Varian Omicron Meresahkan, dr Reisa: Jangan Sampai Muncul Varian Pi atau Omega

Varian Omicron berstatus kewaspadaan tinggi atau variant of concern (VoC) oleh WHO

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 01 Des 2021, 17:34 WIB
Diterbitkan 01 Des 2021, 17:34 WIB
Inggris Terapkan Lagi Aturan Wajib Bermasker
Orang-orang berdiri memegang tas belanja di Regent Street di London, Senin (29/11/2021). Di Inggris, kewajiban mengenakan masker akan berlaku lagi di toko-toko dan transportasi umum mulai Selasa menyusul temuan Covid-19 varian Omicron. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 RI, dr Reisa Broto Asmoro berharap bahwa Omicron menjadi varian terakhir dari virus Corona penyebab COVID-19 yang bikin semua orang harus waspada.

Cukup sampai di Omicron dan jangan ada lagi varian lain yang bermunculan. Mengingat penamaan varian-varian tersebut berdasarkan alfabet Yunani.

"Nama-nama yang diberikan memang sesuai alfabet Yunani. Jadi, kita sebaiknya bertekad agar Omicron jadi alfabet terakhir dari abjad Yunani yang menjadi perhatian serius kita," kata Reisa saat menyampaikan Siaran Pers PPKM melalui saluran kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Rabu, 1 Desember 2021.

Oleh sebab itu, Reisa mengingatkan semuanya bahwa pandemi COVID-19 belum benar-benar selesai. Sehingga tidak ada alasan untuk mengendurkan protokol kesehatan.

"Mari kita berupaya keras agar tidak perlu lagi ada yang namanya varian Pi, Ro, Sigma, atau bahkan Omega. Yang membuat kita harus terus waspada tinggi," Reisa menambahkan.

Lebih lanjut Reisa, mengatakan, selain varian Omicron, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi varian-varian lain yang wajib diperhatikan, di antaranya Alpha, Beta, Gamma, Delta.

Serta delapan varian yang terus diteliti atau termasuk variant of interest (VoI) sejak Mei 2021, seperti Lambda dan Mu.

Dijelaskan Reisa bahwa cara mencegah terjadinya penularan varian Omicron sama dengan varian lainnya, yaitu dengan tetap mempraktikan 5M.

"Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas. Terutama di masa menjelang Natal dan Tahun Baru ini," ujarnya.

Jika Lengah, Varian Omicron Bisa Picu Kenaikan Kasus COVID-19

Walaupun Indonesia belum mendeteksi varian Omicron, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah. Jika lengah, varian Omicron dapat memicu kenaikan kasus COVID-19.

Sejumlah negara di dunia, seperti Afrika Selatan yang melaporkan pertama kali varian Omicron, kasus COVID-19 di sana meledak. Di Italia dan Jerman yang mengkonfirmasi varian Omicron juga tengah meningkat tajam kasus COVID-19.

Di tengah perkembanganan COVID-19 Tanah Air yang terkendali, menurut Wiku Adisasmito, Indonesia juga perlu belajar dari pengalaman menghadapi varian Delta.

Gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021, yang mana varian Delta menyebarluas dengan cepat menjadi pembelajaran berharga.

"Meski hingga saat ini, kasus positif menurun, kita tidak boleh lengah. Belajar dari varian Delta pada periode usai Idulfitri 2021, apabila tidak dipersiapkan dengan baik dan dibiarkan menyebarluas, mobilitas masyarakat yang tinggi, dikhawatirkan jika adanya varian Omicron akan meningkatkan kasus," kata Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 30 November 2021.

"Karenanya, saat ini penularan kasus harus terus ditekan dan tidak dibiarkan menyebarluas di masyarakat," Wiku menambahkan.

Infografis Jurus Indonesia Tangkal Varian Omicron.

Infografis Jurus Indonesia Tangkal Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Indonesia Tangkal Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya