Profesor RSCM: GERD Tidak Sebabkan Kematian

Laura Anna memang bermasalah dengan lambung tapi belum tentu GERD

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 15 Des 2021, 16:31 WIB
Diterbitkan 15 Des 2021, 16:23 WIB
7 potret Laura Anna sebelum kecelakaan
Edelenyi Laura Anna (Foto: Instagram/@edlnlaura)

Liputan6.com, Jakarta - GERD mendadak jadi trending topik Twitter di tengah kabar meninggalnya Selebriti Instagram, Edelenyi Laura Anna pada Rabu, 15 Desember 2021.

Entah siapa yang memulai, tapi kata kunci GERD langsung bermunculan dan tidak sedikit warganet yang menduga bahwa kematian Laura Anna karena penyakit satu ini.

Sahabat Laura Anna, Putri Jimbo mengatakan bahwa sebelum meninggal dunia, mantan kekasih Gaga Muhammad tersebut mengeluh sesak dan asam lambung.

Hal senada diungkap asisten rumah tangga (ART) Laura Anna, Siska, kepada sejumlah wartawan yang mendatangi kediamannya di kawasan Bekasi, Jawa Barat pada Rabu siang, 15 Desember 2021.

"Sempat mengeluh asam lambung," kata Siska. Lantaran sakit yang dirasakan menjadi-jadi, Siska menyebut majikannya sempat dilarikan ke rumah sakit.

Laura Anna sempat mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit. Namun, nyawanya tak tertolong.

Akan tetapi apa sebenarnya penyebab meninggal Laura Anna tidak disebutkan. 

 

Pasien GERD Jadi Paranoid

Gara-gara GERD ramai dibicarakan yang pada akhirnya bikin tak sedikit penderitanya menjadi paranoid, dokter spesialis kesehatan jiwa dari Klinik Psikosomatik Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Tangerang, @mbahndi pun 'turun tangan'.

Melalui akun Twitter pribadinya, dr Andri SPKJ FAPM menulis bahwa GERD seringkali disalahkan sebagai penyebab kematian, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

 

Tim Health Liputan6.com lalu menghubungi Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, sosok yang di-mensyen dr Andri guna menanyakan hal tersebut.

Secara tegas Prof Ari pun mengatakan bahwa GERD tidak menyebabkan kematian. 

"GERD tidak menyebabkan kematian dan GERD bisa disembuhkan," kata Ari.

Dokter Ari pun memberikan sebuah tulisan mengenai GERD, agar para penderitanya tidak ketakutan.

 

Kenali Penyakit GERD

Penyakit GERD kembali menjadi buah bibir ketika penyakit ini dihubungkan dengan meninggalnya seorang selebritis. GERD sebenarnya termasuk penyakit kronis jika penyakit berlanjut memang bisa menyebabkan gangguan pada paru-paru. Tetapi GERD sendiri tidak bisa menyebabkan langsung terjadinya kematian.

Sebenarnya ada dua gejala utama GERD, yaitu nyeri dada dan bisa merasakan rasa panas di dada seperti terbakar (heart burn). Biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit karena ada asam yang naik (regurgitasi).

Dari hasil survei yang kami lakukan melalui media sosial sampai dengan bulan Mei 2015 ini, dari 1.200 sample dengan menggunakan kuisioner GERD (GERD-Q) ternyata kami dapat data lebih dari 50 persen responden kemungkinan mengalami GERD. Penelitian yang kami lakukan beberapa tahun lalu langsung ke masyarakat, kami dapatkan enam persen masyarakat yang menjadi responden kemungkinan menderita GERD.

GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi.

Hal ini terjadi karena asam lambung atau isi lambung yang naik dapat menyebabkan  luka pada dinding dalam kerongkongan awalnya hanya perlukaan, luka yang terjadi bisa makin luas dan bisa menyebabkan penyempitan dari kerongkongan bawah.

Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker. Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi (erosi dental), tenggorokan (faringitis kronis), sinus (sinusitis), pita suara (laringitis), saluran pernafasan bawah (asma) bahkan sampai paru-paru (Fibrosis paru Idiopatik) .

Penyakit GERD sebenarnya bisa dideteksi dengan menggunakan kuisioner GERD. 

Total skor yang didapat dari kuisioner dapat diduga bahwa seseorang tersebut menderita GERD atau tidak: jika nilai <8 maka kemungkinan tidak menderita GERD, jika > atau = 8 kemungkinan menderita GERD.

Kuisioner GERD sendiri terdiri dari  enam pertanyaan. Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan positif adanya GERD yaitu panas dada seperti terbakar (heart burn) dan adanya sesuatu yang balik arah (regurgitasi).

Sedang pertanyaan negatif adalah adanya nyeri ulu hati dan mual. Sedang 2 pertanyaan terakhir dari kuisioner ini adalah gangguan tidur dan obat yang diberikan untuk mengatasi keluhan tersebut. Poin didasarkan dari frekuensi kejadian dari pertanyaan yang ada setiap harinya dalam satu minggu. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita GERD bisa klik tautan berikut https://www.surveymonkey.com/s/gerdq .

 

Tatalaksana GERD

Prinsip utama mengobati pasien GERD adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Tatalaksana penyakit GERD berupa tatalaksana non obat/perubahan gaya hidup dan tatalaksana obat-obatan. Tatalaksana non obat yaitu perubahan gaya hidup.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk tatalaksana non obat, pasien GERD antara lain:

- Menghindari  konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

- Jangan tidur dalam waktu dua jam setelah makan.  Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.

- Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.

- Hindari minum kopi, alkohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD tersebut.

- Hindari makanan yang mengandung coklat dan keju.

- Menghindari stress

- Mengontrol berat badan sampai mencapai berat badan ideal

Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pada pasien yang memang sudah mengalami GERD jika  mengonsumsi daging yang berlebih dan langsung tidur akan menyebabkan timbulnya panas di dada pada empat dari lima kasus GERD.

 

Tatalaksana obat-obatan

Obat yang diberikan terutama obat-obat yang memproduksi asam lambung atau dikenal sebagai anti sekresi asam lambung. Obat-obat kelompok ini terdiri dari dua kelompok obat yaitu penghambat reseptor H2 (antagonist H2 reseptor) antara lain ranitidin, famotidin, nizatidin atau simetidin.

Kelompok kedua yang termasuk obat anti asam yang kuat yaitu penghambat pompa proton seperti omeprazol,lansoprazol, rabeprazol,esomeprazol atau pantoprazol.

Antasida obat penetral asam yang banyak dijual bebas digunakan untuk mengurangi gejala akibat GERD tersebut.

Demikian sekadar informasi mengenai penyakit GERD, penyakit kronis karena asam lambung yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi. Pasien dengan GERD bisa sembuh dengan menghindari faktor pencetus dan mengosumsi obat-obatan sampai tuntas sesuai petunjuk dokter.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya