Henti Napas Saat Tidur Bisa Berakibat Fatal, Dokter Ungkap Pencegahannya

Studi tahun 2010 yang dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, menunjukkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko penyakit store dua hingga 3 kali lebih besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 08:00 WIB
Gambar Ilustrasi Seorang Laki-Laki Mendengkur Saat Tidur
Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan pernapasan saat tidur dapat mengarah pada henti napas. Apabila terjadi henti napas ketika tidur, efeknya dapat membuat tubuh mengalami penurunan kadar oksigen. Inilah yang disebut sebagai OSA (Obstructive Sleep Apnea).

Kondisi henti napas ini akan mengakibatkan tubuh menjadi stres dan memberikan reaksi. Salah satunya jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah mengalami penyempitan.

Studi tahun 2010 yang dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, menunjukkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko penyakit storke dua hingga 3 kali lebih besar.

Sejalan dengan penemuan itu, mundur beberapa tahun ke belakang juga telah ditemukan hal serupa. Yakni studi tahun 2007 yang dilakukan oleh Yale School of Medicine mengingatkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau kematian sebesar 30 persen dalam periode waktu 45 tahun kemudian.

Temuan ini diperkuat dengan hasil studi terbaru tahun 2013 yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology mengatakan bahwa penderita OSA memiliki risiko tinggi kematian akibat komplikasi jantung. Penelitian ini juga menemukan bahwa OSA dapat meningkatkan kematian akibat serangan jantung.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Pengobatan OSA

OSA dapat diobati melalui terapi non bedah dan pembedahan medis. Pada terapi non bedah dilakukan modifikasi gaya hidup, melalui penurunan berat badan, menghindari konsumsi alkohol, menghindari konsumsi obat penenang, dan menghindari merokok.

“Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki tonus otot saluran pernapasan atas dan mekanisme pernapasan,” ujar dokter Fauziah, di acara Webinar Awam: World Sleep Day - Edukasi Tidur, pada Jumat (19/03/2021).

Terapi non bedah untuk pengobaan OSA juga dilakukan dengan menggunakan alat bantu pernapasan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dan pemberian obat sesuai gejala.

Apabila pengobatan melalui terapi non bedah gagal dilakukan maka jalan selanjutnya adalah dilakukannya pembedahan.

“Pembedahan ini bertujuan untuk memperbaiki ketidaknormalan struktur anatomi pada saluran pernapasan atas,” pungkas dokter Fauziah.

 

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

Infografis Seputar Jantung

Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya