Liputan6.com, Jakarta Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) masih menjadi tantangan tersendiri dalam dunia kesehatan dan sosial, termasuk di Indonesia.
Data himpunan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan adanya tambahan sekitar lima ribu ibu rumah tangga yang positif HIV setiap tahunnya. Penyebabnya? Perilaku seks berisiko.
Baca Juga
Peran alat kontrasepsi seperti kondom pun selalu dibawa-bawa jika bicara tentang HIV AIDS. Lantas, bagaimana sebenarnya cara penularan HIV AIDS? Bisakah pencegahannya dilakukan hanya dengan kondom?
Advertisement
Cara Penularan HIV AIDS
HIV dapat menular lewat jarum suntik. Namun, berhubungan seks menjadi cara selanjutnya yang paling ampuh menularkan HIV. Proses penularan terjadi melalui cairan vagina maupun cairan sperma saat melakukan aktivitas seksual dengan pasien positif.
Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI), Dr dr Evy Yunihastuti, SpPD mengungkapkan bahwa secara sederhana, semua jenis hubungan seks bisa berisiko menularkan HIV.
Tapi, ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan dalam hal ini. Menurut Evy, individu yang berperan sebagai reseptif atau penerima dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan yang insertif atau memasukkan.
"Kemudian hubungan seks lewat anus itu lebih besar risikonya dibandingkan dengan hubungan seks lewat vagina. Jadi tergantung bagaimana caranya," ujar Evy saat media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu.
Evy pun menyebut bahwa keduanya dapat dicegah lewat melakukan tes HIV AIDS sedini mungkin, termasuk sebelum menikah. Tes tersebut biasanya dilakukan oleh calon pengantin dan umumnya ditawarkan oleh para dokter.
HIV Bisa Dicegah dengan Kondom, Jika...
US Department of Health & Human Services dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan HIV memang dapat menular melalui hubungan seks vaginal maupun anal tanpa kondom.
Sehingga penggunaan kondom sangat efektif untuk mencegah HIV serta penyakit menular seksual lainnya seperti gonore dan klamidia. Meski begitu, kondom harus digunakan dengan tepat.
"Ketika kondom digunakan dengan benar, maka jelas itu bisa menawarkan perlindungan," ujar profesor kedokteran divisi penyakit menular di Rush University Medical Center, dr Beverly Sha mengutip Everyday Health.
Bagi Anda yang aktif secara seksual, Beverly turut menyarankan untuk melakukan tes setidaknya satu tahun sekali. Cara ini dianggap efektif untuk mengetahui kondisi diri sendiri.
Terlebih, mengetahui status diri sendiri terkait HIV dapat membantu Anda untuk mencegah atau menularkan HIV pada orang lain.
Advertisement
Kalau Sudah Positif, Gimana Biar Pasangan Tak Tertular?
Pre-exposure prophylaxis (PrEP) merupakan obat HIV yang diminum oleh orang yang berisiko HIV untuk mencegah tertular. Jika diminum sesuai dengan resep, maka PrEP dapat sangat efektif untuk mencegah HIV dari hubungan seks.
Penggunaan PrEP juga telah direkomendasikan penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat.
Bagi Anda yang memiliki risiko terinfeksi HIV, maka pertimbangkan juga untuk mengonsumsi PrEP 72 jam setelah berhubungan seks. Cara ini dianjurkan bagi Anda yang mengalami kerusakan pada kondom.
Bagi para korban kekerasan seksual, konsumsi PrEP juga telah direkomendasikan untuk mencegah terpapar HIV.
Bagaimana Soal Obat HIV seperti ARV?
Sedangkan, antiretroviral (ARV) dapat dikonsumsi khusus untuk mengobati virus HIV sampai tidak lagi terdeteksi. Pada pasangan suami istri yang memang ingin memiliki keturunan, ARV dapat diberikan untuk ODHIV hingga virusnya tidak lagi terdeteksi.
"Contohnya pasangan suami istri yang ingin punya keturunan. Jadi biasanya yang ada HIV, kita berikan ARV sampai virusnya tidak terdeteksi. Baru boleh berhubungan seksual tanpa kondom," ujar Evy.
Menurut Evy, ARV sendiri harus diminum seumur hidup lantaran pada ODHIV, dokter tidak bisa menyatakan kesembuhan secara total. Mengingat selain dalam darah, HIV bisa ada pada sumsum tulang maupun kelenjar getah bening.
"Memang minum obatnya harus seumur hidup. Kita tidak bisa bilang sembuh total. Karena obat ARV yang ada bisa menurunkan virus yang ada dalam darah, tapi belum bisa menembus lokasi sumsum tulang, kelenjar getah bening. Ketika dihentikan, virusnya bisa ada di tempat-tempat itu," ujar Evy.
Advertisement