Angka Diabetes Melitus Naik, Wamenkes Dante: Kita Tak Bisa Hindari Faktor Genetik

Angka diabetes melitus di Indonesia naik, dengan salah satu kenaikan dipengaruhi faktor genetik yang tak bisa dihindari.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Jun 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 09:00 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan salah satu kenaikan angka diabetes melitus di Indonesia dipengaruhi faktor genetik yang tak bisa dihindari. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Angka Diabetes Melitus (DM) di Indonesia dalam lima tahun terakhir -- sejak Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 -- meningkat drastis di angka 10 persen, yang sebelumnya di angka 5 persen. Angka ini pun masih diperkirakan naik seiring dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang berproses melakukan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.

Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan faktor terjadinya kenaikan diabetes di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan.

"Jadi secara spesifik itu terjadi karena dua hal. Diabetes itu dibentuk oleh dua hal, yaitu pertama oleh faktor genetik dan yang kedua faktor lingkungan," ungkap Dante usai Rapat Koordinasi Teknis Tingkat Pusat Survei Kesehatan Indonesia 2023 di Gedung Kemenkes RI di Jakarta pada Selasa, 27 Juni 2023.

"Faktor genetik tidak bisa dihindari karena angka pertumbuhan penduduk meningkat. Sehingga kemungkinan diabetes karena model perkawinan yang membawa gen diabetes itu muncul."

Pola Hidup Berikan Kontribusi

Walaupun ada faktor pembawa genetik, Dante menekankan, pengaruh lingkungan ikut memberikan kontribusi terhadap peningkatan angka diabetes.

"Angka non genetik atau angka lingkungan seperti pola hidup, kemudian kebiasaan, lifestyle (gaya hidup) itu juga memberikan kontribusi," tegasnya.

Faktor Genetik Tak Bisa Dihindari

Upaya intervensi juga terus dilakukan demi menekan angka diabetes melitus di Indonesia. Salah satunya, fokus penanganan lebih dini terhadap seseorang yang prediabetes agar tidak berubah kondisi menjadi diabetes.

"Kita sudah melakukan intervensi terhadap beberapa hal yang meningkat seperti diabetes tersebut. Mungkin angkanya akan jauh lebih tinggi lagi kalau kita tidak melakukan intervensi," Dante Saksono Harbuwono menerangkan.

"Tetapi yang kita tidak bisa hindari adalah faktor genetik. Nah ini penting, untuk kanker juga begitu."

Diabetes Tipe 1 dan 2 Berkaitan dengan Genetik

Waspada! Diabetes Kini Mulai Serang Anak-Anak, Ini Penyebabnya
Ilustrasi kebanyakan kasus diabetes tipe 1, seseorang bisa mewarisi faktor risiko diabetes dari kedua orangtuanya. (pexels/erenli).

Mengutip KlikDokter, kebanyakan kasus diabetes tipe 1, seseorang bisa mewarisi faktor risiko diabetes dari kedua orangtuanya. Pada beberapa penelitian ilmiah, hal tersebut lebih sering terjadi pada orang kulit putih.

Salah satu pemicu mungkin terkait dengan cuaca dingin. Diabetes tipe 1 memang berkembang lebih sering pada musim dingin ketimbang musim panas.

Walaupun hampir 80 persen penderita diabetes tipe 1 tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun faktor genetik diakui berperan dalam patogenesis diabetes tipe 1.

Diabetes Tipe 2 Erat dengan Keturunan

Sementara pada Diabetes Tipe 2 memiliki kaitan yang erat dengan sejarah keluarga dan keturunan dibandingkan dengan diabetes tipe 1, meskipun lebih tergantung pada faktor lingkungan. Karena itu, gaya hidup juga mempengaruhi perkembangan diabetes tipe 2.

Jika seseorang memiliki riwayat keluarga diabetes tipe 2, mungkin sulit untuk mengetahui, apakah diabetes dikarenakan faktor gaya hidup atau kerentanan genetik. Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena keduanya.

Namun, jangan berkecil hati. Studi menunjukkan bahwa Anda dapat mencegah Diabetes Tipe 2 dengan berolahraga dan menurunkan berat badan.

Konsumsi Gula sudah Berlebihan

Terkait dengan diabetes, Guru Besar Perilaku Konsumen Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Ujang Sumarwan mengatakan, bahwa konsumsi gula masyarakat sudah berlebihan. Baik gula yang terkandung dalam makanan maupun minuman.

Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar pada 2018. Riset menunjukkan, sebanyak 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis satu hingga enam kali per minggu.

Tegas Batasi Kandungan Gula dalam Produk Makanan

Pada anak-anak, 59,6 persen anak usia tiga sampai empat tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari. Dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.

“Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes. Karena itu, perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran,” kata Ujang dalam konferensi pers bersama Ngobras di Jakarta Selatan, Rabu, 8 Maret 2023.

infografis journal
infografis Daftar 10 Negara dengan Kasus Diabetes Tertinggi di Dunia. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya