Liputan6.com, Jakarta  Tradisi brandu di Gunungkidul, DI Yogyakarta menjadi perbincangan hangat lantaran memicu penularan antraks pada manusia. Tradisi yang dilakukan ini berupa hewan ternak yang sakit atau mati disembelih, kemudian dagingnya dikonsumsi warga.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) RI Nuryani Zainuddin menjelaskan, tradisi brandu atau purak menjadi salah satu faktor peningkatan risiko kasus penyakit antraks di Gunungkidul.
Baca Juga
"Brandu atau purak, memang ada tradisi ini di wilayah Gunungkidul. Mereka mengonsumsi atau menyembelih hewan yang sudah mati," jelas Nuryani menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Konferensi Pers: Update situasi Antraks di Indonesia, ditulis Senin (10/7/2023).
Advertisement
"Hewan yang sudah ingin mati juga mereka sembelih dan mereka bagi-bagikan (dagingnya) gratis pada tetangga. Ini meningkatkan faktor risiko terjadinya kasus antraks."
Harusnya Lapor Saat Ada Gejala Antraks
Kejadian penularan antraks pada manusia di Gunungkidul seharusnya dapat ditekan.
Apabila ditemukan gejala antraks pada manusia seperti demam, lemas, mual, lalu muncul benjolan kecil kemerahan di kulit dengan bagian tengah berwarna kehitaman, maka harus segera dilaporkan.
"Perlunya konsep one health, kalau ada kasus manusia dengan gejala seperti antraks, maka perlu diinformasikan kepada petugas kesehatan hewan sehingga ada penelusuran," sambung Nuryani.
Antraks Tak Bisa Dilenyapkan
Menurut Nuryani Zainuddin, antraks tidak bisa dilenyapkan. Namun, dapat dikendalikan dengan cara hewan ternak diberikan vaksinasi.
"Antraks sekali lagi tidak bisa dilenyapkan, tapi hanya bisa kita kendalikan. Tentu dikendalikan dengan program vaksinasi," imbuhnya.
"Ini sudah berjalan puluhan tahun, Pemerintah untuk program vaksinasi hewan ternak. Kemudian adalah kontrol lalu lintas ternak."
Advertisement
Ada Kematian Ternak tapi Tak Mau Dilaporkan
Tantangan penanganan antraks juga terjadi bila ada kematian ternak yang bergejala antraks biasanya enggan dilaporkan.Â
"Biasanya kontrol lalu lintas ini ketika terjadi kematian (ternak) pada satu daerah. Kemudian tidak ingin dilaporkan. Kenapa? karena takut panik," Nuryani Zainuddin melanjutkan.
'Lalu pindah ke suatu desa, dusun, bahwa artinya ketika sudah terjadi endemik terkait antraks di satu daerah, maka kendalikan lalu lintas (ternaknya)."
Buat Kebijakan agar Tradisi Brandu Ditinggalkan
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sedang melakukan analisa dan membuat kebijakan khusus supaya tradisi brandu ditinggalkan oleh masyarakat.
"Kami mengupayakan ternak-ternak yang mati akibat penyakit, khususnya antraks mendapat ganti rugi dari pemkab. Kami juga menyiapkan skema bantuan premi asuransi ternak," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul pada pernyataan Minggu (9/7/2023).
Pemkab Gunungkidul telah memperketat lalu lintas yang keluar dan masuk hewan ternak ke Gunungkidul. Hewan ternak yang keluar dari Gunungkidul juga diwajibkan dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan.
Advertisement