Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dra. Lucia Rizka Andalucia mengatakan bahwa alat kesehatan termasuk benang bedah masih didominasi produk luar negeri.
“Saat ini alat kesehatan di Indonesia masih banyak didominasi oleh produk-produk impor,” kata Lucia secara daring di peluncuran benang bedah Kalbe, Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Baca Juga
Meski begitu, Kemenkes tak memungkiri adanya peningkatan produksi serta penggunaan alat kesehatan dalam negeri. Hal ini terlihat dari jumlah izin edar alat kesehatan dalam negeri tahun 2022 yang meningkat 2,3 kali lipat dibandingkan 2019.
Advertisement
Demikian pula transaksi alat kesehatan dalam negeri di e-katalog tahun 2022 yang meningkat 2,5 kali lipat dibanding tahun 2019 hingga 2021.
“Peningkatan ini harus disertai dengan pengendalian dan jaminan mutu alat kesehatan dalam negeri pada seluruh tahapan siklus alat kesehatan,” kata Lucia.
Ia menambahkan, alat kesehatan yang baik akan mendukung pelayanan di berbagai fasilitas kesehatan. Baik pelayanan kesehatan primer maupun sekunder. Dan, kebutuhan alat-alat kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan Tanah Air seharusnya dapat dipenuhi dan diproduksi oleh industri alat kesehatan dalam negeri.
“Banyak sekali kebutuhan kita untuk mendukung layanan kesehatan primer maupun sekunder yang seharusnya bisa dipenuhi oleh industri-industri farmasi dan industri alat kesehatan dalam negeri,” katanya.
Potensi Ekspor
Dalam kesempatan tersebut, Staf Khusus Menteri Kesehatan bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc.,Ph.D., juga memberi tanggapan serupa.
Menurutnya, kebutuhan alat medis termasuk benang bedah masih tinggi. Hal ini melatarbelakangi perlunya memproduksi benang bedah di dalam negeri.
Selain untuk digunakan sendiri di Indonesia, benang bedah lokal juga berpotensi untuk diekspor.
“Ini (benang bedah) potensial untuk diekspor tidak seperti mesin MRI atau CT Scan yang agak susah untuk diekspor. Benang bedah potensi ekspornya tinggi sekali,” kata Laksono dalam acara yang sama tapi hadir secara langsung.
Advertisement
Selama Ini Pakai Benang Bedah Impor
Ia menambahkan, selama ini, Indonesia menggunakan alat kesehatan termasuk benang bedah yang diimpor dari luar negeri seperti China dan Jerman.
“Hal seperti ini yang sebetulnya kita perlu gantikan dengan produk dalam negeri,” kata Laksono.
Ia pun tak bisa memperkirakan seberapa besar kebutuhan alat kesehatan di Indonesia. Pasalnya, alat kesehatan pun jenisnya bermacam-macam.
Namun, kebutuhan yang besar itu menjadi latar belakang bagi Kalbe memproduksi benang bedah sendiri di dalam negeri.
Benang Bedah Lokal
Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius menyampaikan bahwa selama ini benang bedah yang digunakan di Indonesia memang berasal dari luar negeri.
“Kita melihat kenapa semuanya impor terus itu yang membuka ide kita sehingga kita mencoba untuk produksi lokal. Seperti kita tahu kebutuhan alat kesehatan ini banyak sekali mungkin ribuan atau puluhan ribu item,” ujar Vidjongtius.
Vidjong menambahkan, proses menuju pembuatan benang bedah lokal lebih kurang dua tahun. Saat ini produknya sudah jadi dan siap dipasarkan.
“Jadi izin edarnya sudah ada, izin standarnya sudah ada, sudah masuk e-katalog juga,” tambah Vidjong.
Terkait distribusinya, alat kesehatan ini akan tersedia di seluruh wilayah di Indonesia.
“Kita siap di seluruh daerah, kota dan provinsi semua siap, jadi kalau istilahnya besok mau pakai, pasti ada,” katanya.
Dari sisi harga, benang bedah ini juga cenderung lebih murah ketimbang produk impor. Meski lebih murah, tapi mutu atau kualitasnya sama dengan produk luar.
“Ada sertifikasi CE ini standar Eropa untuk menjaga mutu. Karena kita menargetkan tidak hanya Indonesia, ASEAN, Eropa juga itu bisa kita jual,” ujar Vidjong.
Advertisement