Atasi Pandemi COVID-19, Komunikasi Krisis Perlu Terus Dilakukan

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI) Robiana Modjo menyampaikan bahwa pengusaha dan pekerjanya perlu patuh melaksanakan protokol kesehatan sebagai bentuk komunikasi krisis.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2021, 06:00 WIB
Jakarta Bebas Zona Merah Sepekan Terakhir
Aktivitas warga di kawasan Petogogan, Jakarta, Selasa (2/03/2021). Data 21 Februari 2021, DKI Jakarta berhasil keluar dari zona merah Covid-19 yang dilaporkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui covid19.go.id, pada Selasa (2/3/2021) dan diperbarui secara mingguan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Komunikasi krisis terkait pencegahan penularan COVID-19 perlu terus dilakukan. Ketua Umum Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI) Robiana Modjo menyampaikan bahwa pengusaha dan pekerjanya perlu patuh melaksanakan protokol kesehatan sebagai bentuk komunikasi krisis.

Dalam pemaparannya di webinar Tantangan Komunikasi Publik dalam Sukseskan Vaksinasi COVID-19 Jumat (9/4/2021), Robiana menyampaikan bentuk komunikasi lainnya ialah pembuatan poster ataupun video informatif. Hal tersebut juga merupakan tindakan promotif yang dapat dilakukan.

Sementara tindakan preventif yang bisa dilakukan seperti pembuatan surat edaran, pemeriksaan kesehatan, rapid test, ataupun penerapan protokol kesehatan. "Barangkali ini best practice di tempat kerja secara promotif dan preventif karena lebih murah dilakukan," kata Robiana.

Ia juga mengungkapkan bahwa penerapan protokol kesehatan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko terpapar COVID-19 hingga 35 persen dan pemakaian masker biasa dapat menurunkan risiko hingga 45 persen.

“Ketika menggunakan masker bedah bisa sampai 70 persen dan jika dikombinasikan dengan menjaga jarak minimal 1 meter bisa sampai 85 persen,” jelasnya.

“Hal-hal ini perlu dikomunikasikan sehingga masyarakat lebih aware, lebih pandai sehingga kita bisa tekan angka penambahan COVID-19,” tegasnya.

Simak Juga Video Berikut

Vaksin Sebagai Pengendali Primer

Realisasikan Target 1 Juta Vaksin, Ratusan Karyawan Ritel Ikuti Vaksinasi Covid-19
Petugas medis bersiap melakukan vaksin Covid-19 untuk karyawan ritel di Lippo Plaza Ekalokasari, Bogor, Jabar, Senin (29/03/2021). Layanan vaksinasi karyawan ritel yang berlangsung 2 hari didukung tenaga medis dari RS Siloam Hospitals Bogor dan 3 Puskesmas Kota Bogor. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Dalam penanganan pandemi, vaksin berperan sebagai pengendali primer karena bisa menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Robiana juga menyebut bahwa vaksin dapat memperkuat sistem kesehatan masyarakat secara menyeluruh dengan kekebalan kelompok.

“Target dari Kementerian Kesehatan adalah 181,5 juta penduduk selesai divaksin dalam 300 hari,” ungkap Robiana.

Robiana mengingatkan bahwa meskipun sudah divaksin, seseorang masih berisiko tertular COVID-19. Seseorang yang sudah divaksin kemudian tertular COVID-19 berpotensi menularkan. Sehingga, disiplin menjalankan protokol kesehatan penting dilakukan.

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya