Orang yang Aktif di Malam Hari Disebut Punya Kecerdasan Lebih Tinggi dari Individu yang Rajin Bangun Pagi

Para peneliti menemukan bahwa preferensi sesorang terhadap aktivitas di malam atau pagi hari yang dikenal sebagai kronotipe, sangat memengaruhi nilai ujian.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 22 Jul 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi begadang
Ilustrasi begadang. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Studi dari Imperial College London menunjukkan, orang yang menjadi paling aktif di malam hari memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes kognitif. Diketahui, kecerdasan kognitif adalah kemampuan berpikir seseorang dalam menganalisis, identifikasi, menilai, serta mempertimbangkan pemecahan suatu masalah.

Para peneliti di perguruan tinggi tersebut menganalisis data UK Biobank yang terdiri atas lebih dari 26 ribu orang untuk melihat bagaimana durasi, pola, dan kualitas tidur memengaruhi ketajaman mental dan kapasitas kognitif.

Peserta penelitian menyelesaikan beberapa tes dan mengidentifikasi apakah mereka merasa lebihh waspada dan produktif di pagi atau sore hari.

Para peneliti menemukan bahwa preferensi sesorang terhadap aktivitas di malam atau pagi hari yang dikenal sebagai kronotipe, sangat memengaruhi nilai ujian. Kronotipe ini kerap disebut dengan "burung hantu malam"/night owls dan "burung pagi"/morning larks.

Secara massal, tipe 'burung hantu' mengungguli kecerdasan kognitif rekan-rekan mereka yang beraktivitas di awal hari, sementara kelompok tipe 'burung pagi' secara konsisten menunjukkan skor kognitif terendah. Skor meningkat untuk tipe “menengah” – responden yang menyatakan sedikit preferensi terhadap siang atau malam.

Tipe 'burung hantu' mendapat skor 13,5% lebih tinggi dibandingkan 'burung pagi' dan 7,5% lebih tinggi dibandingkan 'burung pagi' di kelompok lain. Tipe menengah mendapat skor 10,6% dan 6,3% lebih tinggi dibandingkan tipe burung pagi hari, menurut temuan yang diterbitkan minggu ini di BMJ Public Health

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hasil Tes Night Owl Lebih Baik

Mengenai faktor gaya hidup, orang yang lebih muda dan mereka yang tidak memiliki kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes memiliki hasil tes yang lebih baik.

“Studi kami menemukan bahwa orang dewasa yang secara alami lebih aktif di malam hari (yang kami sebut 'malam hari') cenderung memiliki kinerja tes kognitif yang lebih baik dibandingkan mereka yang 'orang pagi',” jelas penulis utama studi tersebut, Dr. Raha West, yang bekerja di Departemen Bedah dan Kanker di Imperial College London.

“Daripada hanya menjadi preferensi pribadi, kronotipe ini dapat memengaruhi fungsi kognitif kita,” lanjut West.

Jadi, haruskah kita mulai lebih aktif di malam hari dengan harapan akan terlihat lebih pintar? Belum tentu.

“Penting untuk dicatat bahwa ini tidak berarti semua orang yang bangun pagi memiliki kinerja kognitif yang lebih buruk. Temuan ini mencerminkan tren keseluruhan di mana mayoritas mungkin cenderung memiliki kognisi yang lebih baik di malam hari,” jelas West. 

 


Mengubah Kebiasaan Tidur adalah Hal Rumit

“Meskipun mengubah kebiasaan tidur alami Anda dapat dilakukan dengan menyesuaikan waktu tidur secara bertahap, meningkatkan paparan cahaya malam, dan menjaga jadwal tidur yang konsisten, mengubah kebiasaan tidur pagi menjadi malam hari adalah hal yang rumit,” tambahnya.

Jessica Chelekis, dosen senior rantai nilai global keberlanjutan dan pakar tidur di Brunel University London, mengatakan kepada Guardian bahwa ada “batasan penting” dalam analisis tersebut, termasuk tidak memperhitungkan pencapaian pendidikan atau waktu peserta mengikuti tes.

 


Durasi Tidur Optimal bagi Fungsi Otak

Baik Anda mengidentifikasi diri sebagai burung hantu atau burung, para ahli sepakat bahwa tidur tujuh hingga sembilan jam semalam adalah waktu yang optimal untuk fungsi otak. Kisaran kinerja puncak ini tercermin dalam studi baru ini, yang menemukan bahwa tidur siang selama tujuh hingga sembilan jam meningkatkan memori, penalaran, dan pemrosesan informasi.

Sebaliknya, tidur kurang dari tujuh jam atau lebih dari sembilan jam terbukti berdampak buruk bagi kesehatan otak.

“Meskipun memahami dan mengatasi kecenderungan tidur alami Anda sangatlah penting, penting juga untuk mengingat bahwa Anda cukup tidur, tidak terlalu lama atau terlalu pendek,” kata West. “Ini penting untuk menjaga otak Anda tetap sehat dan berfungsi sebaik mungkin.”

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya