Liputan6.com, Jakarta Anak-anak yang memiliki alergi bisa berimbas kepada psikologisnya. Kondisi tersebut kemudian bisa memengaruhi daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi yang kurang atau hiperaktif bahkan lemas.
"Sehingga anak akan menjadi cenderung kurang percaya diri saat bersosialisasi dengan teman sebayanya," kata psikolog anak yang juga parenting coach, Irma Gustiana dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Baca Juga
Alternatif Nutrisi untuk Anak dengan Alergi Susu Sapi agar Tumbuh Kembang Optimal
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Gagal di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong Yakin Timnas Indonesia Akan Sukses di SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2026
Maka dari itu, orangtua yang sudah mengetahui anak memiliki risiko atau mengalami alergi sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Hal itu, kata Irma, bisa untuk mengetahui penyebab serta menekan risiko buruk pada anak.
Advertisement
Jangan Labeling Anak dengan 'Kamu Anak Alergian'
Irma juga mengingatkan orangtua untuk terus memupuk rasa percaya diri anak. Salah satunya dengan menghindari pemberian label bahwa dia anak yang alergi.
“Jangan kasih label. Misalnya ngomong ‘Kamu tuh kan alergian nak’ gitu. Jangan begitu. Karena dia akan sugesti ke dirinya ‘Aku tuh alergian. Aku tuh lemah, aku beda’," kata Irma.
Bila memberikan labeling seperti itu apda anak hal itu bisa membuat anak jadi tidak percaya diri. Atau malah membuat hal itu jadi alasan untuk menolak atau mengelak.
"Karena anak itu tricky. Dia bisa memanipulasi itu. Jadi jangan labeling. Tapi dia tetap perlu tahu kondisi dia," lanjut Irma mengutip Antara.
Lalu, bagaimana cara melarang anak untuk makan sesuatu yang bisa membuat alergi?
Bentuk komunikasi yang baik kepada anak akan membuatnya mengerti tanpa memberi labeling.
"Kalau makan ini nanti kamu batuk. Kita cari yang lain ya atau kita cari yang rasanya mirip," contoh Irma.
Jangan Terlalu Mengekang Anak
Hal senada disampaikan dokter spesialis anak konsultan alergi imonologi, Isman Jafar. Ia mengatakan agar orangtua tidak terlalu mengekang anak.
“Itu malah kita jadi merusak hidup seorang anak. Kan anak itu mau coba semua," kata Isman Jafar dalam Festival Soya Semua Anak Bisa Maju bersama Sari Husada.
Selain aktivitas, hal yang sama berlaku pada saat anak mencoba makanan. Orangtua disarankan tidak mengekang anak sebelum ada bukti bahwa anak alergi makanan tertentu.
“Padahal yang betul adalah sebelum ada bukti hitam di atas putih (pernyataan dokter) anak itu alergi, itu hanya prasangka saja. Mungkin betul, tapi jangan mengekang anak,” kata Isman
Advertisement
Alergi Makanan Berkurang Bila Sudah di Atas 2 Tahun
Isman menjelaskan bahwa alergi terhadap makanan atau food alergy akan meningkat tinggi di usia 1 - 2 tahun. Seiring bertambahnya usia, bisa jadi anak tidak sudah alergi terhadap makanan itu.
“Misalnya kalau sudah 6 sampai 7 tahun ya jangan dilarang-larang juga. Kita biarkan saja anaknya makan makanan tersebut dengan harapan akan timbul toleransi,” kata Isman.
Ketika tubuh sudah bisa menoleransi, berarti tubuh sudah tidak menganggap bahaya. Itu yang diharapkan terjadi pada anak.
Waspada Bila Ada Reaksi Anafilaksis
Isman juga mengingatkan bahaya apabila anak sudah mengalami reaksi anafilaksis. Ini adalah reaksi alergi berat dan terjadi secara tiba-tiba setelah tubuh terpapar pemicu alergi.
“Misal menyerang beberapa anggota tubuh seperti jantung dan lain-lain. Nah itu risiko. Jangan coba-coba. Tapi kalau belum ada bukti pasti, biasa saja. Santai saja,” terangnya.
Advertisement