Pakar Gizi Sarankan Susu Bebas Gula Pasir dalam Program Makan Bergizi Gratis

Bukan susu rasa stroberi atau cokelat. Pakar sarankan susu plain bebas gula pasir dalam program makan bergizi gratis.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 16 Jan 2025, 08:02 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 07:00 WIB
makan bergizi gratis, siswa, sekolah, bandung
Susu dalam program makan bergizi gratis sebaiknya plain bebas gula pasir. (Dok. Pemkot Bandung)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pakar gizi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tria Astika Endah, mengatakan bahwa susu merupakan komponen penting dalam program Makan Bergizi Gratis. Namun, ia menyarankan agar susu yang diberikan adalah rasa plain atau tanpa rasa yang bebas dari gula pasir.

"Seharusnya tidak ada di situ gula pasir atau sukrosa," kata Tria dalam diskusi mengenai susu di Jakarta Selatan pada Rabu, 15 Januari 2024.

Menurutnya, susu yang diberikan ke anak bebas gula pasir itu adalah syarat mutlak. Bila diberikan susu dengan aneka rasa seperti stroberi, cokelat atau vanila hal itu biasanya ditambahkan gula pasir ke dalamnya.

Bila anak diberikan susu mengandung gula pasir hal tersebut bisa berbahaya bagi anak dalam 20 tahun mendatang. Bukannya mendapatkan hasil untuk mengatasi stunting tapi malah timbul masalah baru seperti obesitas dan diabetes.

"Khawatir risiko untuk ke depannya bukannya menyelesaikan amsalah tapi muncul masalah baru. Investiasi yang kita harapkan yakni mengatasi stunting tapi malah muncul masalah baru," kata Tria.

Saran Tria ini disampaikan lantaran pernah melihat saat ada pilot project dalam program MBG beberapa waktu lalu. Ia melihat anak-anak diberikan susu UHT dengan kandungan gula yang tinggi.

"Yang kerap ditemukan adalah beberapa jenis susu yang kandungan gula hampir mencapai 20 gram dalam bentuk susu UHT," katanya.

Padahal, dalam satu hari asupan gula anak maksimal 30 gram. Jika dalam satu kali minum susu sudah masuk 20 gram, belum lagi ketambahan gula dari makanan atau minuman lain maka besar kemungkinan anak kelebihan gula.

Hal senada disampaikan dokter spesialis anak Huminsa Ranto Morison Panjaitan di kesempatan yang sama. Ranto mengungkapkan konsumsi gula bagi anak harusnya maksimal 10 persen dari kalori sehari.

Apabila lebih dari itu dalam jangka waktu panjang, bisa berdampak terhadap munculnya penyakit kencing manis hingga jantung. 

Pastikan Susu yang Diberikan Benar-Benar Susu

Pakar gizi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tria Astika Endah, bahas tentang susu plain dalam program MBG.
Pakar gizi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tria Astika Endah, bahas tentang susu plain dalam program MBG.... Selengkapnya

Tria juga mengingatkan agar dalam program MBG diberikan susu yang benar-benar susu. Bukan minuman rasa susu.Ia sempat juga melihat pada saat pilot project ditemukan minuman rasa susu yang diberikan ke siswa.

"Jadi rasa susu bukan susu. Minuman dikasih air dikasih gula dan perisa. Ada susu? Ada tapi sedikit," katanya.

Namun, minuman rasa susu seperti itu tidak memenuhi kebutuhan gizi untuk anak yang tumbuh dan berkembang.

Susu Itu Apa? Ini Definisi Susu yang Tepat

Tria mengatakan bahwa susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina seperti sapi, kambing, kuda.

Sehingga, susu daun kelor atau susu almond atau susu oat itu sebenarnya bukan susu. Pelabelan susu pada produk tersebut hanya untuk memudahkan saja penyebutan.

Sementara itu, susu yang berasal dari sapi, kambing atau binatang mamalia lainnya mengandung kalsium dan fosfor untuk pembentukan tulang usia anak-anak. Susu juga mengandung protein, dan asam lemak esensial seperti omega 3, omega 6, DHA yang diperlukan untuk perkembangan otak.

Susu juga merupakan sumber protein yang mendukung tumbuh dan kembang anak. 

“Susu adalah makanan kaya gizi yang lezat, memberikan nilai penting untuk makanan bergizi gratis di sekolah, menyehatkan dan disukai secara umum oleh siswa,” kata Tria

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya