Anak Muntah hingga Bagian Mata Menguning, Ortu Perlu Waspada Gejala Hepatitis Akut Misterius

Beberapa gejala hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya perlu diwaspadai ketika anak mengalami muntah hingga bagian mata menguning.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2022, 08:00 WIB
Kasus Melonjak, Kenali Gejala Hepatitis Akut Misterius yang Serang Anak-anak
Heboh hepatitis akut misterius yang sebabkan 3 anak meninggal di Indonesia, simak gejala-gejalanya berikut ini. (pexels/tima miroshnichenko).  

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa gejala hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya perlu diwaspadai ketika anak mengalami muntah hingga bagian mata menguning. Hal tersebut disampaikan Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim, SpA(K).

Menurut Muzal, sebagian besar gejala hepatitis akut misterius adalah gejala pada saluran cerna.

"Sebagian besar adalah gejala saluran cerna, biasanya anaknya muntah, diare, sakit perut, demma, karena infeksi sering disertai demam," ujar Muzal dalam tanya jawab virtual dengan media, Sabtu (7/5), dilansir Antara.

Muzal menjelaskan, gejala lebih lanjut dari infeksi hepatitis misteriusberupa bagian tubuh seperti mata menguning dan akan menyebar ke badan jika sudah masuk dalam kategori gejala berat.

Pada tahap selanjutnya, anak bisa mengalami kesadaran menurun ketika sel-sel hati sudah banyak yang rusak. Kerusakan sel hati yang besar akan semakin memperparah gejala, bahkan hingga mengakibatkan kejang dan jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, Muzal mendorong orangtua untuk segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit jika anak mengalami gejala hepatitis akut.

"Oleh karena itu, sejak awal, sejak dini sebaiknya kita sudah waspada kalau mendapatkan kasus-kasus dengan gejala saluran cerna yang dicurigasi seperti muntah, diare, sakit perut, demam kemudian kuning, air kencing berwarna tua seperti air teh. Itu merupakan tanda-tandanya, segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan," jelas Muzal.

Anak lebih rentan terhadap hepatitis akut, kata Muzal, karena belum mempunyai sistem imun yang sempurna. Terutama anak-anak berusia di bawah enam tahun, seperti banyak kasus hepatitis akut yang ditemukan di beberapa negara. 

Menjaga Kebersihan

Salah satu cara mencegah anak terinfeksi hepatitis akut bergejala berat yang penyebabnya belum diketahui yakni dengan menjaga kebersihan seperti rajin mencuci tangan dan sanitasi makanan.

Hepatitis akut, jelas Muzal, sebagian besar ditularkan lewat saluran cerna atau mulut melalui tangan yang terkontaminasi virus. Selain melalui tangan, virus juga bisa masuk melalui makanan, minuman, dan alat makan.

Muzal pun menjelaskan, ada dugaan penularan hepatitis terjadi lewat droplet atau percikan air liur.

"Sampai saat ini yang bisa dilakuakn yang paling baik adalah pencegahan untuk penularan lewat oral seperti cuci tangan, kebersihan dari makanan, sanitasi. Kemudian, mencegah pada kasus-kasus yang sudah ada gejala, misalynya muntah, diare, sakit perut, kita menghindari supaya tidak kontak lewat tangan dan yang masuk ke dalam mulut," jelasnya.

Protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak pun dianjurkan tetap dilakukan guna mengurangi risiko penularan hepatitis akut maupun COVID-19.

IDAI Terbitkan Tata Laksana Hepatitis Akut Misterius

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun telah menerbitkan tata laksana penanganan hepatitis akut berat pada anak. Tata laksana ini tertuang melalui surat rekomendasi kasus probable hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya pada anak.

Surat rekomendasi tersebut ditandatangani Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso dan Sekretaris Umum IDAI Hikari Ambara Sjakti tertanggal 5 Mei 2022. Rekomendasi ini pun diterbitkan sejalan dengan penemuan dugaan kasus hepatitis akut misterius dari tiga pasien anak yang meninggal di Indonesia.

Berikut tata laksana hepatitis akut berat, antara lain:

1. Perawatan umum

  • Rawat ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain
  • Tirah baring terutama pada fase akut
  • Monitoring perjalanan klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium (terutama Prothrombin Time Test and International Normalized Ratio/PT/INR dan albumin)
  • Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan   

2. PT/INR dipantau secara berkala

Bila ada kecenderungan peningkatan nilai PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan diruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis fulminan

3. Pasien mengalami hepatitis fulminan bila didapatkan tanda koagulopati dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan fase akut fungsi hepatoselular) atau terdapat penurunan kesadaran (ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5.

4. Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun

5. Jika dicurigai terkait MISC maka tata laksana mengikuti panduan IDAI sebelumnya

Prothrombin Time Test untuk mengukur seberapa cepat darah membeku. International Normalized Ratio adalah perhitungan yang berasal dari tes Prothrombin Time Test yang membantu memastikan bahwa hasil tes distandarisasi dari satu lab ke lab berikutnya.

Hepatitis fulminan merupakan kondisi saat hati mendadak gagal berfungsi atau lebih sering disebut dengan gagal hati akut. Artinya, hepatitis ini termasuk jenis tahap lanjut, yang mana perjalanan penyakitnya berkembang dengan cepat.

Tata Laksana Hepatitis Fulminan

Dalam SE IDAI juga memaparkan tata laksana jika terjadi gagal hati akut (hepatitis fulminan) pada anak, sebagai berikut:

1. Pasien dirawat di ruang rawat intensif untuk pemantauan secara ketat terus-menerus

2. Pasien dirawat di dalam ruangan yang tenang dengan seminimal mungkin stimulasi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial mendadak

3. Kebutuhan total cairan direstriksi menjadi 85 - 90 persen rumatan, untuk mengurangi risikoedema serebri. Keadaan hipovolemia/dehidrasi harus segera dikoreksi

4. Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan pemberian nutrisi melalui Nasogastric Tube (NGT). Fungsinya untuk menyuplai makanan dan minuman pada pasien yang tidak memungkinkan untuk menelan

5. Pemantauan pasien, mencakup:

  • Saturasi oksigenUrine output tiap 6 jam
  • Tanda vital tiap 6 jam, termasuk tekanan darah, observasi neurologis, pemeriksaan gula darah
  • Elektrolit dan PT/INR tiap 12 jam
  • Pemeriksaan darah perifer lengkap tiap hari
  • Kultur darah dan urin saat awal perawatan dan diulang sesuai perkembangan klinis 

6. Obat

  • Hipoglikemia diatasi dengan pemberian dekstrosa intravena
  • Antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk menurunkan risiko infeksi bakteri dan infeksi jamur
  • Pada neonatus dapat diberikan asiklovir intravena sampai infeksi HSV dapat disingkirkan
  • N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus kontinyu 100 mg/kg/24 jam sampai INR normal
  • Sedasi tidak diberikan pada gagal hati akut kecuali pasien memerlukan ventilasi mekanik 

Tata Laksana Hepatitis Akut Misterius

Pada tata laksana penanganan hepatitis misterius, IDAI menyebutkan, saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan Hepatitis E belum tersedia secara luas di Indonesia. Oleh karena adanya keterbatasan, maka skrining awal cukup diperiksakan terhadap Hepatitis A, B, dan C.

Tenaga kesehatan yang bertugas juga wajib melaporkan tanpa memandang penyebab yang lain.

Alur penapisan kasus probable hepatitis akut pada anak difokuskan pada anak usia di bawah 16 tahun dengan diagnosa awal gejala kuning pada kulit badan dan mata, sakit perut akut, diare akut, mual atau muntah, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, myalgia atau arthlalgia

Jika proses diagnosis medis mengarah pada gejala tersebut, maka pemeriksaan berlanjut pada potensi peningkatan enzim hati (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase/SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvate Transaminase/SGPT), yakni enzim di hati.

Bila angkanya di atas 500 u/L, ada kecenderungan terinfeksi hepatitis.

IDAI juga merekomendasikan agar pemeriksaan berlanjut pada IgM anti-HAV untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi protein yang terdapat pada permukaan virus Hepatitis B.

Diagnosis Hepatitis C ditegakkan secara klinis dan didukung dengan pemeriksaan serologi HCV RNA. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan seluruhnya negatif, maka pasien dapat dikategorikan sebagai probable Hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya