Liputan6.com, Jakarta Kondom telah lama menjadi alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan. Saking efektifnya, muncul narasi safe sex atau seks aman yang umumnya dapat dicegah dengan menggunakan kondom.
Kondom dapat mencegah kehamilan serta menurunkan risiko penularan infeksi menular seksual. Namun, seberapa efektif sebenarnya kondom dalam hal safe sex untuk mencegah kehamilan? Faktor apa saja yang bisa memengaruhinya?
Baca Juga
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas endokrinologi reproduksi RS EMC Tangerang Pekayon, Marinda mengungkapkan bahwa efektivitas kondom untuk mencegah kehamilan akan sangat tergantung dengan berbagai kondisi.
Advertisement
"Tergantung bocor atau enggak. Pada dasarnya sih bisa saja (mencegah kehamilan), cuma kalau dibilang safe banget ya belum tentu," ujar Marinda dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Selasa, (20/12/2022).
"Kadang dalam cara pemakaian kondom, mungkin kondomnya sudah kedaluwarsa, atau saking hot-nya dalam seks, lupa momentum pas masang kondomnya. Jadi sudah tercecer dulu spermanya. Ya, keamanannya jadi tidak seaman kontrasepsi steril," tambahnya.
Marinda menjelaskan, pilihan kontrasepsi terutama jika hendak mencegah kehamilan dan memiliki anak dapat dilakukan dengan spiral dan alat kontrasepsi lainnya. Mengingat kemungkinan bocor pada kondom masih ada.
"Jadi kalau kondom kemungkinan bocornya sih bisa saja, karena momentum pas pemakaian (itu menentukan). Para pasangan itu biasanya pakai kondom kalau sudah mau mendekati cus. Jadi sebelum cus, spermanya kadang sudah netes duluan. Kebobolan juga," kata Marinda.Â
Alat Kontrasepsi, Tentukan Sesuai Keperluan
Lebih lanjut Marinda mengungkapkan bahwa pemilihan alat kontrasepsi bisa bergantung pada keperluan masing-masing pasangan. Seperti saat baru menikah dan hendak menunda punya anak, maka kondom bisa dijadikan pilihan sementara.
"Kadang-kadang ada pasien yang pasangan itu baru menikah, cuma mungkin 'Eh kita nanti dulu ya, tunda-tunda dulu deh bentar dua tiga bulan'. Mungkin untuk itu, ya enggak apa-apa pakai kondom," ujar Marinda.
"Tapi kalau misalnya nih dia punya anak tahun 2020 hamil, lahiran, baru beberapa bulan, hamil lagi. Nah yang kayak gitu tuh, jangan kondom lagi. Pilihlah yang lain. Banyak kan alternatif KB dan konsultasikan ke dokternya," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Marinda pun memberikan tips hamil bagi para pasangan yang memang telah menanti-nanti jabang bayi atau tengah melakukan program hamil (promil).
Hal tersebut lantaran menurutnya, tak jarang para pasutri lupa untuk tetap menikmati seks. Padahal, menikmati seks merupakan salah satu kunci terpenting dari keberhasilan promil.
Advertisement
Jangan Lupa, Tetap Menikmati Seks itu Perlu
Marinda mengungkapkan bahwa bagi perempuan yang hendak menikah atau baru menikah, tips hamil darinya adalah harus enjoy. Sehingga upaya untuk memiliki anak tidak membuat Anda dan pasangan menjadi stres.
"Kalau yang baru mau menikah, enjoy aja kali ya. Tips dari saya sebenarnya kalau mau program hamil itu enjoy your life. Masalahnya kalau pasangan-pasangan yang sedang menunggu itu suka enggak enjoy. Jadinya stres sendiri," ujar Marinda.
Marinda menjelaskan, sehat secara fisik maupun psikologis tersebutlah yang menjadi prinsip untuk promil. Mengingat kedua hal tersebut justru seringkali terlupakan terutama jika sudah terfokus untuk merencanakan kehamilan.
"Karena hal itu sering kita lupakan. Misal, kalau secara psikologis, kalau dalam seks, itu bukan making love lagi, tapi making child. Banyak sekali pasangan kalau sedang promil itu sangat tidak enjoy," kata Marinda.
Usia Tak Tentukan Keberhasilan Promil
Begitupun bagi wanita yang menikah pada usia di atas 30 tahun keatas. Marinda mengungkapkan bahwa potensi kehamilan pada wanita yang berusia di atas maupun di bawah 30 tahun tetap sama.
Keberhasilan promil lebih bergantung pada kondisi kesehatan pasutri termasuk soal cadangan telurnya.
"Sama saja sebenarnya. Jadi kalau saya, ada tuh yang umurnya 36, 37. Itu bukan patokan dia hamil. Asalkan saat kita cek, cadangan telurnya masih oke. Sometimes kita juga ada pasien yang umurnya 26 tahun, eh cadangan telurnya sudah habis. Nah soal itu lebih baik dicek," ujar Marinda.
Menurut Marinda, saat sudah banyak berpikir bahwa akan ada berbagai kesulitan untuk hamil, maka justru akan membuat lebih sulit. Bahkan membuat pasutri berpotensi memikirkan hal-hal lain yang kurang tepat untuk hamil.
"Jadi waktu ML itu banyak mikir gaya-gaya yang bisa bikin cepat dapat anak. Andaikan ada cara khusus, jadi nanti bisa KB nasional. Enggak kan, makanya enjoy your life saja sambil diperiksa. Kadang-kadang ada beberapa faktor dari gizi dari pria maupun wanitanya itu ada trouble," kata Marinda.
Advertisement