahan spike atau protein yang akan menempel pada reseptor sel tubuh virus untuk memperbanyak diri.
"Sampai saat ini, menurut hasil temuan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, jumlah Whole Genome Sequence (WGS) yang dilaporkan oleh Indonesia berjumlah 495 dengan 471 di antaranya WGS yang komplit," terang Wiku.
"Ini termasuk laporan varian D614G yang sudah ditemukan di Indonesia sejak April 2020 hingga Februari 2021. Seluruh WGS yang dilaporkan (mayoritas) bervarian D614G."
Sementara itu, data pelaporan WGS terbaru oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan menunjukkan, ada dua WGS yang memiliki varian virus Corona B117 dari sampel yang diambil pada Februari 2021.
Advertisement