WHO: Jumlah Bayi yang Dapat ASI Eksklusif Meningkat Lebih dari 10 Persen

Jumlah bayi di bawah usia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif meningkat lebih dari 10 persen dalam 12 tahun terakhir.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Agu 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 16:00 WIB
WHO: Jumlah Bayi yang Dapat ASI Eksklusif Meningkat Lebih dari 10 Persen
WHO: Jumlah Bayi yang Dapat ASI Eksklusif Meningkat Lebih dari 10 Persen. Foto: freepik.

Liputan6.com, Jakarta - Pekan ASI Sedunia diperingati setiap 1 hingga 7 Agustus. Tahun ini, Pekan ASI Sedunia mengusung tema “Closing the gap: Breastfeeding support for all.”

Menyambut Pekan ASI 2024, UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan perlunya meningkatkan dukungan menyusui. Pasalnya, menyusui adalah tindakan penting untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan melindungi hak ibu dan bayi untuk bertahan hidup dan berkembang.

WHO menyampaikan, jumlah bayi di bawah usia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif meningkat lebih dari 10 persen dalam 12 tahun terakhir.

Artinya, 48 persen bayi di seluruh dunia kini telah mengawali kehidupan dengan sehat. Angka ini juga menunjukkan ada ratusan ribu bayi yang hidupnya terselamatkan melalui pemberian ASI.

Angka ini semakin mendekati target WHO untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif hingga setidaknya 50 persen pada 2025. Meski begitu, masih terdapat tantangan yang harus diatasi.

Ketika para ibu menerima dukungan yang mereka perlukan untuk menyusui bayinya, semua orang akan merasakan manfaatnya. Meningkatkan tingkat pemberian ASI dapat menyelamatkan lebih dari 820.000 nyawa anak setiap tahunnya, menurut data terbaru yang tersedia.

Selama masa kritis pertumbuhan dan perkembangan awal ini, antibodi dalam ASI dapat melindungi bayi dari penyakit dan kematian. Masa darurat pertumbuhan anak akan terlewati dengan baik jika ASI mudah diakses oleh bayi dan anak kecil.

Menyusui mengurangi beban penyakit pada masa kanak-kanak dan menurunkan risiko beberapa jenis kanker serta penyakit tidak menular bagi ibu,” mengutip keterangan resmi WHO, Senin (5/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banyak Perempuan Tak Terima Dukungan Menyusui Secara Optimal

WHO memperkirakan, 4,5 miliar orang atau lebih dari separuh populasi dunia tidak memiliki cakupan penuh atas layanan kesehatan penting. Sehingga, banyak perempuan tidak menerima dukungan yang mereka perlukan untuk menyusui bayi mereka secara optimal.

Hal ini mencakup akses terhadap nasihat dan konseling kesehatan yang terlatih, penuh empati dan penuh hormat selama perjalanan menyusui.

Pengumpulan data yang andal adalah kunci untuk mengatasi kesenjangan layanan kesehatan dan memastikan ibu dan keluarga mendapatkan dukungan menyusui yang tepat waktu dan efektif.


Pemberian ASI Eksklusif Butuh Regulasi dan Dukungan

Saat ini, hanya separuh dari seluruh negara yang mengumpulkan data mengenai tingkat pemberian ASI.

Untuk mendukung kemajuan, data juga perlu tersedia mengenai tindakan kebijakan yang memungkinkan pemberian ASI seperti kebijakan pekerjaan yang ramah keluarga, regulasi pemasaran produk pengganti ASI, dan investasi dalam pemberian ASI.

Memperbaiki sistem pemantauan akan membantu meningkatkan efektivitas kebijakan dan program menyusui. Serta memberikan masukan bagi pengambilan keputusan yang lebih baik dan memastikan sistem dukungan dapat dibiayai secara memadai.

Jika pemberian ASI dilindungi dan didukung, perempuan mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk menyusui bayinya.


Mendukung Pemberian ASI Eksklusif adalah Tanggung Jawab Semua Pihak

Mendukung perempuan untuk menyusui anaknya adalah tanggung jawab bersama. Keluarga, masyarakat, petugas layanan kesehatan, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan lain semuanya memainkan peran penting dengan: 

  • meningkatkan investasi dalam program dan kebijakan yang melindungi dan mendukung pemberian ASI melalui anggaran nasional;
  • menerapkan dan memantau kebijakan tempat kerja yang ramah keluarga, seperti cuti melahirkan berbayar, waktu istirahat menyusui dan akses terhadap penitipan anak yang terjangkau dan berkualitas baik;
  • memastikan para ibu yang berisiko dalam keadaan darurat atau komunitas yang kurang terwakili, menerima perlindungan dan dukungan menyusui sesuai dengan kebutuhan unik mereka, termasuk konseling menyusui yang efektif dan tepat waktu sebagai bagian dari cakupan kesehatan rutin;
  • meningkatkan pemantauan program dan kebijakan menyusui untuk memberikan informasi dan lebih meningkatkan tingkat pemberian ASI; Dan
  • mengembangkan dan menegakkan undang-undang yang membatasi pemasaran produk pengganti ASI, termasuk praktik pemasaran digital, dengan pemantauan untuk melaporkan pelanggaran kode secara rutin.
Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya