Program Revolusi Makan Siang untuk Dukung Siswa Dapat Makan Bergizi dan Lezat di Sekolah

Liputan6.com, Jakarta - Solusi mengatasi masalah gizi siswa bisa datang dari mana saja, termasuk pelaku sektor perhotelan seperti Grup Archipelago. Memanfaatkan dapur hotel dan restoran yang tidak beroperasi di malam hari, jaringan hotel tersebut meluncurkan program Revolusi Makan Siang untuk mendukung Makan Bergizi Gratis yang diinisiasi pemerintah.

Program itu mereplikasi program farm-to-table yang dijalankan di Amerika Serikat. Sekolah bekerja sama dengan petani lokal dan chef untuk menyajikan makanan segar sambil mengedukasi siswa tentang pentingnya gizi dan keberlanjutan.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Rabu, 16 April 2025, CEO Archipelago John Flood menerangkan bahwa pihaknya menerapkan konsep satu sekolah, satu mitra kuliner. Sebagai mitra, pihaknya bertanggung jawab menyediakan makanan sehat dan higienis bagi siswa setiap hari. 

Kolaborasi antara sekolah dan industri perhotelan, dinilainya, membawa keuntungan besar bagi kedua belah pihak. Sekolah dapat menyediakan makan siang berkualitas tanpa harus memiliki dapur sendiri. Dengan konsep kantin langsung, siswa juga dapat merasakan pengalaman makan yang lebih menarik dan sehat.

Bagi industri perhotelan, program ini menjadi wujud tanggung jawab sosial sekaligus peluang bisnis baru. Terlebih, mereka memiliki keahlian dalam kebersihan, manajemen makanan, dan kualitas kuliner. 

"Dengan memanfaatkan dapur dan tenaga kerja di luar jam sibuk, hotel dan restoran dapat memperoleh pendapatan tambahan dan meningkatkan citra positif di masyarakat," katanya. Archipelago sudah memulainya sebagai program uji coba.

Percobaan dilakukan di UPT SDN Kosambi, Kampung Kosambi 2, Desa Karang Suraga, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Sekolah dasar di Kabupaten Serang, Banten itu memiliki 200 siswa dari kelas 1 hingga 6. Program ini tidak hanya fokus pada pemberian makanan bergizi, tetapi juga melibatkan edukasi tambahan, seperti:

1. Menghindari penggunaan kotak makanan plastik atau kemasan plastik tak terurai.

2. Mengajarkan siswa untuk mencuci alat makan sendiri dan membawa alat makan pribadi.

3. Mengajarkan siswa membawa tumbler atau botol minum sendiri untuk mengurangi sampah.

4. Mengundang siswa ke hotel untuk melihat proses memasak sebagai bagian dari edukasi.

5. Mendorong kebiasaan makan yang lebih sehat dengan menyajikan makanan berbahan alami tanpa proses berlebih dan tanpa gorengan.

Tidak hanya siswa yang dilibatkan, guru sebagai wakil orangtua di sekolah juga diikutsertakan dalam program Revolusi Makan Siang Sekolah. Mereka bertanggung jawab dalam proses pembagian makanan yang bertujuan untuk menciptakan kebersamaan dan menambah wawasan terhadap pengolahan makanan bergizi. Sekolah juga diminta untuk menyediakan dispenser untuk siswa mengisi ulang botol minumnya. 

"Jika diterapkan lebih luas, konsep ini dapat merevolusi pola makan di sekolah-sekolah Indonesia. Anak-anak tidak hanya mendapatkan gizi yang lebih baik, tetapi juga belajar tentang pentingnya kebersihan, keberlanjutan, dan gaya hidup sehat," kata Flood.