Tak Cuma Cemari Laut, Mikroplastik Juga Bisa Sampai ke Perut

Data National Ocean Services menunjukkan bahwa 80 persen polusi di laut berasal dari darat, salah satunya dalam bentuk plastik.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Jun 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2023, 09:00 WIB
Tak Cuma Cemari Laut, Mikroplastik Juga Bisa Sampai ke Perut
Data National Ocean Services menunjukkan bahwa 80 persen polusi di laut berasal dari darat, salah satunya dalam bentuk plastik. | unsplash.com/@brian_yuri

Liputan6.com, Jakarta Data National Ocean Services menunjukkan bahwa 80 persen polusi di laut berasal dari darat, salah satunya dalam bentuk plastik.

Berdasarkan studi terkini dari Research Professor of Oceanography Kara Lavender, jumlah puing plastik di laut dapat mencapai 50.000 miliar yang tersebar dari kutub ke antartika melalui daerah tropis.

Dua jenis plastik yang paling umum berada di lautan adalah Polyethylene, material kantong plastik serta Polypropylene, bahan pembuat tutup botol, sedotan, dan pembungkus makanan.

Sebagian besar potongan-potongan plastik ini berukuran kurang dari lima milimeter yang dikenal sebagai mikroplastik.

Mikroplastik menjadi kekhawatiran besar bagi para peneliti karena ukurannya sangat kecil sehingga memiliki kemampuan tak terbatas untuk masuk dalam lingkungan. Ini lah yang membuat mikroplastik dengan mudahnya memasuki rantai makanan.

Pada 2015, ilmuwan mengidentifikasi 560 spesies biota laut menelan mikroplastik dan angka ini meningkat sebanyak 2 kali lipat dalam 20 tahun.

Chelsea Rochman dari Davis University meneliti bagaimana perilaku plastik ketika berada di air laut.

Menurutnya, plastik bersifat seperti magnet yang dapat menarik bahan-bahan kimia lain yang terkandung pada air laut. Hal ini disebabkan plastik sendiri merupakan campuran dari berbagai bahan kimia dari proses manufaktur.

Beberapa jenis plastik bahkan lebih berbahaya ketika memasuki perairan. Menurut temuannya, 25 persen ikan yang dibeli dari pasar ikan di California dan Indonesia mengandung mikroplastik. Kontaminasi juga didapati pada sepertiga kerang dari kedua tempat.

Plastik yang dibuang ke laut akan kembali lagi di hadapan kita dalam bentuk hidangan–terkandung dalam makanan laut yang kita konsumsi,” kata Chelsea mengutip keterangan pers Coway, Minggu (11/6/2023).

32 Juta Ton Plastik Berakhir di Lautan

Ironi Hari Laut Sedunia, Sampah Plastik Penuhi Pesisir Utara Kota Jakarta
Petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu membersihkan sampah laut di muara Kanal Timur di Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta, Kamis (8/6/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara, video dokumenter dari organisasi ENDEVR memaparkan bagaimana plastik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari laut. Namun, hanya sebagian kecil plastik di laut yang dapat ditemukan. Padahal, keberadaannya ada di mana-mana.

Penelusuran organisasi Amerika Serikat ini berhasil menangkap berbagai fenomena yang terjadi akibat cemaran sampah plastik. Hal ini dijelaskan oleh insinyur di bidang pengolahan limbah, Jenna Jambeck.

Jenna yang telah melakukan studi selama 3,5 tahun, memperkirakan terdapat 8 juta metrik ton plastik di tahun 2010 masuk ke dalam lautan. Dari 275 juta ton limbah plastik, 32 juta ton di antaranya berakhir di lautan.

“Permasalahan sampah hanya dapat ditanggulangi di daratan karena setelah berada di perairan luas, hampir tidak mungkin untuk kita dapat mengambilnya kembali,” kata Jenna dalam video dokumenter berjudul What Happens to Plastic in the Ocean, The Mystery of Missing Plastic dikutip Minggu (11/6/2023).

Mengganggu Peran Laut

Ironi Hari Laut Sedunia, Sampah Plastik Penuhi Pesisir Utara Kota Jakarta
Dengan memperingati World Ocean Day, masyarakat diingatkan mengenai peran utama lautan dalam kehidupan sehari-hari. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Perjalanan melacak keberadaan sampah juga telah dilakukan oleh periset Francois Galgani, Editor-in-chief of The Scientific Journal Marine Pollution Bulletin (Elsevier).

Ia menemukan sisa-sisa botol plastik dari tahun 1960 di kedalaman laut 1000 meter, 20 km dari pantai mediterania Prancis.

Pencemaran di laut berbanding terbalik dengan peran laut bagi keseimbangan alam. Sepanjang sejarah manusia, laut menawarkan manfaat yang tak terbatas untuk keseimbangan alam, bahkan menopang perekonomian.

Mencakup 70 persen permukaan bumi, lautan mengangkut panas dari khatulistiwa ke kutub, juga berperan mengatur pola iklim dan cuaca.

Berbagai bahan obat-obatan, termasuk obat anti kanker, alzheimer, dan penyakit jantung–bahkan bersumber dari laut. Perubahan iklim, limbah industri, dan limbah rumah tangga mengubah banyak hal dari laut dan mengganggu peran laut.

Jaga Kebersihan Laut Mulai dari Hal Sederhana

Ironi Hari Laut Sedunia, Sampah Plastik Penuhi Pesisir Utara Kota Jakarta
Sejarah Hari Laut Sedunia pertama kali dideklarasikan pada 1992 di Rio de Janeiro. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mengingat pentingnya laut bagi keseimbangan alam, diperlukan usaha bersama dari semua pihak untuk menjaga kelestariannya.

Salah satu upaya sederhana yang dapat dilakukan masyarakat adalah mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya sederhana lainnya yang dapat dilakukan adalah:

Bantu Rawat Pantai

Jelajahi dan hargai lautan tanpa mengganggu satwa liar atau menghilangkan bebatuan dan karang. Dorong diri sendiri dan orang lain untuk menghormati lingkungan laut atau dengan berpartisipasi dalam pembersihan pantai setempat.

Dukung Organisasi yang Bekerja untuk Melindungi Lautan

Banyak lembaga dan organisasi berjuang untuk melindungi habitat laut dan margasatwa laut. Temukan organisasi nasional dan pertimbangkan untuk memberikan dukungan keuangan atau menjadi sukarelawan.

“Jika Anda tinggal di dekat pantai, bergabunglah dengan cabang atau grup lokal dan terlibatlah dalam proyek yang dekat dengan rumah Anda,” mengutip National Geographic.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya