WHO Ungkap Fakta Mengerikan, Ayo Periksa Sebelum Kelahiran

World Health Organization (WHO) mengungkapkan fakta mengerikan yakni setiap 2 menit, seorang wanita meninggal pada saat hamil atau melahirkan.

oleh Tiara Laninda diperbarui 03 Mar 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2023, 09:00 WIB
Kehamilan
Ilustrasi Ibu Hamil Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - World Health Organization (WHO) mengungkapkan fakta mengerikan yakni setiap 2 menit, seorang wanita meninggal pada saat hamil atau melahirkan.

Menurut perkiraan terbaru badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, tren kematian ibu, mengungkapkan kemunduran yang mengkhawatirkan bagi kesehatan wanita selama beberapa tahun terakhir, karena kematian ibu stagnan, bahkan meningkat di hampir semua wilayah di dunia.

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa kehamilan seharusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi semua wanita.

Tragisnya, hal ini justru menjadi pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan orang di seluruh dunia, khususnya mereka yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan berkualitas tinggi.

Statistik baru itu, menurut pria Ethiopia tersebut, mengungkapkan adanya kebutuhan mendesak untuk memastikan setiap perempuan dan anak perempuan memiliki akses ke layanan kesehatan kritis sebelum, selama, dan setelah melahirkan, serta bahwa mereka dapat sepenuhnya menggunakan hak reproduksi mereka.

Laporan tersebut, yang dilansir laman resmi WHO pada 24 Februari 2023, melacak kematian ibu secara nasional, regional dan global dari tahun 2000 hingga 2020, yang menunjukkan ada sekitar 287.000 kematian ibu di seluruh dunia pada tahun 2020.

Ini menandai hanya sedikit penurunan dari 309.000 pada tahun 2016 ketika Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB mulai berlaku.

Di dua dari delapan wilayah kerja PBB yakni Eropa dan Amerika Utara serta Amerika Latin dan Karibia, angka kematian ibu meningkat dari 2016 hingga 2020, masing-masing sebesar 17% dan 15%.

Sementara itu, di tempat lainnya, angka kematian stagnan.

Keajaiban Melahirkan Dirusak Tragedi Kematian

Bayi 29 Hari Meninggal Terpapar COVID-19, Ini 7 Etika Jenguk Bayi di Era Pandemi
Ibu dan buah hati (FOTO: Unsplash.com/aditya romansa).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), Catherine M. Russell mengatakan bahwa bagi jutaan keluarga, keajaiban melahirkan dirusak oleh tragedi kematian ibu.

Wanita kelahiran New Jersey, Amerika Serikat, tersebut mengatakan bahwa seharusnya tidak ada ibu yang takut akan nyawanya saat melahirkan bayi, terutama ketika pengetahuan dan alat untuk mengobati komplikasi umum tersedia.

“Kesetaraan dalam perawatan kesehatan memberi setiap ibu, tidak peduli siapa mereka atau di mana pun mereka berada, kesempatan yang adil untuk persalinan yang aman dan masa depan yang sehat bersama keluarga mereka,” tutur Russell.

Berpusat di Negara-negara Miskin

Afrika Akan jadi Benua Terbersih?
Peta Afrika. (Wikimedia)

Dalam jumlah total, kematian ibu terus berpusat di bagian termiskin di dunia dan di negara-negara yang terkena dampak konflik.

Pada 2020 sekitar 70% dari semua kematian ibu terjadi di sub-Sahara Afrika. Di sembilan negara yang menghadapi krisis kemanusiaan yang parah, angka kematian ibu lebih dari dua kali lipat rata-rata dunia (551 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan 223 secara global).

Penyebab utama kematian ibu dapat disebabkan oleh pendarahan hebat, tekanan darah tinggi, infeksi terkait kehamilan, komplikasi dari aborsi yang tidak aman, dan kondisi mendasar yang dapat diperburuk oleh kehamilan (seperti HIV/AIDS dan malaria).

“Ini semua sebagian besar dapat dicegah dan diobati dengan akses ke perawatan kesehatan berkualitas tinggi,” kata Uribe yang berasal dari Kolombia.

Perawatan kesehatan primer yang berpusat pada masyarakat dapat memenuhi kebutuhan wanita, anak-anak dan remaja dan memungkinkan akses yang setara ke layanan-layanan penting seperti kelahiran dengan bantuan dan perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, vaksinasi anak, nutrisi dan keluarga berencana.

Namun, kekurangan dana untuk sistem perawatan kesehatan primer, kurangnya tenaga perawatan kesehatan yang terlatih, dan rantai pasokan yang lemah untuk produk medis mengancam kemajuan.

Pemeriksaan Pranatal Sangat Penting

Masalah pada Kromosom
Ilustrasi Pemeriksaan Kehamilan Credit: pexels.com/Mart

Kira-kira sepertiga wanita bahkan tidak melakukan empat dari delapan pemeriksaan pranatal atau sebelum melahirkan yang direkomendasikan atau menerima perawatan pascakelahiran yang penting, sementara sekitar 270 juta wanita tidak memiliki akses ke metode keluarga berencana modern.

WHO menggarisbawahi bahwa melakukan kontrol atas kesehatan reproduksi, terutama keputusan tentang apakah dan kapan memiliki anak, sangat penting untuk memastikan bahwa perempuan dapat merencanakan dan mengatur jarak untuk melahirkan anak dan melindungi kesehatan mereka.

Ketidaksetaraan yang terkait dengan pendapatan, pendidikan, ras, atau etnis semakin meningkatkan risiko bagi ibu hamil yang terpinggirkan, yang memiliki akses paling sedikit ke perawatan esensial, tetapi kemungkinan besar mengalami masalah kesehatan mendasar selama kehamilan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya