Viral ASI Bubuk, IDAI Ingatkan Zat Aktif Air Susu Ibu Hilang dan Muncul Risiko Multiplikasi Bakteri

Di media sosial terlebih yang seliweran di for your page (FYP) para ibu tengah ramai soal air susu ibu (ASI) bubuk. Terkait ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) angkat bicara.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 10 Mei 2024, 20:40 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2024, 12:00 WIB
ASI Bubuk (Tangkapan Layar Tiktok Natasha Surya)
ASI Bubuk (Tangkapan Layar Tiktok Natasha Surya)

Liputan6.com, Jakarta Di media sosial terlebih yang seliweran di for your page (FYP) para ibu tengah ramai soal air susu ibu (ASI) bubuk.

Berawal dari seorang kreator konten TikTok dengan nama akun @natasha.surya membagikan pengalamannya dalam membubukan ASI atau ASI bubuk.

Natasha menceritakan bahwa dia tidak melakukan proses pembubukan ASI sendiri, melainkan melalui bantuan sebuah perusahaan yang khusus bergerak dalam pembubukan ASI.

Terkait ASI bubuk, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), mengingatkan nahwa dampak pada komponen ASI bubuk belum diketahui dengan pasti.

Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Naomi.

Ia juga mengatakan bahwa metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru. Belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics (AAP), atau Food and Drug Administration (FDA).

 

Jangan Gegabah Ikut-Ikutan Bikin ASI Bubuk

 

Naomi pun mengingatkan agar masyarakat tidak gegabah untuk mempromosikan atau memberikan ASI bubuk ke bayi. Terlebih bayi dengan prematur maupun yang punya kondisi medis tertentu.

Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze-drying. Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya, ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan.

 

Menyususi Langsung Direkomendasikan

Naomi bisa memahami bahwa menyusui dan memerah air susu ibu bisa jadi melelahkan untuk ibu. Namun, ia mengingatkan bahwa cara terbaik adalah menyusui langsung. 

"Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” kata Naomi.

Apa Itu ASI Bubuk?

Metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk (dikenal juga sebagai teknik lyophilization) dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur simpan ASI dari semula 6 bulan di dalam freezer menjadi 3 tahun.

Lalu, ada juga yang menyebut melakukan hal ini dengan alasan penghematan ruang penyimpanan ASI, kenyamanan untuk ibu yang sering bepergian dan ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.

Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 Celsius selama 3 sampai dengan 5 jam, kemudian mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi, yaitu transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair. Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Naomi mengatakan pembekuan ASI yang lazim dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.

Infografis Ciri-ciri Ibu rumah tangga Punya Masalah Kesehatan Mental
Infografis Ciri-ciri Ibu rumah tangga Punya Masalah Kesehatan Mental.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya