Moms, Kenali Lebih Dini Tanda-Tanda Speech Delay pada Anak

Sangatlah penting bagi orang tua untuk memantau berbagai aspek tumbuh kembang anak secara berkala, baik dari sisi fisiologis, psikologis, motorik, sensorik, maupun kemampuan berbicaranya.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2022, 14:00 WIB
Adanya Masalah Mulut dan Motorik
Ilustrasi Fenomena Speech Delay Credit: pexels.com/Colin

Liputan6.com, Jakarta Speech delay terjadi ketika ada keterlambatan pada perkembangan bicara dan bahasa anak jika dibandingkan dengan anak lain seusianya. Selain dilihat dari usia, keterlambatan bicara juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya.

Padahal periode perkembangan emas anak berada pada 5 tahun pertamanya. Karenanya, sangatlah penting bagi orang tua untuk memantau berbagai aspek tumbuh kembang anak secara berkala, baik dari sisi fisiologis, psikologis, motorik, sensorik, maupun kemampuan berbicaranya. Hal ini dilakukan demi tercapainya tumbuh kembang optimal sang buah hati.

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat 5-8 persen anak prasekolah yang mengalami speech delay. Bahkan, khusus di Jakarta, tercatat ada 21 persen anak yang mengalaminya.

Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah - Pondok Indah, Rosary mengatakan, masalah perkembangan anak, seperti terlambat bicara/speech delay ini sebaiknya dipantau oleh dokter dan orang tua sejak dini.

"Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan pengamatan langsung kepada bayi atau anak dengan didampingi oleh dokter. Dokter juga biasanya akan memberikan kuesioner atau buku kesehatan ibu dan anak untuk dipantau bersama oleh dokter dan orang tua," ujarnya, dikuti dari website resmi RS Pondok Indah, Sabtu (30/7/2022).

Lebih lanjut, Rosary menjelaskan beberapa penyebab speech delay di antaranya:  

Faktor medis: 

- Gangguan pada mulut: sumbing pada bibir/langit-langit lidah pendek, kelainan bentuk rahang

- Gangguan pendengaran: tuli, adanya riwayat infeksi telinga

- Gangguan pada fungsi pada otak, baik reseptif (penerimaan informasi), ekspresif (cara bicara), maupun proses di antaranya. Anak dengan gangguan ini biasanya mengalami autisme, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), palsi serebral, atau retardasi mental

Faktor lingkungan:

- Stimulasi tidak memadai: anak jarang diajak bicara atau berinteraksi

- Screen time: paparan terhadap gawai atau televisi yang cukup lama membuat komunikasi satu arah tanpa adanya interaksi

- Adanya trauma

- Nutrisi yang tidak memadai 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alasan si Kecil Terlambat Bicara

 

Pada umumnya, kata Rosary, gejala speech delay pada si kecil dapat dikenali dengan kurangnya respons si kecil terhadap suara pada segala usia.

"Misalnya, jika si kecil jarang terlihat kaget saat mendengar suara keras. Pertanda lain yang dapat menjadi gejala keterlambatan bicara adalah kurangnya respons si kecil ketika berinteraksi dengan orang lain," jelasnya.

Dilihat dari usianya, beberapa tanda speech delay yang perlu diwaspadai pada si kecil antara lain:

Di usia 18 bulan, tidak mencari sumber suara dari samping/belakang

Di usia 29 bulan, tidak respons apabila dipanggil, belum ada babbling

Di usia 12-18 bulan, belum dapat menyebutkan kata yang bermakna, belum mengerti instruksi sederhana

Di usia 24 bulan, tidak dapat mengucapkan kalimat dua kata yang dapat dimengerti

Di usia 3 tahun, belum dapat menyebutkan kalimat tiga kata atau lebih

Di usia 4-5 tahun, belum dapat bercerita atau menyebutkan kalimat panjang (lebih dari 4 kata)

 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Mendiagnosis dan mengatasi speech delay

"Sebagai upaya preventif dan deteksi speech delay yang disebabkan oleh faktor medis, usahakan agar si kecil melakukan screening uji pendengaran sejak dini. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sejak bayi baru lahir, dan sebaiknya segera dijadwalkan sebelum si kecil berusia 2 tahun," jelas Rosary.

Selain itu, lanjutnya, orang tua juga sebaiknya mempelajari tahapan perkembangan bicara normal anak sesuai usia, serta mewaspadai tanda-tanda keterlambatan bicara (red flag) di atas. "Apabila ditemukan kecurigaan terjadi speech delay pada si kecil, orang tua sebaiknya berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosis dan menentukan tata laksana yang sesuai."

"Diagnosis dapat dilakukan sesuai temuan pada pemeriksaan anak, baik melalui pemeriksaan fisik, maupun alat-alat atau kuesioner screening perkembangan anak lainnya. Setelah itu, tata laksana dapat dilakukan sesuai penyebabnya. Semakin dini hal ini dilakukan, maka akan lebih cepat pula anak dapat mengejar keterlambatannya," tuturnya.

 

Mengatasi speech delay pada anak

Untuk mengatasi speech delay pada anak, beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

- Rajin berbicara dan berkomunikasi.

Hal ini dapat dilakukan sejak masa bayi. Kata-kata yang mudah anak dengarkan akan menjadi bekal saat ia bicara nantiMembacakan cerita. Hal ini merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Ia dapat diajak menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk

- Mengajak si kecil bernyanyi

- Membatasi screen time

- Bermain pura-pura/pretend play, misalnya bermain boneka dan bermain masak-masakan

- Apabila orang tua terlambat mendeteksi keterlambatan bicara pada anak, dampaknya dapat berupa:

a. Keterlambatan berbicara yang tidak ditangani sebagian bisa menetap

b. Gangguan bahasa dapat menimbulkan kesulitan belajar, misalnya masalah membaca, menulis, memahami kalimat, yang berpengaruh pada hasil akademik dan pekerjaan saat dewasa nanti

c. Memengaruhi kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya dan kurang percaya diri

d. Berhubungan dengan gangguan emosi/mental, seperti kecemasan dan depresi, karena sulit mengekspresikan apa yang diinginkan atau dirasakan

 

Mencegah speech delay

"Anda dapat melakukan komunikasi dua arah dengan anak sejak dini dengan intonasi, kontak mata, dan ekspresi wajah yang sesuai untuk mencegah keterlambatan bicara pada anak," jelas Rosary.

Selain itu, orang tua juga dapat meminimalkan distraksi saat berkomunikasi dengan anak, misalnya tidak sambil mengoperasikan gadget, seperti ponsel atau komputer. "Pantau perkembangan bicara anak sesuai dengan usianya. Apabila ditemukan tanda bahaya atau red flag, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak."

Selanjutnya, Rosary menekankan, apabila anak Anda memiliki riwayat terlambat bicara dan sudah melakukan terapi wicara, serta telah memperlihatkan kemajuan komunikasi yang baik, Anda harus tetap memantau perkembangannya.

"Memperhatikan prestasi akademik anak, terutama yang berhubungan dengan membaca, menulis, memahami kalimat, perkembangan emosi, hingga mencermati perilaku anak dan hubungan anak dengan teman sebayanya, merupakan beberapa jenis pemantauan yang dapat dilakukan. Pemantauan orang tua perlu terus dilakukan agar si kecil tetap berada pada kondisi perkembangan yang optimal," pungkasnya.

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya