Flu Burung atau Avian Influenza Varian H5N1 Ancam Asia Pasifik, FAO Desak Tindakan Segera

Secara global, virus Avian Influenza H5N1 yang sangat menular telah menyebar lebih luas daripada sebelumnya, bahkan mencapai Amerika Selatan dan Antartika.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Jul 2024, 13:14 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2024, 13:13 WIB
Wabah Flu Burung Tewaskan Ribuan Bangau di Israel
Seorang pekerja dengan alat pelindung diri (APD) lengkap mengambil burung bangau yang mati di kawasan konservasi Danau Hula, utara Laut Galilea, Israel utara, Minggu (2/1/2022). Flu burung telah membunuh ribuan bangau yang bermigrasi dan mengancam hewan lain di Israel utara. (AP Photo/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Bangkok Peningkatan kasus Avian Influenza (AI) atau flu burung di seluruh Asia-Pasifik membawa kekhawatiran dunia. Perkembangan terbaru kasus flu burung dinilai sangat mengkhawatirkan.

Setelah periode panjang dengan infeksi manusia yang minim, 13 kasus baru infeksi manusia telah dilaporkan di Kamboja, dengan tambahan kasus di Tiongkok dan Vietnam sejak akhir 2023.

Situasi ini semakin rumit dengan munculnya varian baru virus AI, yang menimbulkan tantangan baru bagi para ilmuwan, otoritas kesehatan masyarakat, tenaga medis, dan masyarakat umum.

Secara global, virus AI H5N1 yang sangat menular telah menyebar lebih luas daripada sebelumnya, bahkan mencapai Amerika Selatan dan Antartika.

Tidak hanya pada burung atau unggas, virus ini juga mulai menginfeksi hewan liar dan domestik baru. Termasuk spesies pemakan bangkai, mamalia laut, hewan peliharaan karnivora, mamalia yang diternakkan untuk diambil bulunya, dan baru-baru ini menyerang ternak ruminansia seperti sapi perah.

Melihat situasi ini, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization/FAO) menyerukan upaya regional yang mendesak untuk memerangi peningkatan kasus flu burung di seluruh wilayah Asia-Pasifik. Seruan ini muncul setelah konsultasi para ahli regional di Bangkok, yang didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Indonesia Miliki Risiko Tinggi Penularan Flu Burung

Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/32023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Beberapa wilayah yang memiliki risiko tinggi penularan flu burung adalah Subwilayah Mekong Raya, Indonesia, dan Filipina.

Ketiga wilayah tengah menghadapi pengawasan ketat akibat keanekaragaman ekologis dan tindakan biosekuriti yang terbatas. Selain tiga wilayah itu, negara lainnya juga tetap berisiko.

Sementara itu, Thailand dan Myanmar belum melaporkan wabah selama bertahun-tahun. Di sisi lain, India, Nepal, dan Bangladesh saat ini tengah berjuang melawan wabah AI.

"Peningkatan terbaru dalam wabah Avian Influenza sangat mengkhawatirkan," ujar Kachen Wongsathapornchai, Manajer Regional FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) mengutip keterangan pers, Selasa (30/7/2024).

Penularan ke Manusia dan Spesies Hewan Baru

Kachen menambahkan, sejak akhir 2023 pihaknya melihat kasus flu burung menunjukkan tren penularan baru, tidak hanya pada unggas tapi pada manusia dan spesies hewan lainnya.

"Sejak akhir tahun 2023, kami melihat peningkatan kasus manusia dan penyebaran virus ke spesies hewan baru. Munculnya varian baru A/H5N1 yang lebih mudah menular meningkatkan ancaman pandemi. Tindakan pencegahan yang segera dan terkoordinasi sangat penting," ujar Kachen.

Pentingnya Respons Terpadu

Maka dari itu, FAO menekankan pentingnya respons yang terpadu. Negara anggota harus bekerja sama untuk menerapkan sistem pengawasan yang komprehensif, dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Melakukan pengurutan genom lengkap untuk melacak penyebaran dan evolusi virus baru.
  • Perlu dibangun kapasitas untuk melakukan diagnosis cepat dan bioinformatika. Pasalnya, hal ini sangat penting untuk menganalisis data virus.
  • Meningkatan upaya berbagi data lintas sektoral sangat penting untuk pendekatan holistik dalam pengendalian penyakit.
  • Pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta harus berkolaborasi dan berbagi informasi secara transparan dan tepat waktu untuk merancang strategi penanggulangan yang efektif.
  • Memperkuat langkah-langkah biosekuriti dalam industri unggas sangat penting, termasuk strategi vaksinasi dan mempromosikan praktik pertanian yang baik.
  • Meningkatkan kesadaran di kalangan penyedia layanan kesehatan dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko penularan dari unggas yang sakit atau mati ke manusia.
  • Memastikan bahwa orang dengan gejala menerima perawatan tepat waktu.

Dengan dedikasi dan dukungan USAID untuk membangun dan memperkuat sistem kesehatan dan komunitas yang tangguh, FAO bekerja sama dengan 13 negara anggota dan mitra di Asia dan Pasifik untuk memperkuat kesehatan hewan dan kapasitas One Health. Dengan tujuan meningkatkan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap ancaman kesehatan di interaksi manusia-hewan-lingkungan.

Infografis Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Flu Singapura. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Flu Singapura. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya