Liputan6.com, Jakarta Cedera lutut seringkali terjadi pada saat olahraga. Selain di lapangan hijau atau tempat olahraga lainnya, cedera lutut juga dapat terjadi di hutan atau gunung saat kegiatan mendaki.
Cedera di lapangan bisa ditangani dengan cepat menggunakan peralatan yang memadai. Lantas, bagaimana dengan cedera di gunung?
Baca Juga
Mengenai hal tersebut, dokter spesialis ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya Andi Nusawarta membagikan kiat-kiat pertolongan pertama pada cedera lutut jika terjadi di gunung.
Advertisement
Hal pertama yang biasa dilakukan di lapangan atau tempat olahraga untuk menolong cedera lutut adalah kompres dengan es. Kompres es atau hal-hal dingin dapat membuat pembuluh darah mengkerut sehingga pendarahannya berhenti dan bengkaknya berkurang.
“Kalau dikasih panas, pembuluh darahnya jadi melebar dan tambah berdarah. Makanya, es itu selalu di awal, air hangat belakangan supaya tambah lancar. Air es menghentikan pendarahan, setelah luka sembuh bisa dikasih air hangat supaya pembuluh darah lancar,” ujar Andi menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (21/10/2022).
Berbeda dengan di lapangan, es atau air es cenderung sulit ditemukan di hutan atau di gunung. Maka yang bisa dilakukan adalah mencari hal-hal dingin di sekitar hutan.
“Kalau tidak ada es sebenarnya banyak hal yang bisa dicari. Misalnya air gunung, biasanya dingin. Ambil aja air itu kompreskan, kan dingin lumayan,” ujar Andi.
Tinggikan Kaki
Setelah mendapat kompres dingin dari air sungai atau mata air, maka langkah selanjutnya adalah mengangkat kaki yang cedera sehingga posisinya lebih tinggi.
“Kalau kaki lebih tinggi dari jantung, ingat gravitasi, darah akan lebih mudah mengalir sehingga lebih cepat sembuh.”
Langkah berikutnya adalah membalut (balut tekan) lokasi yang cedera. Langkah ini bisa menggunakan bahan elastis atau kain yang ada.
“Penekanan dari balutan ini dapat mengurangi bengkak, ini dibalut ya bukan diikat. Bedakan mengikat dengan membalut, ini akan membantu.”
Cedera sendiri ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Jika cederanya terbuka, maka hal yang dapat dilakukan adalah bersihkan luka dengan air mengalir.
“Harus air mengalir, biasanya yang mengalir itu bersih.”
Setelah dibersihkan, cari kain atau benda lain seperti handuk untuk ditumpukan di daerah luka. Luka yang sudah ditumpuk kain bisa dibalut sehingga pendarahan dapat tertekan dan tidak mengalir.
Advertisement
Operasi Minimal Invasive
Sebelumnya, Andi juga menjelaskan soal operasi minimal invasive (minimal invasive surgery). Tindakan ini biasanya dilakukan pada kasus cedera berat.
Kasus cedera berat ditandai dengan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff (sekumpulan otot bahu). Jika hal ini terjadi, maka pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI perlu dilakukan. Tujuannya untuk mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas.
Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.
Menurut Andi, tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat.
Durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisasi kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan.
“Dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman,” ujar Andi.
Kondisi yang Bisa Ditangani dengan Minimal Invasive
Ia menambahkan, tindakan minimal invasive dapat menangani cedera olahraga seperti:
- Putusnya ligamen
- Robekan bantalan sendi
- Cedera tulang rawan
- Robekan otot
- Cedera tulang.
Tindakan minimal invasive direkomendasikan lantaran sayatan yang kecil membuat jahitan pun lebih kecil. Dengan demikian, bekas luka yang ditimbulkan lebih kecil dan risiko infeksi pun lebih rendah.
“Nyeri pasca operasi lebih ringan, waktu pemulihan jauh lebih singkat, periode rawat inap lebih singkat, dan dapat kembali berolahraga lebih cepat.”
Tindakan ini bisa dilakukan jika ada indikasi berikut:
- Adanya nyeri, bengkak, atau kekakuan pada sendi
- Hasil pemeriksaan diagnosis MRI menunjukkan cedera grade 3 atau lebih.
Advertisement