Indonesia Terlibat dalam Misi 100 Hari Pengembangan Vaksin Global

Indonesia ikut andil dalam Misi 100 Hari (100 Days Mission) dalam pengembangan vaksin global.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Mar 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2022, 07:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat berpidato dalam acara 'Global Pandemic Preparedness Summit 2022' yang digelar 7-8 Maret 2022 di Oslo, Norwegia. (Dok Pandemic Action Network)

Liputan6.com, Oslo Indonesia turut serta dalam pengembangan vaksin yang diprakarsai oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)--koalisi yang terdiri atas pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil yang bertujuan mempercepat pengembangan vaksin. Kontribusi ini bertajuk, Misi 100 Hari (100 Days Mission) untuk pengembangan vaksin. 

Dalam acara Global Pandemic Preparedness Summit 2022, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan, Indonesi memberikan sumbangan kepada CEPI sebesar US$ 5 juta atau setara Rp71,6 miliar untuk menyukseskan pengembangan vaksin global.

Upaya pemberian donasi sejalan dengan semangat yang diusung Indonesia pada ajang Presidensi G20 untuk menciptakan arsitektur kesehatan global serta dukungan pembiayaan pandemi, terutama bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah.

“Berkat CEPI, Gavi, WHO dan UNICEF, kami berhasil mengirimkan lebih dari 353 juta vaksin COVID-19 kepada lebih dari 192 juta orang Indonesia dalam 13 bulan. Itu sebabnya, kami percaya bahwa kita harus bekerja sama,” ujar Budi Gunadi di Oslo, Norwegia, ditulis Senin (14/3/2022).

“Indonesia siap berkomitmen pada CEPI. Komitmen kami untuk kebaikan yang lebih besar, untuk tidak meninggalkan siapa pun, dan untuk lebih mempersiapkan dunia melawan pandemi berikutnya dimulai sekarang.”

Global Pandemic Preparedness Summit diselenggarakan oleh CEPI dan Pemerintah Inggris pada 7-8 Maret 2022 di Oslo. Selama pandemi COVID-19, CEPI memprakarsai berbagai program pengembangan vaksin COVID-19.

Pengembangan vaksin COVID-19 juga demi memajukan pembuatan beragam kandidat COVID-19 yang aman dan efektif sekaligus memungkinkan alokasi vaksin secara adil ke seluruh dunia melalui COVAX Facility. Dalam hal ini, kesenjangan akses vaksin antara negara berpenghasilan rendah dan maju bisa teratasi, sehingga seluruh masyarakat di dunia tanpa terkecuali dapat mudah mengakses vaksin.

Suntikan Dana Kesehatan

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri acara 'Global Pandemic Preparedness Summit 2022' yang digelar 7-8 Maret 2022 di Oslo, Norwegia. (Dok Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI)

Budi Gunadi Sadikin menekankan, pentingnya dana darurat dalam pendanaan kesehatan global. Dana kesehatan global nantinya dapat dimanfaatkan setiap negara untuk saling bahu membahu menghadapi pandemi yang tidak terduga kapan terjadi.

Seperti halnya, pandemi COVID-19, sejumlah negara membutuhkan suntikan dana untuk memenuhi kebutuhan kedaruratan kesehatan, di antaranya, pemenuhan alat pelindung diri (APD), oksigen, ventilator sampai vaksin. Bahkan demi kebutuhan vaksin, ada juga negara rela meminjam uang kepada World Bank dan Dana Moneter Internasional (IMF).

“Kami ingin memastikan bahwa dana ini (yang diberikan kepada CEPI) dapat dipergunakan untuk penanggulangan kesehatan darurat, seperti vaksin, terapeutik juga diagnostik,” ucap Menkes Budi Gunadi melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

“Saat ini, warga dunia meminta kita, para pemimpin global, untuk mulai membuat dunia yang lebih baik dan lebih sehat. Tidak hanya untuk kita saja, melainkan untuk anak dan cucu kita.”

Global Pandemic Preparedness Summit 2022 yang digelar di Oslo juga sebagai bentuk komitmen komunitas global bersatu menyukseskan Misi 100 Hari untuk pengembangan vaksin. Misi yang terbilang ambisius ini demi mewujudkan vaksin aman dan efektif yang dibuat dalam 100 hari sejak epidemi atau ancaman pandemi diidentifikasi.

Komitmen yang dijanjikan komunitas global sebesar $1,535 biliun kepada CEPI untuk membantu memulai rencana ambisius organisasi tersebut untuk mengatasi epidemi dan pandemi. Upaya ini diharapkan menyelamatkan jutaan nyawa dan triliunan dolar dalam pengeluaran pembiayaan ekonomi yang hilang akibat terdampak epidemi dan pandemi.

Janji dukungan politik dan keuangan terhadap pengembangan vaksin global juga ditekankan pada gelar acara Global Pandemic Preparedness Summit yang diselenggarakan bersamaan oleh Pemerintah Inggris di London, Inggris pada 7-8 Maret 2022.

Perwakilan lebih dari 20 negara bergabung dengan para pemimpin dari lembaga internasional, sains dan akademisi, industri, filantropi, dan masyarakat sipil untuk menindaklanjuti seputar kesiapsiagaan pandemi, dan membangun momentum penggalangan dana rencana lima tahun CEPI.

Urgensi Investasi Dana kepada CEPI

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat berpidato dalam acara 'Global Pandemic Preparedness Summit 2022' yang digelar 7-8 Maret 2022 di Oslo, Norwegia. (Dok Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI)

Senada dengan Budi Gunadi Sadikin, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, investasi dana kesehatan untuk kemanusiaan terkait membantu negara-negara yang butuh pembiayaan akibat situasi kedaruratan kesehatan.

“Kita di sini untuk memikirkan masa depan, dan bagaimana mencegah, bersiap untuk merespons dengan cepat pandemi di masa depan. Pada saat yang sama, kita harus tetap fokus untuk mengakhiri pandemi COVID-19,” jelasnya.

“Pandemi ini belum berakhir. Saya sering ditanya apa pelajaran dari pandemi. Tentu saja, seperti yang Anda tahu, ada banyak. Beberapa di antaranya, kurangnya investasi dalam kesehatan masyarakat, infodemik misinformasi dan disinformasi, serta hilangnya kepercayaan (terkait penanganan pandemi).”

Tedros menyoroti pelajaran khusus yang berkaitan dengan CEPI. Pertama adalah komitmen terhadap sains dan penelitian. Pandemi telah mengajari kekuatan luar biasa dari pengawasan, genomik, diagnostik, vaksin, dan terapi. Namun juga mengungkap kesenjangan dan kelemahan ekosistem global. 

WHO bekerja dengan Negara-negara Anggota (Member States) dan mitra mengisi beberapa kesenjangan tersebut, termasuk melalui WHO Hub for Epidemic and Pandemic Intelligence di Berlin, Jerman; WHO BioHub System untuk berbagi data patogen di Jenewa, Swiss; dan Global Genomics Surveillance yang akan segera diluncurkan.

“Kami juga menyambut  International Pathogen Surveillance Network yang diprakarsai di bawah Kepresidenan G7 Inggris. Yang jelas, kita juga perlu memperkuat upaya untuk mengembangkan, mengevaluasi, dan mendistribusikan vaksin, tes, dan terapeutik secepat dan seadil mungkin ketika patogen baru muncul,” lanjut Tedros yang turut hadir di Oslo.

“Itulah mengapa saya menyambut baik 100 Days Mission CEPI dan mendesak para donor (negara-negara lain) untuk sepenuhnya mendanai investasi CEPI senilai 3,5 miliar Dolar AS. Saya menantikan kemitraan kita yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih adil.”

Kembali ditekankan, Tedros meminta negara-negara lain ikut andil mendonorkan dana ke CEPI demi percepatan pengembangan vaksin. Menurutnya, dana tersebut belum sebanding dengan kerugian dunia akibat pandemi COVID-19, namun setidaknya membantu.

“Saya dapat berargumen bahwa itu sepadan dengan investasi, dan tolong dukung CEPI. CEPI bekerja sama dengan WHO dan mitra lainnya harus menjadi sebuah komitmen. Komitmen kepada CEPI adalah komitmen terhadap sains,” tutupnya.

Komitmen kepada CEPI adalah komitmen terhadap kesetaraan. Komitmen kepada CEPI adalah komitmen terhadap kemitraan. Dan pembiayaan, pendanaan penuh kita untuk CEPI adalah komitmen menuju masa depan yang lebih baik.”

Lompatan Maju Kehadiran Vaksin COVID-19

Melihat Negara-Negara Uni Eropa Mulai Suntikan Vaksinasi COVID-19
Seorang perawat menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech di Rumah Sakit Santa Maria di Lisbon, Portugal (27/12/2020). Peluncuran vaksin dilakukan ketika kasus strain baru COVID-19 yang lebih menular dikonfirmasi di beberapa negara Eropa serta Kanada dan Jepang. (Xinhua/Pedro Fiuza)

Aspirasi CEPI dengan Misi 100 Hari untuk pengembangan vaksin turut mengantisipasi ‘Penyakit yang Tidak Diketahui’ atau yang dikenal ‘Disease X’ dengan vaksin baru yang dikembangkan hanya 100 hari. Rentang waktu itu sedikit lebih dari tiga bulan demi meredakan ancaman patogen yang berpotensi menyebabkan pandemi. 

Ditambah peningkatan pengawasan deteksi dan peringatan dini, dan penggunaan intervensi non-farmasi yang cepat dan efektif, misal pengujian, pelacakan kontak, dan pembatasan sosial untuk menekan penularan penyakit.

Pada sebuah esai yang dipublikasikan di laman CEPI, CEO CEPI Richard Hatchett menyampaikan, pemberian vaksin dalam 100 hari akan memberikan dunia kesempatan berjuang memadamkan. ancaman eksistensial dari virus pandemi di masa depan. Hal ini juga belajar dari pandemi COVID-19, bahwa dunia dapat membuat vaksin COVID-19 lebih cepat.

“Kita bisa mengembangkan vaksin untuk melawan prototipe ancaman ini. Dengan memecahkan masalah pengembangan vaksin terlebih dahulu untuk patogen tertentu, kami mempersiapkan diri mengembangkan vaksin yang jauh lebih cepat,” tulis Richard pada 29 November 2021.

“Kita tahu vaksin untuk virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19 dikembangkan dan digunakan dengan cepat. Tentunya, ini belum pernah terjadi sebelumnya, yang mana wabah lain mengembangkan vaksin selama bertahun-tahun. Kisah keberhasilan vaksin COVID-19 menunjukkan kepada kita bagaimana pendekatan prototipe vaksin bisa dihasilkan cepat.” 

Kecepatan pengembangan vaksin COVID-19, sebut Richard, sebagai lompatan maju yang luar biasa dalam teknologi vaksin yang membuahkan hasil pada saat yang tepat. Para ilmuwan telah mengasah dan mengembangkan apa yang disebut platform respons cepat untuk membuat vaksin “plug-and-play”. 

Beberapa pengembangan vaksin COVID-19 menggunakan teknologi mRNA dan lainnya, misal ChAdOx dari Universitas Oxford menggunakan vektor virus. Ini berarti, ketika ‘Disease X’ datang dan diidentifikasi dan dinamai sebagai SARS CoV-2—pembuat vaksin dapat memasukkan kode genetik untuk bagian dari virus corona baru yang akan memicu respons imun. 

“Langkah awal ini dan kecepatan pengembangan vaksin secara efektif berfungsi sebagai 'bukti konsep' untuk pendekatan vaksin prototipik,” pungkas Richard.

Perangi Ancaman Penyakit Lain

Austria Longgarkan Lockdown, Toko-Toko Mulai Kembali Dibuka
Sejumlah orang berjalan melewati toko yang dibuka kembali di jalan Graben di Wina, Austria, (14/4/2020). Austria menjadi salah satu negara pertama di Eropa yang melonggarkan kebijakan karantina nasional atau “lockdown” pandemi virus corona. (Xinhua/Guo Chen)

Tak hanya fokus pengembangan vaksin selama pandemi COVID-19, CEPI juga berupaya mempercepat pengembangan vaksin terhadap penyakit yang berpotensi menjadi epidemi, termasuk Nipah, penyakit zoonosis yang telah menyebabkan wabah di seluruh Asia Tenggara dan memungkinkan akses vaksin untuk masyarakat selama wabah.

Donasi dana kepada CEPI untuk percepatan pengembangan vaksin global telah dimulai sejak Indonesia resmi bergabung menjadi anggota koalisi CEPI pada 2020. Pada waktu penandatangan keanggotaan di CEPI, Pemerintah Indonesia memberikan kontribusi finansial sebesar US$1 juta untuk mendukung upaya CEPI memajukan pengembangan vaksin melawan penyakit epidemi. 

Pendanaan kepada CEPI untuk mengembangkan vaksin dengan cepat  merespons ancaman ‘Disease X.’ Tujuan kolektif keseluruhan dari kemitraan Indonesia - CEPI demi memperkuat keamanan kesehatan nasional dan global dan kemampuan dunia mempersiapkan dan memerangi ancaman penyakit di masa depan.

Komitmen dukungan kepada CEPI secara resmi dilakukan dalam acara penandatanganan virtual oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri RI Cecep Herawan dan CEO CEPI Richard Hatchett, disaksikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada 24 November 2020. 

Saat penandatanganan keanggotan di CEPI, Retno menggarisbawahi, pentingnya kepemimpinan yang kuat untuk melawan virus yang berpotensi epidemi dan pandemi.

“Indonesia berkontribusi dalam kapasitasnya mendukung percepatan vaksinasi untuk melindungi rakyatnya dan dunia. Kerjasama Indonesia dengan CEPI juga bertujuan strategis jangka panjang,” terang Retno melalui pernyataan resmi CEPI pada 24 November 2020.

“Melalui mekanisme CEPI, kami berharap industri farmasi Indonesia, seperti Bio Farma dapat menjadi pemain penting dalam jaringan vaksin global. Kolaborasi ini akan membantu memperkuat ketahanan dan kapasitas kesehatan nasional kita untuk menanggapi pandemi di masa depan sebagai landasan bagi ketahanan kesehatan regional dan global.” 

Pada kesempatan yang sama, Richard menambahkan, pihaknya menyambut keanggotaan Indonesia di CEPI dan menerima dukungan donasi untuk percepatan pengembangan vaksin. 

“Kami dengan senang hati menyambut Indonesia ke dalam koalisi dan berterima kasih atas kontribusi untuk memajukan upaya CEPI. Melalui pengetahuan dan keahlian Indonesia dalam pengembangan dan pembuatan vaksin, kita dapat bekerja sama mendukung tujuan bersama mengembangkan vaksin yang aman, efektif, dan dapat diakses secara global serta lebih siap menghadapi wabah di masa depan,” tambahnya.

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya