Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis urologi RSU Bunda Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid menanggapi hal yang ramai diperbincangkan di media sosial terkait ejakulasi 21 kali dalam sebulan.
Menurutnya, ini berawal dari satu penelitian yang memberi pernyataan bahwa semakin banyak melakukan ejakulasi maka semakin baik. Bahkan penelitian itu menyebut 21 kali ejakulasi dalam satu bulan baik bagi kesehatan.
Baca Juga
Ejakulasi 21 kali dalam sebulan artinya 5 hingga 6 kali dalam satu minggu atau hampir setiap hari.
Advertisement
“Tapi kalau kita lihat dari sisi evidence based, penelitian itu jumlah sampelnya sangat sedikit yang lebih dari 21 kali. Bagi kami yang lebih percaya dengan evidence based, penelitian itu lebih hati-hati kami kritisi,” ujar Agus dalam konferensi pers virtual RSU Bunda Jakarta Urology Center, Kamis (1/9/2022).
Sejauh ini, belum ada penelitian kausalitasnya. Penelitian soal ejakulasi 21 kali itu hanya mengumpulkan orang, dicoba, dan dibuat analisis.
“Sebetulnya, ejakulasi itu proses hubungan seksual suami istri, tinggal ditanyakan apakah itu suatu hubungan yang sehat atau tidak. Kalau menurut saya, 21 kali sepertinya enggak sehat. Malah ada satu pasien saya yang ejakulasi lebih dari 21 kali, dia malah datang dengan keluhan peradangan prostat.”
“Jadi kalau logikanya katanya semakin sering semakin bagus itu enggak juga. Makanya yang saat ini bisa disarankan sebetulnya ejakulasi secara rutin. Apa itu ejakulasi rutin? Ya satu sampai dua kali dalam seminggu.”
Memicu Kanker Prostat?
“Lantas, apakah ejakulasi terlalu sering dapat memicu kanker prostat? Saya rasa juga cukup jauh, karena kanker prostat itu multifaktorial.”
Faktor risiko yang biasanya diabaikan adalah gaya hidup tidak sehat. Ini mencakup aktivitas fisik atau olahraga dan pola makan.
“Sekarang disarankan bahwa 50 persen konsumsi sayur dan buah sisanya protein dan karbohidrat. Kemudian manajemen stres karena stres juga dianggap menjadi salah satu faktor risiko walau belum diketahui mekanisme secara kedokterannya.”
Selain itu, faktor lain yang biasanya diabaikan adalah kebiasaan medical check up. Banyak kasus stadium awal kanker prostat ditemukan pada pasien yang rajin medical check up. Dengan demikian, masalah prostat bisa segera ditangani.
“Akan tetapi medical check up-nya juga yang lengkap, beberapa kasus kita temukan terlambat karena medical check up-nya tidak lengkap.”
Kanker prostat sendiri tidak ditemukan pada wanita. Pasalnya, wanita tidak memiliki prostat.
Salah satu yang bisa menjadi tanda kanker prostat adalah tidak ereksi di pagi hari.
“Bisa ya bisa tidak, jadi ini perlu cek lebih lanjut. Kalau dari air mani, kalau perbedaannya di bentuk itu tidak mengindikasikan kanker prostat. Tapi kalau air maninya misalnya berdarah, itu mungkin bisa terjadi kanker prostat.”
Advertisement
Penanganan Gangguan Prostat
Agus juga menjelaskan, gangguan prostat bisa ditangani dengan teknologi robotik. Teknologi yang telah dikembangkan di berbagai negara kini bisa ditemukan pula di Indonesia.
Teknologi biopsi prostat robotik sampai dengan operasi radikal prostatektomi ini memiliki banyak keunggulan guna meningkatkan kualitas penanganan prostat di Indonesia.
Ini menandakan bahwa masyarakat tak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapatkan penanganan gangguan prostat.
Teknologi bedah robotik terus berkembang. Di Asia Pasifik, tren penggunaan teknologi robotik pada bidang kedokteran terus meningkat.
Peningkatannya terhitung dari tahun 2010 sampai sekarang, terutama di bidang urologi. Di Indonesia, RSU Bunda Jakarta adalah pelopor teknologi bedah robotik ini.
Mengenai biopsi ia menjelaskan, biopsi prostat robotik merupakan prosedur untuk mengambil sampel jaringan yang mencurigakan pada kelenjar prostat. Prosedur ini dilakukan bantuan robotik yang mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan trauma jaringan.
Ada beberapa keunggulan biopsi prostat robotik. Teknologi ini mampu menentukan penempatan jarum biopsi secara otomatis pada target jaringan yang dicurigai lesi kanker dengan presisi dan akurasi yang tinggi.
Keunggulan Biopsi Prostat Robotik
Selain itu, gerakan pemindai dapat memperjelas dan membuat distribusi merata potongan gambar dua dimensi (2D) terhadap rekonstruksi tiga dimensi (3D).
“Keunggulan berikutnya yaitu bisa meminimalisasi deformasi prostat,” kata Agus.
Keunggulan berikutnya ada pada hasil biopsi yang lebih baik, tambah Agus.
Di Indonesia, biopsi prostat robotik pertama kali diterapkan pada tahun 2019. Pada pengalaman praktik, teknologi ini membantu mendeteksi kanker prostat dengan stadium yang lebih awal dan lebih akurat, lanjut Agus.
Sedangkan, terkait operasi radikal prostatektomi, ini adalah salah satu pengobatan andalan pada kanker prostat lokal terutama pada stratifikasi risiko menengah hingga tinggi.
Hingga saat ini, tindakan radikal prostatektomi dengan teknologi robotik menjadi standar pelayanan untuk radikal prostatektomi di mayoritas negara maju.
“Sebuah studi yang membandingkan hasil operasi teknik robotik radikal prostatektomi dengan laparoskopi menunjukkan kontinensia urin dan fungsi ereksi yang lebih baik pada 3 bulan pasca operasi dengan teknologi robotik.”
Temuan lain adalah nyeri pasca operasi yang lebih rendah pada teknik robotik dibandingkan operasi terbuka dan laparoskopi.
“Teknik operasi radikal prostatektomi robotik sudah dimulai sejak tahun 2013 di RSU Bunda Jakarta.”
Pengembangan tindakan radikal prostatektomi robotik pun dilakukan termasuk dengan mengirim tim operator untuk melakukan pelatihan di luar negeri.
Advertisement