Studi Ungkap Mengganti Utang Tidur di Akhir Pekan Bisa Tingkatkan Kesehatan Jantung

Orang-orang yang menggenati utang tidur atau setidaknya tidur satu jam lebih lama di akhir pekan dibandingkan pada hari kerja terbukti memiliki tingkat risiko kardiovaskular yang lebih rendah, khususnya stroke, penyakit jantung koroner, dan angina.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 25 Des 2023, 22:50 WIB
Diterbitkan 25 Des 2023, 22:50 WIB
Ilustrasi laki-laki tidur, mimpi
Ilustrasi laki-laki tidur, mimpi. (Photo created by gpointstudio on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Jika tak mendapat kecukupan tidur selama hari kerja, memperbanyak istirahat atau tidur di akhir pekan bisa memberi Anda bonus peningkatan kesehatan jantung. Hal ini berdasarkan sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Health.

Para peneliti Nanjing Medical University di China menganalisis data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES), yang mengumpulkan informasi dari 3.400 orang dewasa AS berusia 20 tahun ke atas antara tahun 2017 dan 2018.

Survei tersebut mengumpulkan informasi tentang berapa lama partisipan tidur pada hari kerja dan akhir pekan, serta apakah mereka menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan/atau diabetes.

Dari survei tersebut diketahui, orang-orang yang menggenati utang tidur atau setidaknya tidur satu jam lebih lama di akhir pekan dibandingkan pada hari kerja terbukti memiliki tingkat risiko kardiovaskular yang lebih rendah, khususnya stroke, penyakit jantung koroner, dan angina (nyeri dada akibat berkurangnya aliran darah) dibandingkan mereka yang tidak mendapat pengganti durasi tidur nyenyak.

Penurunan risiko penyakit kardiovaskular paling signifikan tampak pada mereka yang tidur kurang dari enam jam pada hari kerja tapi setidaknya tidur dua jam lebih lama pada akhir pekan.

Pengajar Kedokteran Klinis di NYU Langone Medical Center serta kontributor medis Fox News Dr Marc Siegel mengatakan durasi tidur kurang dari enam jam setiap malam meningkatkan risiko pelepasan hormon stres.

"Tidur kurang dari enam jam per malam meningkatkan risiko pelepasan hormon stres dan meningkatkan serangan jantung dan stroke,” ujarnya Siegel, dilansir New York Post. 

 

Mengganti Utang Tidur

Siegel, yang tidak terlibat dalam penelitian, memberikan komentar atas temuan tersebut.

“Studi ini menemukan bahwa Anda dapat mengganti utang tidur selama seminggu dan mengatur ulang dengan lebih dari dua jam ekstra di akhir pekan, sehingga risiko penyakit jantung kembali ke batas awal,” katanya kepada Fox News Digital.

Siegel meyakini hasil observasi itu sebagai temuan nyata.

“Meskipun ini hanya observasi dan bukan bukti, saya yakin temuan ini nyata, karena lebih banyak tidur akan menurunkan metabolisme Anda ke tingkat yang lebih rendah sehingga risikonya lebih rendah,” tambahnya.

Biquan Luo, pakar tidur asal San Francisco dan CEO LumosTech, yang memproduksi masker tidur cerdas untuk meningkatkan ritme sirkadian yang sehat, yang juga tidak terlibat dalam penelitian, berbagi reaksinya terhadap temuan penelitian tersebut.

“Dalam keadaan normal, ketika Anda tidak kurang tidur, jadwal tidur yang konsisten membantu menjaga ritme sirkadian tubuh, mendukung kualitas tidur yang lebih tinggi, energi yang lebih baik, dan kesehatan kardiometabolik,” kata Luo kepada Fox News Digital.

Itu sebabnya para ahli tidur merekomendasikan untuk tidak tidur selama akhir pekan. 

 

Dampak Kurang Tidur Terus-Menerus

Namun, kurang tidur secara terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan kronis dan peningkatan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular, kata para ahli.

Oleh karena itu, tidur di akhir pekan akan lebih bermanfaat.

"Dalam hal ini, tidur di akhir pekan lebih bermanfaat bagi kesehatan,” ujarnya.

“Penting untuk dicatat bahwa melunasi utang tidur tidak sepenuhnya membalikkan efek kurang tidur kronis,” tambah Luo.

Sleep Research Society dan American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan setidaknya tujuh jam tidur per malam untuk orang dewasa.

Kurang tidur sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, obesitas, depresi, tekanan darah tinggi, serta penyakit dan kondisi lainnya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya