Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, asma dikenal sebagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan pernapasan. Namun, pertanyaan yang muncul salah satunya justru soal rokok.
Anda mungkin salah satu yang ikut mempertanyakan soal boleh atau tidaknya pasien asma merokok. Lantas, bolehkah demikian?
Baca Juga
Ketua Pokja Bidang Asma & PPOK, Dr Budhi Antariksa, SpP(K) mengungkapkan bahwa pasien asma tidak dianjurkan untuk merokok. Apalagi jika yang hendak digunakan berupa rokok elektrik atau vape.
Advertisement
"Kalau kita anjurkan, bagi pasien dengan asma atau penyandang asma lebih baik jangan merokok. Apalagi vape," ujar Budhi dalam konferensi pers Hari Asma Sedunia bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Selasa (2/5/2023).
Vape Punya Lebih Banyak Asap, Bahaya untuk Asma
Budhi mengungkapkan bahwa vape mengandung asap yang lebih tebal daripada rokok konvensional. Sehingga, dari sanalah vape dianggap lebih berbahaya terutama bagi pasien asma.
"Vape itu sendiri kalau kita lihat asapnya itu lebih tebal daripada rokok yang biasa, dan itu juga kandungannya kita enggak ngerti di dalamnya karena bisa diisi macam-macam zatnya. Mau rasa apa, itu ada," kata Budhi.
"Dan itu (asap vape) akan menyebabkan terjadi suatu proses alergik pada saluran pernapasannya terutamanya pada pasien asma. Jadi kalau untuk pasien asma, jangan merokok. Jangan menghirup vape. Pakai udara yang baik untuk kalian bernapas," sambungnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI 2020 sendiri, asma sudah menjadi salah satu penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan, jumlah pasien asma sudah lebih dari 12 juta jiwa.
Kebanyakan Pasien Asma Dimulai Sejak Kecil
Lebih lanjut Budhi mengungkapkan bahwa pasien asma terbanyak sendiri sebenarnya datang dari kategori usia anak. Budhi pun menyarankan agar anak diberikan obat asma dan menghindari penyebabnya jika sudah terdiagnosis.
"(Pasien) yang terbanyak sebenarnya pada anak-anak. Tapi bisa berlangsung sampai ke dewasa. Oleh karenanya, itu pada saat dia anak-anak (harusnya) sudah diberikan pengobatan dan sudah mengurangi paparan dari penyebab asmanya," ujar Budhi.
"Dalam pertumbuhan, diharapkan untuk otot-otot dada serta parunya itu terjadi perkembangan dan lebih baik. Biasanya seringkali akan menghilang saat dia sudah dewasa," tambahnya.
Budhi menambahkan, kondisi akan berbeda jika pasien tidak melakukan pengobatan yang tepat dan tidak menghindari penyebab asma. Maka, asma bisa terus ada hingga dewasa.
"Bisa juga dia akan terus-menerus (ada sampai dewasa) apabila memang asmanya itu tidak terkontrol," kata Budhi.
Advertisement
Penyebab Asma Harus Jelas, Menentukan Obatnya
Terlebih, Budhi menambahkan, asma harus diketahui jelas pencetusnya. Hal itu lantaran asma akan berbeda pada tiap orang karena pencetusnya beragam.
"Harus mengetahui pencetusnya apa, karena pasien asma punya pencetus yang khas. Coba dinilai kenapa kok anak ini tiba-tiba asma kambuh," ujar Budhi.
Budhi mengungkapkan ada beberapa kemungkinan yang biasanya dapat memicu asma. Salah satunya zat-zat yang bersifat alergik di luar maupun stres dari dalam tubuh.
"Ada beberapa kemungkinan, apa itu zat-zat yang sifatnya alergik di luar. Mungkin juga dia bisa dari stresnya," kata Budhi.
Asma, Apa Bisa Merenggut Jiwa?
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir dr Arief Bakhtiar, SpP(K), FAPSR. Arief mengungkapkan bahwa asma bukan tidak mungkin dapat mengancam jiwa. Sebab, asma menyebabkan serangan yang berat pada pasien.
"Asma adalah serangan berat. Apalagi di tempat yang tinggi, di tempat yang dingin. Terkena serangan hebat dan dia enggak punya obat sebagai pelega, tidak tertolong, yang bisa meninggal," ujar Arief.
Sebagai pengobatannya, Arief mengungkapkan pasien asma berat bisa melakukan terapi biologis. Namun, asma tidak bisa dipastikan dapat sembuh total.
"Kita enggak berani ngomong asma itu sembuh. Tapi minimal bisa kita buat asma itu membantu mencapai tahap terkontrol supaya pasien kualitas hidupnya semakin baik," kata Arief.Â
Advertisement