Ada Orang Buta Nada, Kok Bisa? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Ada orang suaranya fals, langsung dicap buta nada. Emang apa sih buta nada itu?

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2023, 07:00 WIB
penyanyi
Ilustrasi perempuan menyanyi/copyright freepik.com/benzoix

Liputan6.com, Jakarta - Lagi asyik karaoke-an, tiba-tiba terpaksa tutup kuping karena satu teman yang bernyanyi nadanya kocar-kacir. Anda pun langsung nyeletuk, "Lah, dasar si buta nada."

Buta nada? Emang beneran ada? Apa penyebabnya?

Bukan sekadar ejekan, buta nada memang benar-benar ada, lho. Kondisi ini adalah gangguan neurologis yang disebut amusia. Namun, bukan berarti semua orang yang tidak memiliki keterampilan musik memiliki kondisi yang menyerang sekitar 4 persen populasi ini, ya.

Tingkat keparahan amusia pun bervariasi, mulai dari yang ringan, yaitu kesulitan mengenali melodi hingga yang parah adalah ketidakmampuan total untuk membedakan notasi musik yang berbeda.

Menurut seorang profesor psikologi di University of Montreal yang berspesialisasi dalam neurokognisi musik, Isabelle Peretz, sebagian besar penyebabnya adalah keturunan.

"Dalam kebanyakan kasus, mereka memang sudah menderita amusia sejak lahir. Setengah dari saudara laki-laki dan perempuannya juga dilahirkan seperti itu, karena amusia kongenital (congenital amusia) turun-temurun," ujar Peretz kepada Live Science.

Sementara itu, Peretz mengatakan bahwa lingkungan tidak berpengaruh, baik itu adalah lingkungan yang kaya akan musik atau tidak.

"Anak-anak yang baru berusia 8 tahun telah terbukti memiliki amusia. Mereka memiliki profil abnormal yang sama dengan orang dewasa dengan amusia."

Kendati demikian, dalam sebagian kasus, beberapa orang dapat mengembangkan amusia di kemudian hari, biasanya sebagai konsekuensi dari stroke atau trauma otak yang serius. Ini dikenal sebagai amusia yang diakuisisi (acquired amusia), dan merupakan bentuk kondisi yang jauh lebih jarang.

Amusia Berbasis Nada

Memengaruhi Kualitas Suara
Ilustrasi Menyanyi Credit: unsplash.com/Elizeu

"Salah satu konsekuensi utama dari memiliki congenital amusia adalah bahwa Anda cenderung kesulitan mengenali musik yang pernah didengar sebelumnya tanpa bantuan lirik lagu," jelas Karen Wise, seorang peneliti di Guildhall School of Music & Drama di London kepada Live Science.

"Akan tetapi, amusia bervariasi untuk setiap individunya."

Bentuk amusia yang paling umum berkaitan dengan nada, Wise membeberkan. Hal ini selaras dengan sebuah studi kecil tahun 2002 yang meneliti 11 orang dewasa dengan gangguan musik, menunjukkan bahwa congenital amusia berhubungan dengan ketidakmampuan yang parah dalam memproses variasi nada, catat para penulis dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Brain itu.

"Banyak penderita amusia yang memiliki ambang persepsi nada yang tinggi, sehingga untuk bisa mengenalinya, perbedaan nada harus jauh lebih besar," kata Wise.

"Mereka mungkin juga kesulitan merasakan perbedaan antara perubahan nada tinggi ke rendah, dan tidak merasakan pola yang dibuat oleh barisan notasi musik."

Tetap Bisa Membedakan Intonasi Bicara

Ilustrasi Penyanyi
Ilustrasi Penyanyi

Terlepas dari tantangan itu, orang-orang dengan gangguan musik dalam penelitian tahun 2002 mampu memproses dan mengenali suara lingkungan, suara manusia dan prosodi bicara, atau ritme dan kualitas bicara musik, karena gangguan tersebut muncul khusus untuk domain musik, jelas para penulis dalam penelitian tersebut.

Misalnya, orang tersebut dapat membedakan antara perbedaan intonasi nada dalam kalimat pertanyaan versus pernyataan. Ini karena intonasi ucapan menggunakan perbedaan variasi nada yang lebih besar dari setengah oktaf untuk menyampaikan informasi yang relevan, tulis penelitian itu.

"Sebaliknya, interval nada dalam melodi biasanya lebih kecil."

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan amusia berbasis nada memang mengalami kesulitan memproses informasi bermelodi dalam pidato, kata Wise.

"Namun, biasanya intonasi bukan satu-satunya isyarat yang kita andalkan untuk memahami komunikasi lisan, jadi dalam konteks kehidupan sehari-hari, hal ini biasanya tidak terlalu terlihat," tambahnya.

Sementara beberapa individu dengan amusia sepenuhnya sadar bahwa dia memilikinya, yang lain mungkin tidak tahu apa-apa tentang kondisinya—bahkan sepanjang hidupnya.

Bisa Diatasi?

Ilustrasi berlatih vokal, menyanyi
Ilustrasi berlatih vokal, menyanyi. (Photo by Miguel Bautista on Unsplash)

Perbedaan ini muncul karena buta nada dapat bermanifestasi dengan cara yang berbeda-beda, belum lagi tingkat keparahannya yang bervariasi. Misalnya, beberapa orang mungkin memiliki suara fals dan tidak bisa mengenali melodi, sementara yang lain mungkin kesulitan membaca notasi musik.

Beberapa orang bisa saja secara tidak sadar menemukan cara untuk mengimbangi kondisinya dengan mengandalkan isyarat lain, seperti lirik atau ritme, yang dapat menutupi ketidakmampuannya untuk memahami nada secara akurat.

"Seperti penderita disleksia dapat belajar membaca, mereka yang menderita amusia dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengenali nada jika belajar sejak dini," ungkap Peretz.

Menurut studi neurologi, mungkin ada metode khusus yang dapat digunakan untuk membantu penderita amusia.

"Pencitraan otak (brain imaging) menunjukkan bahwa otak penderita amusia menerima dan merespons informasi nada, tetapi tidak mencapai kesadaran. Neuron menyala sebagai respons terhadap perbedaan nada yang tidak dapat dibedakan oleh orang itu sendiri," ucap Wise.

"Mungkin jika kita bisa mengembangkan metode pelatihan yang memanfaatkan respons bawah sadar itu, kita bisa menemukan cara untuk mengatasinya."

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya