Liputan6.com, Jakarta Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menerangkan terkait super immunity.
Menurutnya, pada orang yang sembuh dari COVID-19 (penyintas) akan terbentuk antibodi yang disebut imunitas alamiah. Data menunjukkan, jika penyintas COVID-19 mendapat vaksinasi lagi maka imunitasnya akan tumbuh menjadi lebih baik lagi.
Baca Juga
Hasil Lengkap dan Klasemen Sementara Grup C R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026: Timnas Indonesia ke Posisi 3
Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Hari Ini 19 November 2024 Pukul 19.00 WIB
Komentar Pelatih Arab Saudi usai Dihajar Timnas Indonesia 0-2: Akui Skuad Garuda Main Bagus
“Dan inilah yang belakangan ini banyak disebut sebagai super-immunity atau nama lainnya hybrid immunity,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com Selasa (4/1/2021).
Advertisement
Laporan awal penelitian yang disampaikan di Jurnal kesehatan internasional Nature akhir 2021 menunjukkan bahwa serum darah orang dengan super immunity punya kemampuan lebih baik untuk menetralisasi beberapa varian COVID-19. Ini setidaknya lebih baik dari netralisasi pada mereka yang mendapat vaksin tapi sebelumnya tidak pernah sakit.
“Juga pemberian vaksin ketiga atau booster ternyata akan memberi perlindungan sama seperti super-immunity pada mereka yang belum pernah sakit sebelumnya.”
Simak Video Berikut Ini
Tidak Benar-Benar Super
Tjandra mengingatkan, bahwa super immunity bukanlah benar-benar berarti amat super. Dengan kata lain, efektivitasnya dapat berkurang juga.
Walaupun memang ada yang menyebut sebagai hyper-charged immunity. Namun, belum diketahui benar bagaimana dampaknya pada Omicron.
“Perlu dipahami bahwa bukan berarti orang lebih baik sakit COVID-19 kemudian divaksinasi untuk mendapatkan super immunity. Ini pendapat yang salah, karena jatuh sakit seseorang tentu punya berbagai risiko besar bagi kesehatan dan bahkan mungkin juga kehidupan.”
Advertisement
Pesan Utama
Dengan berbagai perkembangan ilmu yang ada, maka pesan utamanya tetaplah jelas, segeralah mendapat vaksinasi yang lengkap, lanjut Tjandra.
Data terakhir sampai 1 Januari 2022 menunjukkan bahwa masih lebih dari 45 persen masyarakat Indonesia yang belum mendapat vaksinasi lengkap. Bahkan masih sekitar 57 persen lanjut usia (lansia) belum mendapat vaksinasi memadai.
“Angka ini harus dikejar dengan segala upaya maksimal kita semua.”
“Lalu, kalau sudah akan ada kemungkinan mendapat vaksin booster maka baik untuk dilakukan, khususnya bagi mereka yang punya risiko lebih tinggi untuk mendapat penyakit COVID-19 dalam berbagai variannya,” tutup Tjandra.
Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi COVID-19
Advertisement