Liputan6.com, Jakarta Perusahaan farmasi raksasa, Moderna, mengungkapkan bahwa teknologi mRNA yang digunakan untuk membuat vaksin COVID-19 juga punya harapan dalam melawan kanker kulit melanoma.
Baru-baru ini Moderna mepresentasikan hasil terbaru dari penelitian yang melibatkan 157 orang dengan kanker kulit melanoma stadium lanjut pada pertemuan tahunan American Society of Clinical Oncology di Chicago, Amerika Serikat.
Baca Juga
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona CONMEBOL: Kejutan, Paraguay Kalahkan Argentina, Brasil Main Imbang
Sempat Dihujat, Bek Timnas Indonesia Mees Hilgers Tegaskan Akan Terus Berjuang untuk Indonesia
Dalam studi tersebut, Moderna dan Merck menggabungkan pengobatan kanker --berupa vaksin dan pembrolizumab--untuk mencapai hasil yang berpotensi mengubah hidup pasien melanoma.
Advertisement
Penelitian sudah masuk studi fase 2 terhadap pasien melanoma stadium 3 dan stadium 4 yang dirawat setelah operasi untuk mengangkat sebagian besar tumor.
Dua per tiga partisipan menerima dosis bulanan vaksin kanker Moderna selama sembilan bulan bersamaan dengan perawatan pembrolizumab setiap tiga minggu selama setahun. Sepertiga sisanya menerima pembrolizumab saja.
Risiko Meninggal Lebih Rendah
Setelah sekitar tiga tahun, mereka yang menerima kedua pengobatan tersebut memiliki risiko 49% lebih rendah terhadap kekambuhan atau kematian kanker kulit.
Lalu, risiko penyebaran kanker 62% lebih rendah dibandingkan dengan orang yang hanya mendapat pembrolizumab. Secara keseluruhan, 75% pasien yang memakai kedua terapi tersebut bertahan hidup tanpa kekambuhan dalam 2,5 tahun, dibandingkan dengan 56% pasien yang menggunakan pembrolizumab.
“Di seluruh ukuran kemanjuran, kami mulai melihat respons yang signifikan dan tahan lama,” kata Dr. Stephen Hoge yang merupakan Presiden Moderna.
“Ini adalah dampak dramatis pada melanoma,” katanya lagi mengutip Time, Selasa, 4 Juni 2024.
Teknologi mRNA
Vaksin kanker kulit melanoma yang dikembangkan Moderna ini menggunakan teknologi mRNA yang sama dengan pengembangan vaksin COVID-19. Ini adalah teknologi yang memungkinkan pertukaran informasi genetik yang mengkode protein berbeda yang dapat dibuat dengan relatif cepat.
Masing-masing pasien yang dirawat menerima vaksin yang dibuat khusus, yang pengembangannya memerlukan waktu enam hingga delapan minggu, dan disesuaikan dengan mutasi spesifik pada tumor mereka.
"Hasilnya memberi kami tingkat keyakinan yang sangat tinggi bahwa efek ini nyata dan bertahan lama,” kata Hoge.
“Bahwa hasil yang kuat ini akan mengubah pengobatan kanker di tahun-tahun mendatang.”
Advertisement
Selanjutnya Dilakukan Uji Klinis Fase 3
Selanjutnya akan dilakukan uji coba fase tiga yang melibatkan 100 pasien. Tak disebutkan mengenai waktu pelaksanaan soal uji klinis fase 3.
Jika hasil yang ada saat ini bertahan, hal ini dapat menjadi tonggak sejarah bagi imunoterapi kanker, yang berpotensi membuka pintu bagi pengobatan satu kali yang dapat menghilangkan kanker seseorang untuk selamanya.
“Jika kurva kelangsungan hidup ini bertahan lebih dari tiga tahun, maka sepertinya kita telah berhasil menghilangkan sel-sel tumor secara efektif,” kata Hoge.
Tentang Kanker Kulit Melanoma
Kanker kulit melanoma menjadi salah satu jenis kanker kulit yang berbahaya. Bentuk awalnya sendiri bisa seperti tahi lalat biasa.
Melanoma biasanya dimulai pada kulit yang sering terkena sinar matahari. Seperti di lengan, punggung, wajah dan kaki. Melanoma juga bisa terbentuk di mata. Jarang terjadi di dalam tubuh, misalnya di hidung atau tenggorokan.
Mengutip Mayo Clinic, penyebab pasti dari semua melanoma belum jelas. Kebanyakan melanoma disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet, disebut juga sinar UV, berasal dari sinar matahari atau lampu tanning dan tempat tidur. Membatasi paparan sinar UV dapat membantu mengurangi risiko melanoma.
Advertisement