Bikin Olahan Nuget Belut untuk Cegah Stunting, Puskemas di Bengkulu Dapat Pujian dari Jokowi

Jokowi mengapresiasi inovasi puskesmas tersebut dalam mengolah belut dan singkong menjadi makanan tambahan bergizi bagi anak. Sehingga bisa menekan angka stunting di sana.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 20 Jul 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2023, 15:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Jokowi puji inovasi puskesmas di Bengkulu yang bikin nuget belut untuk cegah stunting. (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pujian kepada puskesmas-puskesmas yang inovatif dalam menekan stunting. Misalnya memberikan makanan tinggi protein berbahan pangan lokal yang ada sana.

Hal ini disampaikan Jokowi aat meninjau Puskesmas Srikuncoro di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu pada Kamis (20/7/2023).

Jokowi mengapresiasi inovasi puskesmas tersebut dalam mengolah belut dan singkong menjadi makanan tambahan bergizi bagi anak.

"Ini memberikan protein yang tinggi, nuget belut itu bagus banget. Saya lihat bagus banget," puji Jokowi.

Ia pun berharap inovasi seperti yang dilakukan Puskesmas Srikuncoro bisa dilakukan di tempat lain.

"Saya kira inovasi-inovasi di daerah yang seperti ini yang kita lihat sangat bagus untuk mempercepat penurunan stunting di semua provinsi, kabupaten, dan kota," katanya.

Angka Stunting Bengkulu Turun

Jokowi juga mengapresiasi keberhasilan Provinsi Bengkulu menurunkan prevalensi stunting pada anak. Tadinya sempat di angka 22 persen, saat ini menjadi 18 persen.

"Saya senang di Provinsi Bengkulu ada penurunan yang sangat baik, dari 22 (persen) ke 18 (persen). Ini berarti di Provinsi Bengkulu, di bawah dari rata-rata nasional," katanya.

"Kita harapkan nanti di 2024 sudah bisa turun di bawah 14 (persen)," targetnya.

 

Atasi Stunting dengan Partisipasi Banyak Pihak

Di kesempatan itu, Jokowi meminta pemerintah daerah meningkatkan pemberian makanan tambahan bergizi untuk mencegah anak mengalami stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan kurang stimulasi.

"Saya lihat juga (di sini) tidak banyak yang stunting dan terus diberikan injeksi gizi yang baik, dan ini yang saya ingin di semua provinsi melakukan hal yang sama," tutur Jokowi. 

"Partisipasi masyarakat, partisipasi swasta, donasi-donasi swasta itu dipakai untuk stunting saya kira bagus," ia menambahkan.

Keluarga Jadi Kunci Atasi Stunting

Keluarga
Ilustrasi/copyright shutterstock

Di kesempatan berbeda, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga mengatakan bahwa keluarga merupakan kunci dalam membentuk generasi masa depan dan mengatasi stunting.

“Keluarga harus menjadi aktor kunci dalam mengatasi stunting. Memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan," ujar Ma’ruf.

Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen, sementara target yang ingin dicapai adalah 14 persen pada 2024.

Artinya, setiap tahunnya Indonesia harus bisa menurunkan 3,8 persen sehingga nantinya target bisa tercapai. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya