Liputan6.com, Jakarta Penemuan subvarian Omicron BN.1 di Indonesia menimbulkan kekhawatiran, apakah akan menyebabkan terjadi kenaikan kasus COVID-19 lagi? Terlebih, Indonesia baru saja 'bernapas lega' dari puncak gelombang varian XBB yang saat ini sedang bergerak turun.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi, kewaspadaan terhadap beragam virus Corona baru yang muncul, termasuk varian BN.1 tetap harus ditingkatkan.
Baca Juga
Kemenkes juga sedang memantau persebaran BN.1 di Indonesia dan negara-negara lain yang melaporan adanya varian tersebut. Dari informasi yang dihimpun, belum terlihat peningkatan kasus COVID-19 secara signifikan akibat varian BN.1 di negara lain.
Advertisement
"Kami monitor varian baru yang sekarang ini termasuk BN.1. Di beberapa negara juga sudah dilaporkan, tapi dia (BN.1) belum ada tren peningkatan (kasus COVID-19)," terang Nadia usai acara 'Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pejabat Fungsional Ahli Utama' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Kamis, 8 Desember 2022.
Subvarian BN.1 merupakan 'anakan' Omicron dari sublineage (sub garis keturunan) BA.2.75. Di Indonesia, saat ini varian Omicron beserta 'anakannya' mendominasi kasus dan persebaran lineage ketimbang varian lainnya seperti Delta.
Data Kemenkes yang diterima Health Liputan6.com pada 8 Desember 2022 memperlihatkan, varian BN.1 yang sudah terdeteksi ada 20 kasus. Pelaporan pertama kasus varian BN.1 di Kepulauan Riau masuk pada tanggal 16 September 2022.
Potensi Kenaikan Kasus COVID-19
Kemunculan varian BN.1 dapat menggeser subvarian sebelumnya, yakni XBB, XBB.1, dan BQ.1. Bahkan Indonesia sudah melewati gelombang XBB dan XBB.1.
Hal ini terlihat dari kasus harian COVID-19 yang mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, setelah sempat melonjak hingga sekitar 4.000 sampai 7.000 kasus per hari. Dalam hal ini, kenaikan kasus COVID-19 lantaran adanya penyebaran varian baru COVID-19.
"Pak Menteri (Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin) kan selalu sampaikan, bahwa yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus adalah varian baru," Siti Nadia Tarmizi menjelaskan.
"Sekaran kan (kasus COVID-19) XBB, XBB. 1 turun. Nanti kalo dia (BN.1) mungkin naik tiga bulan kemudian, itu (kenaikan kasus) ya biasanya karena ada varian baru."
Advertisement
Karakteristik BN.1 sedang Diteliti
Persebaran subvarian BN.1 tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Laporan kasus 'anakan' Omicron BA.2.75 ini terbanyak ditemukan di DKI Jakarta.
Provinsi dengan persebaran varian BN.1 di Indonesia, antara lain: (dalam kasus)
- DKI Jakarta 9
- Jawa Tengah 5
- Kepulauan Riau 3
- Sumatera Utara 1
- Kalimantan Barat 1
- Kalimantan Selatan 1
Saat ini, Kemenkes sedang memantau persebaran varian BN.1 di Tanah Air. Potensi seberapa jauh penularan dan karakteristik juga sedang diteliti lebih jauh sambil melihat perkembangan di negara-negara lain yang melaporkan BN.1.
"BQ.1, XBB, XBB.1 itu kita bisa lihat peningkatannya di negara lain. Kemudian kami nemuin sekarang, ada subvarian baru lagi -- BN.1. Kami sedang lihat potensinya gimana," lanjut Siti Nadia Tarmizi.
Varian BN.1 di AS
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) sedang melacak munculnya varian BN.1. Sekitar 4,3 persen dari kasus COVID-19 baru secara nasional sekarang terkait dengan varian BN.1, menurut perkiraan "Nowcast" yang dirilis oleh CDC.
Prevalensi strain baru ini terbesar di negara bagian Barat AS, wilayah yang membentang di Arizona, California, Hawaii, dan Nevada. Ada 6,2 persen kasus baru di wilayah tersebut, dikutip dari artikel berjudul, CDC now tracking BN.1, the latest new COVID variant on the rise yang diterbitkan CBS News pada 14 November 2022.
Berita tentang varian baru BN.1 muncul ketika laju rawat inap baru COVID-19 secara nasional yang telah menurun sejak September 2022, mulai meningkat lagi selama beberapa minggu terakhir.
Seorang pejabat CDC, Natalie Thornburg mengatakan, subvarian Omicron BN.1 diperkirakan meningkat dua kali lipat kira-kira setiap dua minggu di seluruh AS.
Para ilmuwan pertama kali mendeteksi BN.1 pada bulan September 2022, dari garis keturunan varian BA.2.75 yang tersebar di Eropa dan Asia.
Advertisement