Liputan6.com, Jakarta Menghadapi kesedihan atas berbagai macam hal yang dihadapi dalam hidup merupakan proses alami manusia. Namun beberapa orang justru mempertanyakan soal batas normal untuk menghadapi kesedihan tersebut.
Seringkali, duka atau kesedihan juga hanya dikaitkan dengan satu contoh seperti momen kematian. Padahal perasaan tersebut bisa dihadapi selama dan setelah momen kehilangan atau momen sulit lainnya.
Baca Juga
Mulai dari adanya perubahan hubungan atau bahkan pekerjaan. Sehingga kematian sendiri bukanlah satu-satunya situasi yang mengarah pada kesedihan atau duka.
Advertisement
Menurut konselor sekaligus penulis Copeology, Dr Joanne Frederick mengutip laman PsychCentral, duka adalah jenis kesedihan yang ekstrem dan dapat muncul dalam berbagai cara.
Seperti agresi verbal atau fisik, menyendiri atau menghindari untuk menghabiskan waktu dengan orang lain, menangis, menghilang atau menarik diri dari lingkungan.
Padahal, proses berduka atau kesedihan masih bisa lho dilalui dengan cara yang sehat. Salah satunya adalah dengan meminta pertolongan pada orang lain.
Joanne menjelaskan, mencari dukungan dari orang-orang terdekat merupakan cara yang sehat untuk mengatasi kesedihan dan bukan tanda kelemahan.
Menurutnya, banyak orang berpikir bahwa meminta pertolongan atau menceritakan kesedihannya menjadi tanda kelemahan.
"Padahal berpikir untuk terus melangkah tanpa meminta bantuan sedikitpun bukanlah cara yang sehat," ujar Joanne.
"Tidak apa-apa untuk menangis. Tidak apa-apa untuk berdoa. Tidak apa-apa untuk bermeditasi, tidak apa-apa pula mengambil waktu luang untuk memproses perasaan," tambahnya.
Memproses Perasaan
Saat dihadapkan dengan kesedihan, memutuskan untuk mengambil waktu luang dan memproses perasaan juga merupakan hal yang baik.
Hal tersebut lantaran dengan meluangkan waktu sejenak dianggap dapat meringankan beban atau kesedihan yang sedang dirasakan. Sehingga saat merasa sudah lebih baik, seseorang yang sedang berduka akan lebih mudah untuk berpikir jernih dan melanjutkan kehidupannya sehari-hari.
Saat hendak mengambil waktu luang untuk memproses perasaan, Anda juga mungkin akan terlihat seperti mundur dan menjauhi banyak hal. Sehingga, penting untuk mengomunikasikan hal tersebut lebih dulu pada orang sekitar yang diperlukan.
Menurut Joanne, setiap orang akan menghadapi kesedihan dengan cara yang berbeda dan hal tersebut bukanlah masalah.
"Jadi menangis itu tidak apa-apa, tidak menangis juga tidak apa-apa. Kita semua berbeda dan kita berduka dengan cara yang berbeda. Cara mengekspresikannya juga keputusan pribadi dan itu tidak apa-apa," ujar Joanne.
Advertisement
Cara yang Tak Sehat
Sedangkan menurut psikolog klinis di New York, Dr Holly Schiff, setelah peristiwa traumatis terjadi, terdapat beberapa faktor khas yang dapat mengganggu atau memperpanjang proses berduka atau bersedih.
Biasanya hal tersebut dapat menyebabkan apa yang disebut complicated grief atau duka yang rumit dan berkepanjangan.
"Complicated grief adalah ketika perasaan kehilangan dan emosi yang menyakitkan terjadi begitu lama dan melemahkan sehingga tidak membaik bahkan setelah waktu berlalu, dan ada kesulitan untuk pulih dari kehilangan dan melanjutkan hidup Anda sendiri," kata Holly.
Lebih lanjut psikolog di Denver, Colorado, Dr Lisa Marie Bobby mengungkapkan, ketika berada dalam fase complicated grief, akan ada kemungkinan untuk Anda melewati proses duka dengan tidak sehat.
Menurut Lisa, proses duka yang tidak sehat adalah ketika Anda sedih dan merasa orang lain tidak perlu merasakan itu juga.
Pada posisi tersebut, Anda mungkin merasa malu atau dikucilkan dari orang-orang terkasih yang tidak setuju dengan cara Anda menghadapi kehilangan.
Selain itu, menyakiti diri sendiri atau orang lain juga merupakan contoh lain dari cara menghadapi kesedihan yang tak sehat.
Kesedihan yang Berlangsung Lama
Kebanyakan orang yang berduka menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, mereka dapat secara perlahan belajar untuk mengatasi kehilangan tersebut. Sehingga perasaannya dapat berubah menjadi lebih baik.
Namun, penting pula untuk mengingat bahwa kesedihan dapat terasa seperti roller coaster, di mana Anda dapat mengalami naik turun.
"Jadi jika selama proses berduka Anda merasa terjebak, Anda juga bisa berbicara pada konselor yang bisa membantu untuk mengelola perasaan yang muncul," ujar Lisa.
Menurut Lisa, terus maju melalui kesedihan bisa menjadi proses yang lambat, dan tak apa untuk berada pada fase yang lambat. Bagi orang yang berduka, hal yang lebih penting adalah memperhatikan apa yang dirasakan dan menghindari kehilangan kontak dengan diri sendiri.
Pendapat selaras diungkapkan oleh Holly. Menurutnya, tidak ada alasan yang benar-benar jelas mengapa seseorang dapat menghadapi kesedihan dengan waktu yang cukup lama.
"Tidak dapat diketahui pasti mengapa orang bisa berduka dengan lebih lama daripada yang lain. Namun kedekatan hubungan, kehilangan traumatis atau tak terduga, sejarah Anda bersama orang tersebut, dan stresor kehidupan lainnya bisa berperan dalam bagaimana Anda menghadapi proses duka," kata Holly.
Advertisement