Peneliti Dorong Kebijakan Berbasis Riset untuk Mitigasi Malaria di IKN

Para peneliti mendorong kebijakan berbasis riset untuk mitigasi penyakit tular vektor di Ibu Kota Negara (IKN).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Des 2024, 08:17 WIB
Diterbitkan 13 Des 2024, 08:17 WIB
Peneliti Dorong Kebijakan Berbasis Riset untuk Mitigasi Malaria di IKN
Peneliti Dorong Kebijakan Berbasis Riset untuk Mitigasi Malaria di IKN (Foto: Kementerian PUPR).

Liputan6.com, Jakarta Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan masih dalam proses pembangunan. IKN tak hanya harus aman dari sisi infrastruktur tapi juga terhindar dari risiko penyakit tular vektor seperti malaria.

Terkait hal ini, Peneliti Geospatial and Epidemiology Program Manager, Oxford University Clinical Research Unit, Iqbal Elyazar menyatakan bahwa para peneliti mendorong kebijakan berbasis riset untuk mitigasi penyakit tular vektor.

“Dengan berfokus pada isu-isu mendesak seperti eliminasi malaria, kami bertujuan mendorong kebijakan berbasis riset, seraya menciptakan perubahan yang berarti di berbagai tingkat wilayah,” kata peneliti senior itu dalam keterangan pers, Jumat (13/12/2024).

“Kebutuhan akan strategi adaptif, terutama terkait ambisi Indonesia bebas malaria pada 2030, menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang lebih informatif dan kolaboratif dalam mitigasi malaria di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Dalam keterangan yang sama, Vice President of Research Monash University, Indonesia, Alex Lechner, mengatakan bahwa urbanisasi yang cepat dan perubahan iklim menghadirkan tantangan signifikan bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah rentan malaria seperti Indonesia.

“Penelitian kolaboratif dan solusi inovatif sangat penting untuk mengatasi dampak kesehatan dan lingkungan dari proyek infrastruktur skala besar seperti di IKN. Kami di Monash University, Indonesia, berkomitmen untuk terlibat aktif mengintegrasikan desain tata kota dengan pertimbangan ekologi dan kesehatan, guna mempromosikan masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan," paparnya.

Kajian Terbaru Soal Mitigasi Malaria di IKN

Baru-baru ini, kajian yang dipublikasi di jurnal Nature Communications menyoroti upaya mitigasi risiko penularan malaria dan penyakit yang ditularkan melalui vektor (nyamuk) seperti demam berdarah, zika, chikungunya, dan Japanese Encephalitis.

Kajian berjudul “Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia” diketuai Associate Professor dan koordinator program Master of Public Health, Monash University, Indonesia, Dr Henry Surendra.

Kajian ini dilakukan bersama peneliti senior termasuk Iqbal Elyazar dan Associate Professor and Co-lead of the Climate, Environment and Health Programme, Saw Swee Hock School of Public Health, National University of Singapore, Dr Kimberly Fornace.  

Melibatkan pula berbagai pemangku kepentingan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, WHO Indonesia, dan UNICEF Indonesia.

“Terlepas dari keberhasilan mengendalikan penularan malaria di IKN, Kementerian Kesehatan bersama Otoritas IKN dan pemerintah daerah setempat tetap menaruh perhatian besar dalam upaya mitigasi risiko kasus malaria,” kata Manajer Program Malaria Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr Helen Prameswari mengutip keterangan yang sama.

“Salah satu buktinya adalah melalui pembentukan Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei lalu, yang menyasar populasi pekerja konstruksi, buruh migran, dan pekerja kehutanan setempat. Diperlukan juga kerja sama lintas ilmu dan lintas sektor, mulai dari pusat sampai daerah,” tambahnya.

Upaya Penanganan Penyakit Tular Vektor di IKN Perlu Dioptimalkan

Untuk mengoptimalkan upaya penanganan malaria dan penyakit tular vektor lainnya, Henry dan tim merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia berkontribusi terhadap penyebaran penyakit.

Dengan kemajuan teknologi seperti data satelit dan perangkat AI, ada potensi untuk memantau perubahan secara real-time dan menyempurnakan rencana tata ruang untuk mengurangi risiko kesehatan pada pembangunan kota seperti IKN.

“Mengingat skala pembangunan IKN dan potensi dampaknya di seluruh Kalimantan Timur, penting bagi para pemangku kepentingan terkait untuk membina kolaborasi lintas batas dengan provinsi sekitar dan juga negara tetangga. Pendekatan multidisiplin akan memastikan bahwa tantangan kesehatan, ekologi, dan sosial ditangani secara komprehensif,” jelas Henry.

Dorong Petumbuhan Perkotaan yang Berkelanjutan

Secara keseluruhan, pembangunan IKN menawarkan peluang penting dalam mengintegrasikan langkah-langkah pengawasan dan pengendalian penyakit menular ke dalam proyek infrastruktur berskala besar.

Berbagai langkah antisipatif yang telah dilakukan dapat menjadi contoh bagi pembangunan ibu kota di negara-negara lain di masa depan, yang mungkin menghadapi tantangan lingkungan serupa seperti di IKN.

Langkah-langkah tersebut juga bisa menjadi panduan bagi kota-kota lain dalam membantu mengurangi risiko penyakit menular sekaligus mendorong pertumbuhan perkotaan yang berkelanjutan.

infografis beda DBD dan Malaria
Apa bedanya DBD dan Malaria?
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya