Liputan6.com, Jakarta - CEO TikTok Shou Zi Chew mengakui dalam sebuah wawancara publik bahwa anak-anaknya tidak diizinkan bermain TikTok.
Ia mengatakan bahwa anak-anaknya yang berusia delapan dan enam tahun tidak memiliki akun TikTok karena mereka masih terlalu kecil untuk itu.
Baca Juga
Menurutnya, hal ini mengingat aplikasi TikTok di negara lain tidak mengizinkan anak di bawah usia 13 tahun untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Advertisement
“TikTok, di sini (AS), jika Anda berusia di bawah 13 tahun, Anda mendapatkan versi TikTok yang sangat terbatas. Dan di banyak negara lain di seluruh dunia, kami tidak mengizinkan pengguna yang berusia di bawah 13 tahun," jelas CEO TikTok yang merupakan alumni Harvard University tersebut.
Hal tersebut diucapkannya dalam wawancara konferensi DealBook dengan The New York Times sekitar 3 bulan lalu, melansir Parent Herald.
Lebih lanjut, Shou mengatakan bahwa TikTok merupakan platform yang mengedepankan keamanan anak.
“Kami memiliki peraturan. Kami memiliki 13 aturan yang kami sebut dengan Community Guidelines (pedoman pengguna). Ini adalah peraturan tentang konten-konten yang kami izinkan dan larang,” ia menjelaskan.
Adapun konten-konten yang dilarang di TikTok meliputi pornografi, kekerasan, dan misinformasi, mengutip Shou.
TikTok Prioritaskan Rasa Aman dan Percaya
CEO TikTok tersebut menyarankan para orangtua untuk menggunakan fitur keamanan dan pemantauan aplikasi yang disebut "Family Pairing".
Dengan fitur ini, orang tua bisa mengakses banyak alat untuk mengelola konten dan pengalaman yang didapatkan anak dari aplikasi TikTok.
Selain itu, orang tua bisa memupuk rasa percaya kepada anak, serta anak juga bisa merasa aman.
Wawancara yang telah ditonton sebanyak hampir lebih dari 500 ribu kali ini telah menghasilkan berbagai pendapat, baik dari pengguna maupun bukan pengguna TikTok.
Beberapa orang menganggap, ironis ketika CEO TikTok melarang anak-anaknya menggunakan TikTok karena dia tahu bahaya dari aplikasi tersebut.
Di sisi lain, banyak orang memuji Shou karena mengasuh anak dengan benar dan menyarankan agar orangtua melakukan hal yang sama.
Advertisement
Misi TikTok: Kreativitas dan Kebahagiaan
Shou menekankan, setiap perusahaan memiliki misi yang berbeda-beda. Adapun TikTok memiliki misi untuk menginspirasi kreativitas dan menciptakan kebahagiaan, mengutip CEO tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan tidak mengizinkan iklan berbau politik untuk menghindari perselisihan.
“Kami sebenarnya tidak menerima iklan politik, dan setahu saya, kami adalah satu-satunya platform pada skala ini yang tidak mengizinkan iklan politik,” pungkasnya.
Fitur Membatasi Waktu Bermain TikTok
Dalam wawancara tersebut, Shou diminta pendapatnya tentang berapa lama durasi yang tepat untuk bermain TikTok bagi penggunanya.
Menurutnya, setiap pengguna berhak diberi kebebasan menentukan hal tersebut.
“Akan tetapi, setahu saya, sejauh ini kami merupakan platform pertama yang mulai memberikan pesan kepada pengguna jika Anda menghabiskan waktu terlalu lama pada platform ini,” ia menambahkan.
Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa durasi yang wajar tergantung kepada umur pengguna dan waktu saat pengguna mulai membuka aplikasi.
TikTok Selalu Menampilkan Konten yang Ingin Dilihat
Shou membeberkan, TikTok selalu mampu menampilkan jenis konten yang ingin dilihat pengguna karena algoritma.
“Itu hanyalah matematika. Cara mesin algoritma bekerja adalah dengan mengambil sinyal sikap pengguna,” terangnya.
Kemudian, hal tersebut terbentuk menjadi pengalaman pengguna ketika menggunakan TikTok.
Lebih lanjut, ia mengungkap perhitungan dilakukan dengan melihat seberapa lama pengguna menonton video tertentu dan seberapa cepat pengguna mengabaikannya.
“Selanjutnya, apakah Anda membagikannya? Apakah Anda memberi komentar? Apakah Anda menyukainya? Sinyal sikap pengguna ini dioperasikan secara matematis, lalu mesin algoritma merekomendasikan konten serupa kepada Anda,” ia menambahkan.
Advertisement