[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: 4 Hal tentang HMPV

Prof Tjandra Yoga Aditama membahas 4 hal penting mengenai HMPV, termasuk penemuannya, hubungan dengan AMPV, klarifikasi hoaks, dan perbedaan dengan COVID-19.

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 04 Jan 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2025, 19:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama mengulas 4 fakta penting tentang HMPV, dari penemuan awalnya, hubungan dengan AMPV, klarifikasi hoaks di China, hingga perbedaannya dengan COVID-19.
Prof Tjandra Yoga Aditama mengulas 4 fakta penting tentang HMPV, dari penemuan awalnya, hubungan dengan AMPV, klarifikasi hoaks di China, hingga perbedaannya dengan COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga awal 2025, masih banyak pemberitaan di media massa tentang kenaikan kasus infeksi saluran napas di China, yang disebut-sebut disebabkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV). Ada empat hal yang dapat disampaikan untuk melengkapi lima hal yang telah saya sampaikan sebelumnya.

Pertama, HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 dengan judul 'A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease'. Setelah itu, ditemukan pula laporan-laporan serupa dari berbagai negara, seperti Norwegia, Rumania, Jepang, dan tentu saja China.

Bahkan, para peneliti memperkirakan bahwa sebelum laporan resmi pada 2001, HMPV sudah beredar selama puluhan tahun. Jadi, HMPV bukanlah virus yang baru ditemukan.

Kedua, kata "human" dalam HMPV merujuk pada fakta bahwa ada juga AMPV (Animal Metapneumovirus). AMPV pertama kali ditemukan pada tahun 1978 di Afrika Selatan dan awalnya diberi nama "Turkey Rhinotracheitis Virus" (TRTV), kemudian disesuaikan menjadi Animal Metapneumovirus (AMPV).

AMPV ini merupakan penyakit yang menyerang unggas dan memiliki empat subtipe, yaitu A sampai D. Para pakar berpendapat bahwa infeksi manusia akibat HMPV tampaknya merupakan evolusi dari AMPV subtipe C.

 

Hoaks tentang Virus HMPV

Ketiga, belakangan beredar hoaks di berbagai grup WhatsApp (WAG) yang menyebutkan bahwa China telah mengumumkan "state of emergency" akibat infeksi berbagai virus seperti influenza A, HMPV, Mycoplasma pneumoniae, dan COVID-19.

Hal ini tidak benar, karena tidak ada satu pun sumber resmi dari pemerintah China atau WHO yang menyebutkan adanya pernyataan "state of emergency". The Economic Times dalam edisi kemarin secara tegas menulis,“Neither Chinese health officials nor the World Health Organization (WHO) have confirmed an epidemic or state of emergency.”

Keempat, banyak pembicaraan yang mencoba menyamakan infeksi HMPV dengan COVID-19. Ini tentu pernyataan yang tidak tepat, setidaknya karena tiga alasan.

  1. Seperti yang telah disebutkan, HMPV bukan virus atau varian baru. Virus ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, sementara COVID-19 adalah varian baru dari virus korona.
  2. Gejalanya memang mirip, seperti batuk, demam, sesak napas, dan nyeri dada, yang dapat memburuk hingga memerlukan perawatan rumah sakit. Perlu diingat bahwa gejala infeksi saluran napas dan paru-paru memang cenderung serupa.
  3. Ada yang mengaitkan peningkatan kasus HMPV di China dengan COVID-19. Ini juga tidak tepat, karena peningkatan kasus infeksi saluran napas memang sering terjadi, terutama di musim dingin di negara empat musim seperti China.

Oleh karena itu, kita tidak bisa terlalu cepat menghubungkan kenaikan kasus HMPV ini dengan COVID-19, meskipun kita tetap harus waspada.

Prof. Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya