Liputan6.com, Jakarta - Tidak lama lagi, kita akan menyambut tahun baru 2023. Untuk menyambut kemeriahan tahun baru, orang-orang biasanya akan menyalakan kembang api. Ledakan cahaya yang muncul di langit malam ini memang menarik perhatian karena warnanya yang gemerlap.
Meskipun demikian, ahli saraf dan direktur Science Gallery London di King’s College di Britania Raya Daniel Glaser menyebut bahwa alasan orang-orang menyukai pertunjukan kembang api adalah karena itu mengagetkan. Sama halnya dengan petir, kilatan terang yang terlihat memperingatkan bahwa ada sesuatu akan segera terjadi.
Baca Juga
Dibayangi Momok Polusi Udara, India Larang Kembang Api dan Petasan di Perayaan Diwali 2024
Polemik Beach Club Bali Ngotot Gelar Pesta Kembang Api Saat Ritual Suci Umat Hindu Berlangsung
Konser Bruno Mars di Jakarta Hari Pertama, Penonton Restricted View Ngeluh Tak Bisa Lihat Apapun Kecuali Kembang Api
Ini kemudian mengaktifkan amigdala, bola saraf kecil di otak yang mendeteksi rasa takut. Setelah cahaya merangsang antisipasi ancaman, suara kembang api yang bergema menegaskan persepsi ini di otak. Sebagai tanggapan, sistem penghargaan melepaskan dopamin—bahan kimia yang mengatur kesenangan.
Advertisement
Akan tetapi, mengapa sesuatu yang mengagetkan malah menghasilkan kegembiraan?
Menurut Glaser, tidak seperti teror tak terkendali dari sesuatu yang tidak diketahui, ketakutan yang disebabkan oleh kembang api terkendali.
Setelah melihat pertunjukan cahaya ini berulang kali, otak mengantisipasi ledakan yang datang setelah kilatan cahaya. Ini berbeda dengan badai petir yang meskipun dapat diketahui bahwa guntur mengikuti kilat, kapan atau seberapa keras ledakan berikutnya tidak bisa dikendalikan.
Ini juga menjelaskan mengapa kembang api ini sering mengagetkan anjing. Meskipun Anda tahu ada suara yang datang setelah cahaya kembang api mulai memenuhi langit malam, anjing-anjing terkejut oleh suara keras yang tiba-tiba.
"Orang-orang tampaknya bersemangat mengantisipasi sesuatu yang sedikit menakutkan," ujar Glaser dilansir dari situs Popular Science. "Ledakan kembang api yang berulang membuat harapan ini. Setiap lampu kilat menghasilkan antisipasi ledakan, dan kepuasan itu tampaknya menjadi apa yang menarik dari pertunjukan ini."
Warna Kembang Api yang Memesona
Akan tetapi, kembang api mungkin juga terlihat memukau bagi banyak orang karena kebaruannya. Saat menyaksikan bintang-bintang piroteknik yang luar biasa ini meledak, Glaser mengatakan bahwa Anda melihat berbagai warna yang biasanya tidak dilihat.
"Kembang api benar-benar mensintesis panjang gelombang warna baru," kata Glaser. "Pada dasarnya ahli kimia telah membajak sistem dalam hal kembang api, mereka dapat membuat warna di luar spektrum."
Berbagai warna yang dihasilkan kembang api sangat indah. Saat meledak di angkasa, sinarnya yang menyala begitu cerah menyebar membentuk bunga atau yang lainnya, hingga kemudian menghilang ditelan kegelapan.
Warna kembang api yang tidak terduga ini juga menjadi alasan mengapa kembang api begitu menawan. Bahkan, Anda mungkin tidak bisa berpaling dari indahnya ledakan kembang api karena otak sibuk menyelidiki suara dan warna yang masuk secara tiba-tiba.
Jadi saat Anda menyaksikan langit gemerlap oleh kembang api, perlu diingat bahwa otak Anda juga turut merayakannya.
Advertisement
Dampak Negatif Kembang Api
Meski sangat digemari, kembang api juga dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Menurut situs Insider, beberapa dampak negatif kembang api bagi kesehatan, antara lain:
1. Stres dan Kegelisahan yang Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh serta Kemampuan untuk Melawan Penyakit
Berbagai penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa kurang tidur berdampak pada kesehatan fisik dan fungsi kognitif Anda.
"Bagi individu yang menemukan bahwa kembang api berdampak pada tidur, kualitas tidur yang lebih buruk dapat memengaruhi banyak aspek kesehatan, seperti merasa lelah, merasa tegang, dan sakit kepala," kata Stern kepada Insider.
Sebuah studi tahun 2017 pada anak kembar menunjukkan hubungan antara kurang tidur dan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, meningkatkan risiko gangguan inflamasi, masalah pencernaan, dan penyakit umum lainnya.
2. Dampak Lebih Buruk pada Orang yang Memiliki Sensitivitas terhadap Suara
Orang-orang dengan PTSD Kompleks, autisme, maupun bentuk sensitivitas lain terhadap kebisingan, semuanya merasakan dampak yang lebih parah akibat ledakan kembang api.
"Untuk beberapa individu ini, termasuk individu yang terkena jenis trauma lain, suara-suara ini dapat mengingatkan akan ancaman dan dapat secara instan mengaktifkan detektor ancaman otak," ucap Stern.
2. Kurang Tidur, Lekas Marah, dan Kesulitan Berkonsentrasi
Kembang api yang merupakan pertunjukan kilatan cahaya, tentu saja diadakan di malam hari—yang merupakan waktu tidur dan beristirahat. Fakta ini membuatnya dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
"Kembang api dapat mengganggu kemampuan untuk tidur atau tetap tertidur, terutama jika kembang api menyebabkan respons terkejut yang bertahan sedikit lebih lama," ucap Stern.
Ketika kembang tidur meledak pada jam tidur, ini menyebabkan kewaspadaan seseorang meningkat yang mengarah pada durasi tidur yang berkurang.
Kurang tidur yang disebabkan oleh kembang api dapat memengaruhi hal lain, seperti tingkat fokus, memori jangka pendek, dan semua hal yang berhubungan dengan cara Anda tidur.
"Bagi individu yang menemukan bahwa kembang api menyebabkan stres, kecemasan, atau lekas marah, ini dapat memengaruhi suasana hati. karena stres dapat berdampak pada kesehatan, ini dapat menyebabkan rasa lelah atau tegang di tubuh dan pikiran," tutur Stern kepada Insider.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement