Liputan6.com, Jakarta Sesuai julukannya sebagai kota hujan, Bogor senantiasa berkelindan dengan mendung, dan rintik hujan. Bagi warganya, justru akan jadi tidak biasa bila tidak hujan dalam hari-harinya. Tiap tetes hujan dimaknai warga Bogor membawa harapan dan berkah. Hal yang sama berlaku di Kantorpos Cabang Utama (KCU) Bogor.
Advertisement
Baca Juga
Seperti pagi yang mulai gerimis di di awal Maret ini serasa tetesan asa dan berkah bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Bogor. Bantuan sosial (bansos) Program Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) RI, yang disalurkan PT Pos Indonesia (Persero) atau yang dikenal dengan brand PosIND, diterima langsung di tangan mereka tepat waktu.
Advertisement
Lebih dari sekadar angka, bantuan ini selain melakoni jargonnya sebagai jaring pengaman sosial atau sematan sebagai penguat di tengah beratnya beban ekonomi, bantuan tunai ini menjadi sangat berarti bagi warga penerima karena berbarengan dengan bulan suci Ramadan.
Mengawali hari Ramadan 1446 hijriah, gelombang warga datangi Kantorpos Bogor. Gelombang warga yang mendapat undangan ini berbaris mengular dengan tertib. Ya, ratusan warga yang datang di Kantorpos ini adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menerima Bantuan Sosial (bansos) Program Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH). Pada triwulan pertama tahun 2025 ini, PosIND menyalurkan bantuan tunai ini dengan alokasi untuk 32.743 KPM di seluruh wilayah Bogor.
Di balik penyaluran bansos PKH dan Program Sembako ini, tersimpan cerita perjuangan, dedikasi, dan kerja sama berbagai pihak.
Cerita Penerima Manfaat
Asri Suhati, warga Bogor Timur, mengungkapkan proses perjalanannya mendapatkan bantuan ini.
"Saya ingat betul, prosesnya dimulai dua tahun lalu saat saya mendaftar di kelurahan. Dengan bantuan RT dan RW, saya masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Kalau nggak salah dulu waktu itu ada survei. Sudah gitu, setelah menunggu sekian lama, dua tahunan akhirnya saya bisa dapat Bansos Sembako dan uang PKH sebesar 875 ribu," ujar Asri.
Uang tersebut ia gunakan untuk biaya pendidikan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP. Asri yang pernah mengambil bansos melalui komunitas yaitu di rumah ketua RW, kali ini mengambil bansosnya di Kantorpos. Menurutnya pelayanan di Kantorpos relatif cepat dan lancar.
“Enggak terkendala apa-apa, hanya mungkin saya datangnya udah siang juga (jadi mengantre),” kata Asri.
Bantuan uang ini sangat berarti bagi Asri khususnya untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya.
"Rasanya seperti beban sedikit terangkat," tambahnya tersenyum.
Bansos PKH Sebesar Rp 1.325.000
Sementara itu, Susanti, yang menerima Bansos PKH sebesar Rp1.325.000 untuk periode tiga bulan, berbagi cerita tentang berartinya manfaat bantuan ini baginya.
Mirip dengan Asri Suhati, proses Susanti mendapatkan bansos ini terbilang cukup lama. “Prosesnya lumayan lama, karena saya baru juga, apa namanya dari RT, RW terus di minta KTP dan KK. Setelah itu dari pengurus desa juga yang menyampaikan saya waktu itu dapat PKH,” tutur Susanti.
Kebutuhan sekolah anak juga jadi prioritas Susanti ketika ditanya penggunaan uang bantuan yang diperolehnya.
"Uang ini sangat membantu untuk kebutuhan sekolah anak-anak dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Saya berharap program ini bisa terus berjalan, karena banyak keluarga seperti saya yang sangat terbantu," ungkapnya
Cerita lain datang dari Bu Heni Yuliasari, warga Kecamatan Tanah Sareal, yang menerima Rp600 ribu.
"Setiap tiga bulan saya mendapatkan bantuan ini. Uang tersebut saya manfaatkan untuk kebutuhan anak-anak, terutama biaya sekolah. Semoga program ini terus berlanjut dan membantu lebih banyak keluarga," katanya.
Husen, yang menerima bantuan melalui metode door-to-door, mengungkapkan rasa syukurnya kepada petugas PosIND yang mendatangi rumahnya.
"Saya tidak bisa keluar rumah karena kondisi kesehatan saya. Alahmdulillah, sedikit-sedikitnya bantuan ini sangat membantu untuk kebutuhan makan dan obat-obatan sedikit. Syukur, syukur ke Allah supaya langgeng lah bantuan nya gitu dan orang-orangnya supaya sehat-sehat semua bersyukur sekali, semoga program ini terus ada," tuturnya dengan penuh harap.
Husen yang mendapat Rp600 ribu sebelumnya masih bekerja membuat benang untuk dijadikan bahan sol sepatu, kini sudah tidak bekerja lagi. Ia hanya mengandalkan uang bansos ini untuk kesehariannya.
Uang bantuan yang diantarkan petugas PosIND langsung ke rumahnya sangat disyukuri Husen.
“Untuk pemerintah, Kantorpos yang sudah menyelurkan bantuannya, terima kasih. Alhamdulillah ya, nyalurkan bantuannya jadi ada tunjangan-tunjangan sedikit-sedikit. Jadi ada harapan, gitu. Jadi sudi juga ngantarin ke rumah karena sudah gak bisa ke mana-mana. Terima kasih, alhamdulillah,” kata Husen.
KPM yang mendapatkan bansos dengan layanan antar ke rumah atau door to door lainnya adalah Kasminem.Kasminem yang sudah lanjut usia ini mengucap syukur dapatbanutan uang.
Yang menarik dari Kasminem, di usianya yang sudah lanjut membuatnya tidak terlalu memikirkan kebutuhan sehari-hari seperti idealnya pengunaan uang bantuan tersebut bagi orang lain.
Baginya ramadan adalah bulan penuh berkah, sehingga menurutnya uang bantuan itu bukan hanya miliknya.
“Kebetulan, Ibu ingin jariah, ingin buat amal jariah. Mau dijariahkan separuh, sama untuk belanja separuh. Sudah segitu saja. Terima kasih banyak atas bantuannya,” pungkas Kasminem.
Advertisement
Juru Bayar: Kerja Sekaligus Ladang Amal
Atik, salah seorang petugas PosIND atau tepatnya juru bayar door-to-door di KCU Bogor, menceritakan pengalamannya yang penuh tantangan.
"Kami sering harus berjalan jauh, bahkan di tengah hujan, untuk memastikan bantuan sampai ke tangan KPM. Dalam sehari, biasanya kami melayani 75 hingga 80 KPM, tergantung cuaca dan kondisi lapangan," jelasnya.
Cuaca yang tidak menentu memang menjadi tantangan sendiri. Nggak jelas (cuacanya). Kalau lagi panas, ya panas banget, kalau lagi hujan, nggak ada berentinya, gitu kan. Sementara kan kita harus menyampaikan bantuan ini ke KPM sekarang juga, gitu loh. Nggak jarang kalau misalkan kita sebagai juru bayar itu nggak yang mesti, walaupun hujan itu kita bisa pakai jas hujan aja. Yang penting uang dan bantuan ini nyampe ke KPM, gitu loh. Jadi nggak harus nunggu hujan dulu, sementara yang harusnya kita dapat sehari 50 KPM, misalkan kita cuma 30 gara-gara cuaca, gimana nanti. Jadi cuaca itu nggak bisa dibikin alasan. Karena bagi kita, KPM paling pertama yang kita prioritaskan, gitu loh,” tutur Atik penuh semangat.
Baginya, kebahagiaan KPM adalah sumber semangat baginya.
"Melihat mereka tersenyum karena bantuan yang kami antar, itu adalah kebahagiaan yang tidak ternilai," tambahnya
Menurut Atik, metode door-to-door sangat positif karena selain KPM nya gak perlu ke luar rumah untuk mengambil atau mendapatkan haknya, juga memungkinkan tim untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan.
"Kami bisa memastikan penerima masih tinggal di alamat yang tercatat atau tidak, sehingga bantuan tidak salah sasaran. Kalau untuk kita, kita bisa ngecek, ini orang memang benar-benar ada di tempat atau tidak, gitu kan. Karena kan banyak penemuan-penemuan tuh di wilayah tuh pas door-to-door itu. Apa orang yang udah masih di situ, apa udah pindah, apa udah meninggal, atau belum, gitu loh. Kita pas door-to-door, gitu loh.," katanya Atik.
Sinergi dengan TKSK dan Stakeholder Lain
Ismail Marzuki, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tanah Sareal, menjelaskan pentingnya sinergi antara berbagai pihak dalam program ini.
"Kami bekerja sama dengan PosIND, pendamping PKH, aparatur desa, dan bahkan kepolisian untuk memastikan proses distribusi berjalan lancar. Koordinasi dimulai dari penyebaran undangan hingga pemantauan langsung di lapangan," ungkapnya
Ismail juga menyoroti peran TKSK dalam mengevaluasi penerima bantuan.
"Jika ada KPM yang pindah atau tidak layak, kami langsung melakukan cross-check dan melaporkannya agar bantuan bisa dialihkan ke yang lebih membutuhkan," tambahnya.
Ia berharap agar para KPM semakin mematuhi jadwal yang telah ditetapkan untuk menghindari kerumunan yang tidak perlu.
Kolaborasi dan Komitmen untuk Layanan Terbaik
Sani Ginanjar, Executive General Manager Kantor Pos KCU Bogor, menyampaikan bahwa penyaluran bansos PKH dan Program Sembako tahun 2025 kali ini dilakukan dengan persiapan yang matang. Menurutnya KCU segera melakukan perisapan setelah menerima instruksi dari kantor pusat untuk pembayaran Bansos PKH dan Program Sembako ini, untuk kemudian dipelajari lebih dulu berdasarkan daflar yang diterima.
"Keluarga penerima bantuan sebanyak 32.743 KPM. Kemudian karena kita melihat jumlah yang begitu besar, maka kami tentunya mengadakan persiapan-persiapan antara lain kami mencetak Danom dan surat panggilan, membentuk satuan tugas, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti Dinas Sosial dan TKSK. Semua dilakukan untuk memastikan bantuan sampai ke tangan KPM secara aman dan tepat waktu," ujarnya.
Menurut Sani, tantangan terbesar adalah mengatur antrian di kantor pos utama, mengingat penyaluran ini bersamaan dengan pembayaran uang pensiun dan operasi pasar.
“Tantangan penyaluran pada kali ini mungkin berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena kita ketahui juga bahwa pada saat ini dan tanggal ini, kami bersamaan dengan penyaluran atau pembayaran uang pensiun, kemudian juga ada operasi pasar. Tentunya ketika pembayaran dilakukan di kantor cabang utama Bogor ini, kami harus mengatur layout yang baik agar tidak terjadi kumpulan atau crowded di festibul layanan kami. Kemudian untuk pembayaran komunitas, juga ada tantangannya seperti mengatur antrian, mengatur tempat parkir, kemudian mengatur ruang tunggu yang memadai dan layak untuk semua penerima KPM ini,” jelas Sani.
Pihaknya juga mempelajari kasus-kasus yang untuk penyaluran yang belum terbayarkan.
"Kami juga mengandalkan metode door-to-door untuk menjangkau KPM yang berhalangan hadir, seperti lansia atau yang sedang dirawat di rumah sakit," katanya.
Sani berharap ke depannya program ini semakin baik ke depannya.
"Kami ingin setiap KPM tidak hanya mendapatkan bantuan, tetapi juga merasa puas dengan layanan yang diberikan. Ini adalah bentuk komitmen kami kepada masyarakat," tutupnya.
Advertisement
