Liputan6.com, Jakarta Target penurunan stunting di angka 14 persen belum kunjung tercapai meski tahun 2024 bakal berakhir kurang dari tiga bulan lagi.
“Saya sebut belum tercapai (target penurunan stunting) karena angkanya masih 21,6 persen. Dan tahun 2024 waktunya hampir habis, sementara targetnya adalah 14 persen,” kata Sekretaris Utama Badan Kependudukan da Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Tavif Agus Rayanto dalam acara bertajuk “Pembelajaran dan Praktik Baik Implementasi Program PASTI” di Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Baca Juga
Melihat angka ini, Pelaksana Tugas Kepala BKKBN, Sundoyo mengatakan bahwa strategi penurunan stunting harus diubah.
Advertisement
“Pola atau strategi penurunan stunting harus kita ubah. Awalnya (dulu) kita lakukan cek, begitu ketemu baru kita lakukan intervensi. Tapi ternyata banyak masukan yang berbeda karena stunting itu mestinya dicegah mulai dari bayi dalam kandungan,” kata Sundoyo.
Ketika melakukan pencegahan stunting pada bayi dalam kandungan, maka yang perlu diperhatikan adalah kualitas antenatal care (ANC) atau kualitas pemeriksaan kehamilan selama sembilan bulan.
Pemeriksaan kehamilan perlu bisa melihat apakah bayi di dalam kandungan memiliki risiko untuk stunting atau tidak.
“Ini (ANC) masih belum maksimal, maka Kementerian Kesehatan menyiapkan USG (ultrasonografi) di beberapa puskesmas. Tujuannya untuk mengetahui, ketika ibu-ibu ini hamil, bayinya ada potensi nggak untuk stunting,” jelas Sundoyo.
Dorong Ibu Hamil Periksa Kandungan ke Puskesmas
Tentu pemeriksaan ibu hamil tak berhenti di situ, lanjut Sundoyo. Hal selanjutnya yang harus diperankan oleh BKKBN adalah bagaimana melakukan advokasi kepada ibu yang sedang hamil agar mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas.
“BKKBN itu punya sumber daya yang luar biasa, karena punya tim pendamping ibu hamil. Ini bisa dimanfaatkan agar ibu-ibu hamil dilatih agar rajin memeriksa kehamilannya ke puskesmas,” ujar Sundoyo.
Dengan memeriksakan kehamilan, maka ibu dapat mengetahui potensi stunting pada bayinya. Jika bayi yang dikandung memiliki risiko stunting, maka ibu harus dipastikan mendapat intervensi salah satunya dengan pemberian makanan bergizi.
Advertisement
Program PASTI
Guna memberi pelatihan pada para pendamping ibu hamil, maka BKKBN bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan program PASTI.
Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia atau PASTI adalah program percepatan penurunan stunting dengan tiga pendekatan utama yakni:
- Intervensi gizi terpadu berbasis konteks lokal dan komunikasi perubahan perilaku yang menyasar keluarga berisiko stunting.
- Peningkatan kesadaran terkait stunting bagi remaja dan calon pengantin.
- Penguatan kelembagaan antar pemangku kepentingan.
Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
Program PASTI adalah program kemitraan BKKBN dengan berbagai pihak seperti Wahana Visi Indonesia untuk mengakselerasi percepatan penurunan stunting dan perbaikan status gizi di Indonesia hingga Januari 2027.
Program ini didukung oleh USAID, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PT Bank Central Asia Tbk, dan Yayasan Bakti Barito yang diimplementasikan oleh Yayasan Wahana Visi Indonesia.
Program PASTI mencakup berbagai wilayah di Indonesia seperti Kalimantan Barat, Banten, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Advertisement