Hindari Berhubungan Seks Usia Dini Bisa Cegah Kanker Serviks

Selain menghindari faktor risiko, kanker serviks bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi human papillomavirus (HPV).

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2022, 21:15 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2022, 21:15 WIB
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Tidak berhubungan seks saat usia dini bisa mengurangi risiko kanker serviks atau kanker leher rahim. Demikian pula dengan menghindari bergonta-ganti pasangan seksual, seperti disampaikan spesialis penyakit dalam dr Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM.

"Setiap kanker punya faktor risiko tersendiri, hindari multiple partner dan tidak berhubungan seks sejak usia dini," kata dokter dari Universitas Indonesia itu, dilansir Antara.

Selain menghindari faktor risiko, kanker serviks bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi human papillomavirus (HPV). Vaksin tersebut pun telah menjadi vaksin wajib dalam program imunisasi nasional. Vaksin HPV diberikan sebanyak 2 kali pada siswi kelas 5 dan dan 6 SD.

Vaksin HPV bisa diberikan sejak anak perempuan usia 10 hingga 45 tahun yang belum aktif berhubungan seksual. Sedangkan bagi wanita yang sudah aktif berhubungan seksual, vaksin HPV bisa disuntikkan bila individu belum terinfeksi HPV dan tidak menderita kanker serviks sebelum mendapat vaksin.

Kanker leher rahim ini paling sering didiagnosis pada wanita dengan rentang usia 35 hingga 44 tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun. Lebih dari 20 persen kasus kanker serviks ditemukan pada perempuan di atas 65 tahun.

Tingkat mortalitas atau kematian pada kanker serviks lebih tinggi dibandingkan dengan kanker payudara. Terutama karena skrining yang rendah sehingga kanker serviks ditemukan sudah dalam stadium lanjut.

"Karena payudara di permukaan, lebih mudah diraba (ketika ada benjolan)," jelas Nadia.

Alasan lainnya, kanker serviks sulit terdeteksi jika tidak ada pemeriksaan rutin. Umumnya kanker serviks baru terdeteksi setelah stadium lanjut dimana gejala seperti perdarahan usai berhubungan seksual muncul. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Deteksi Dini

Deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan dengan pemeriksaan pap smear dalam kurun waktu lima tahun sekali, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV. Opsi lainnya yakni melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali tanpa pemeriksaan HPV.

Hampir semua kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV risiko tinggi tertentu. Penularan HPV terjadi apabila ada kontak kulit-ke-kulit di area genital. Namun, kanker ini bisa diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanekr serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi maupun imunoterapi.

Meski sudah diobati, kanker serviks bisa kambuh lagi atau bermetastasis. Kekambuhan kanker serviks bisa berkembang setelah pengobatan awal selesai.

 


Terkadang Tidak Terdeteksi

Tujuan pengobatan kanker memang untuk menghilangkan semua kanker. Tetapi terkadang sel kanker tidak terdeteksi atau sel kanker baru berkembang.

"Akibatnya, kanker berpotensi kembali ke leher rahim atau daerah sekitarnya, atau ke bagian tubuh lainnya, sehingga harus dipantau secara berkala," ujar Nadia.

Apabila kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor. Seperti pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya