Cegah Demam Berdarah Dengue dengan 3M dan Vaksinasi

Vaksinasi DBD untuk program nasional masih dalam kajian, Kemenkes menyarankan masyarakat untuk selalu melakukan langkah antisipasi dengan menerapkan 3M.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi penyakit Demam Berdarah Dengue (Istimewa)
Ilustrasi penyakit Demam Berdarah Dengue (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Melakukan 3M dan vaksinasi DBD menjadi langkah pencegahan yang disarankan guna mencegah infeksi demam berdarah dengue (DBD). Saat ini, Kementerian Kesehatan RI tengah mengkaji vaksin DBD untuk dijadikan program vaksinasi nasional.

Vaksinasi Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) menjadi salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi demam berdarah dengue (DBD). Saat ini, Kementerian Kesehatan RI tengah mengkaji vaksin DBD tersebut untuk dijadikan program vaksinasi nasional.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menyebut, proses pengkajian atau studi operasional vaksin DBD memakan waktu sekitar dua tahun.

"Sambil masyarakat melakukan vaksinasi (secara mandiri), kami melakukan riset operasional, bagaimana, apakah efektif atau tidak, kemudian bagaimana strategi pemberiannya kepada siapa dulu, itu yang sedang kita lakukan," ujar Imran, Minggu (10/9) di Jakarta, dilansir Antara.

"Itu biasanya kita butuh waktu sekitar dua tahun," lanjutnya.

Vaksin DBD masih tergolong baru di Indonesia. Harganya pun terbilang cukup tinggi, Rp500 ribu per dosis. Untuk mencapai efikasi maksimal, diperlukan dua dosis atau dua kali suntikan vaksin DBD.

Menilik hal tersebut, Imran mengatakan, Kemenkes tengah mengkaji pola metode dan strategi vaksinasi yang merata di seluruh Indonesia.

"Indonesia sangat luas, dan vaksin ini masih baru, masih mengkaji strategi untuk daerah seperti apa, di perkotaan seperti apa, daerah yang urban seperti apa. Jadi kita benar-benar harus mematangkan kalau iini menjadi program nasional," jelasnya. 

 

3M dan Vaksinasi DBD

Mengingat vaksin DBD untuk program nasional masih dalam kajian, Imran menyarankan masyarakat untuk selalu melakukan langkah antisipasi dengan menerapkan 3M.

Langkah 3M yang dimaksud diantaranya Menguras tempat penampungan air; Menutup tempat-tempat penampungan air; Mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi dijadikan rumah kembang biak nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DBD.

"Jadi jangan juga terlalu mengandalkan vaksin, namun 3M plus vaksin. Mulai mencegah, mengubur, kemudian mendaur ulang, dan lain-lain, ditambah vaksin. Vaksin ini adalah suatu inovasi yang baru, dan baru diizinkan BPOM akhir tahun 2022, sebagai salah satu upaya pencegahan infeksi DBD," jelas Imran.

 

 

Inisiatif Pemerintah Daerah Vaksinasi Warga

Meski belum ditetapkan menjadi program nasional, Imran mengatakan saat ini beberapa pemerintah daerah secara inisiatif telah melakukan program vaksinasi DBD terhadap warganya, seperti di Kalimantan Timur.

TDV juga saat ini tersebar di banyak fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta untuk masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi.

Jumlah Kasus DBD di Indonesia per 2023

Kemenkes mencatat pada 2022, angka kejadian DBD mencapai total 143.184 kasus. Provinsi dengan insiden DBD tertinggi yakni Jawa Barat dengan 36.500 kasus. Lalu ada pula provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara yang mencatat kasus DBD.

"Sampai saat ini jumlah kasus kematiannya sampai Agustus 2023, sebanyak 430 orang meninggal akibat DBD. Untuk jumlah kasusnya mencapai hingga 60 ribu kasus, maka kita harus waspada dan mengedukasi masyarakat soal 3M dan vaksinasi," tutur Imran.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya