Liputan6.com, Jakarta - Sepekan lebih program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan. Ini adalah program yang memiliki tujuan meningkatkan gizi anak, ibu hamil, dan balita.
Menurut Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, cakupan penerima manfaat yang besar, ditambah dengan anggaran yang signifikan, harus didukung oleh ekosistem yang memadai.
Baca Juga
Dia menilai, MBG bukan sekadar memberikan makanan bergizi kepada penerima manfaat. Dengan ekosistem yang dibangun, program ini tidak berhenti hanya pada pemberian makanan.
Advertisement
Program ini juga mencakup pemberdayaan petani dan peternak, penyediaan dapur yang dikelola ahli gizi serta didukung masyarakat sebagai juru masaknya, hingga memastikan makanan bergizi tersaji di depan penerima manfaat.
“Dari konsepnya, MBG ini adalah program dari hulu ke hilir yang sangat baik. Program ini membentuk ekosistem untuk memastikan masyarakat mendapatkan makanan bergizi. Oleh karena itu, kita perlu mendukung bersama agar program ini berkelanjutan,” ujar Edy dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (16/1/2025).
Politisi PDI Perjuangan ini juga mengingatkan bahwa ada program di kementerian lain yang memiliki tujuan serupa. Misalnya, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang selama ini berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Serta program percepatan penurunan stunting yang sebelumnya dikomandoi BKKBN dan kini menjadi bagian dari Kemendukbangga.
PMT dan MBG Miliki Visi yang Sama
Menurut Edy, program MBG memiliki visi yang sama dengan PMT dan penurunan stunting BKKBN.
“Program-program ini memiliki visi yang sama, yaitu untuk meningkatkan gizi masyarakat. Program yang sudah berjalan tentu memiliki pengalaman dan ekosistem yang dapat diterapkan di MBG,” jelas Edy.
Edy juga mencontohkan keberadaan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang selama ini menjadi andalan dalam penyuluhan hingga deteksi dini stunting. TPK terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader KB dengan jumlah sekitar 200.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
“TPK sudah mengenal wilayahnya dengan baik, termasuk siapa yang berisiko stunting dan siapa yang sudah mengalami stunting. Mereka bisa direkrut oleh Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG). Saya yakin mereka memahami karakteristik wilayah masing-masing,” tambah legislator dari Dapil Jawa Tengah III ini.
Advertisement
Pentingnya Sinkronisasi Pendanaan MBG
Selain potensi kolaborasi dalam program dan sumber daya manusia (SDM), Edy juga menyoroti pentingnya sinkronisasi pendanaan.
Seperti diketahui, MBG membutuhkan anggaran yang besar. Komisi IX telah menyetujui alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun untuk tahun ini.
Sementara itu, anggaran percepatan penurunan stunting nasional pada tahun 2024 mencapai Rp188,3 triliun, termasuk belanja K/L dan dana alokasi khusus.
“Sharing program dan sharing anggaran untuk bersama-sama meningkatkan kualitas gizi masyarakat sangat mungkin dilakukan. Apalagi Komisi IX adalah mitra dari BGN, Kemenkes, dan Kemendukbangga. Sinergi ini dapat kami diskusikan lebih lanjut,” ucap Edy.
MBG Harus Tetap Pegang Prinsip Gizi Seimbang
Seperti disampaikan sebelumnya, Program MBG telah berjalan lebih dari sepekan. Pelaksanaan program besutan Presiden Prabowo Subianto ini mendapat evaluasi dari berbagai pihak termasuk kalangan dokter gizi.
Dalam kesempatan lain, dokter spesialis gizi klinik sub spesialis nutrisi pada kelainan metabolisme gizi, Ida Gunawan, menyampaikan bahwa program MBG perlu tetap kembali pada prinsip gizi seimbang.
“Kalau makan bergizi gratis kan yang dikhawatirkan nanti menunya enggak cocok atau enggak memenuhi efek gizi. Prinsipnya kembali ke gizi seimbang jadi pada waktu memberikan makan itu ada yang namanya karbohidrat dan saya lihat gambarnya ada nasi kan karbohidrat,” kata Ida kepada Health Liputan6.com di Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Ida juga melihat, dalam pemberian MBG, ada protein hewani dan nabati. Protein hewaninya ayam teriyaki dan nabatinya tahu.
“Kemudian ada seratnya, untuk mendapat vitamin dan mineral mereka dapatnya dari sayur-sayuran, tumis kacang panjang. Kemudian buahnya saya lihat ada jeruk dan tinggal airnya. Saya pikir itu udah memenuhi kriteria gizi seimbang, so it’s ok,” paparnya.
Ida berharap, program MBG ini terus dilakukan karena pemberian makanan bergizi gratis bukan hanya bertujuan memperbaiki gizi, tapi ada sesuatu yang perlu diajarkan kepada anak.
“Mereka lihat, yang namanya gizi seimbang itu seperti apa, selama ini kan hanya foto-foto. Mereka lihat makanan gizi seimbang tuh seperti itu, jadi ada yang diajarkan,” ucapnya.
Advertisement