Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Syarat yang Harus Dipenuhi Orang dengan HIV Bila Ingin Hamil Tanpa Menularkan

Orang dengan HIV (ODHIV) dapat berhubungan seksual secara aman dan memiliki anak. Namun, ada syarat yang lebih dulu harus dipenuhi. Syarat apakah itu?

oleh Diviya Agatha diperbarui 02 Des 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2022, 21:00 WIB
Hamil - Vania
Ilustrasi Hamil/https://unsplash.com/Alicia Petresc

Liputan6.com, Jakarta Stigma pada Orang dengan Human Immunodeficiency Virus (ODHIV) masih kerap melekat di masyarakat. Tak sedikit yang berpikir bahwa HIV dapat terus-menerus ditularkan pada pasangan maupun anak nantinya.

HIV bisa diatasi dan dicegah penularannya lewat berbagai upaya. Dengan begitu, ODHIV pun masih punya kesempatan untuk berhubungan seksual secara aman dan memiliki anak yang negatif HIV.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan rutin memeriksakan kondisi dan mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter. Seperti antiretroviral (ARV), misalnya.

Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI), Dr dr Evy Yunihastuti mengungkapkan bahwa ARV merupakan obat yang sangat efektif untuk menurunkan virus. Sehingga risiko penularan HIV menjadi sangat kecil.

"ARV itu obat yang sangat efektif, kalau diminum secara teratur 90 persen akan sukses dalam enam bulan menurunkan virus jadi tidak terdeteksi. Nah kalau sudah tidak terdeteksi, penelitiannya memang itu risiko penularan sangat kecil," ujar Evy saat media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ditulis Jumat, (2/12/2022).

"Contohnya pasangan suami istri yang ingin punya keturunan. Jadi biasanya yang ada HIV, kita berikan ARV sampai virusnya tidak terdeteksi. Baru boleh berhubungan seksual tanpa kondom," tambahnya.

Menurut Evy, ARV sendiri harus diminum seumur hidup lantaran pada ODHIV, dokter tidak bisa menyatakan kesembuhan secara total. Mengingat selain dalam darah, HIV bisa ada pada sumsum tulang maupun kelenjar getah bening.

"Memang minum obatnya harus seumur hidup. Kita tidak bisa bilang sembuh total. Karena obat ARV yang ada bisa menurunkan virus yang ada dalam darah, tapi belum bisa menembus lokasi sumsum tulang, kelenjar getah bening. Ketika dihentikan, virusnya bisa ada di tempat-tempat itu," ujar Evy.

Penularan HIV pada Anak

Peserta aksi Hari AIDS Sedunia di depan Balai Kota Malang membawa poster tuntutan kepada pemerintah agar memperhatikan anak dengan HIV/AIDS (Liputan6.com/Zainul Arifin)
Peserta aksi Hari AIDS Sedunia di depan Balai Kota Malang membawa poster tuntutan kepada pemerintah agar memperhatikan anak dengan HIV/AIDS (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Dalam kesempatan yang sama, Evy turut menjelaskan bagaimana HIV dapat menular pada anak. HIV dapat ditularkan pada anak melalui ibu, bukan bapak. Proses penularan dapat terjadi lewat plasenta, persalinan, hingga ASI.

"Jadi biasanya dari ibu ketika hamil. Kemudian bisa menular lewat plasenta, persalinan, dan lewat ASI. Karena itu, kalau kita tidak tahu sama sekali, itu risikonya sampai 30-40 persen. Jadi bayi bisa kena," kata Evy.

Meski begitu, Evy menjelaskan, penularan HIV dari ibu ke anak tetap bisa dicegah dengan deteksi dan pengobatan dengan ARV secara rutin tadi. Itulah mengapa wanita juga menjadi salah satu orang yang wajib melakukan tes HIV sebelum hamil.

"Salah satu orang yang wajib ditawarkan tes HIV itu ibu hamil, semua ibu hamil. Kalau kita bisa lakukan pencegahan, risiko 30-40 persen tadi bisa menurun jadi kurang dari satu persen. Sehingga bayinya bisa sehat," ujar Evy.

HIV pada Ibu dan Anak di Indonesia

Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto oleh Anna Shvets dari Pexels)

Lebih lanjut Evy mengungkapkan bahwa tes HIV pun bisa dilakukan sedini mungkin, termasuk sebelum menikah. Tes tersebut biasanya dilakukan oleh calon pengantin dan umumnya ditawarkan oleh para dokter.

Jika dinyatakan positif, maka pasien bisa mengonsumsi ARV. Sehingga dapat mencegah proses penularan dengan lebih dini terutama bila punya rencana untuk hamil.

Menurut Evy, masalah HIV pada anak menjadi salah satu hal yang menyedihkan di Indonesia. Hal tersebut lantaran banyak anak yang terinfeksi HIV karena tes pada ibu hamil dan upaya pencegahannya masih minim.

"Yang sedih Indonesia itu PR-nya paling besar adalah masih banyak anak yang terkena HIV, karena berarti tes di ibu hamilnya dan upaya kita mencegah di ibu hamilnya belum mencapai target," ujar Evy.

"Sementara di tempat-tempat lain, jangan jauh-jauh, di Thailand, Malaysia, mungkin hampir enggak ada lagi anak yang HIV dari ibunya karena semua ibunya sudah dites. Kalau ketahuan HIV, sudah diobati," tambahnya.

Pengobatan HIV yang Panjang Sejak Kecil hingga Dewasa

Ilustrasi penyakit HIV AIDS
Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

Evy pun mengungkapkan bahwa dirinya banyak dihadapkan dengan pasien HIV usia anak yang berlanjut hingga dewasa. Pengobatannya menjadi berubah saat anak sudah berusia di atas 18 tahun.

"Kami sudah mulai berhadapan dengan kasus anak yang tadinya waktu kecil didiagnosis HIV, sudah dapat ARV. Kemudian pindah ke layanan dewasa dan itu lumayan challenging," kata Evy.

"Kadang-kadang sedihnya anak-anak itu sudah tidak punya orangtua, sudah meninggal. Sekarang mereka harus menghadapi berbagai macam kondisi sebagai orang dewasa. Beda banget menghadapinya dibanding dengan menghadapi orang yang kena HIV baru saat dewasa."

Hingga kini, data himpunan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan terdapat 12.553 anak dibawah usia 14 tahun yang terinfeksi HIV pada 2010 hingga September 2022. Kasus HIV tersebut dominan terjadi pada anak dibawah 4 tahun.

Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya