Liputan6.com, Jakarta - Kematian mendadak pada anak adalah kejadian tragis yang meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Penyebabnya beragam, tidak hanya Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) yang sering terdengar, tetapi juga kondisi lain yang mungkin kurang dikenal, seperti Sindrom Brugada. Artikel ini akan mengulas penyebab kematian mendadak pada anak, faktor risiko yang harus diwaspadai, serta langkah pencegahan yang bisa dilakukan.
SIDS: Kematian Mendadak pada Bayi yang Masih Misterius
SIDS adalah penyebab utama kematian mendadak pada bayi di bawah usia satu tahun. Hingga kini, penyebab pastinya masih menjadi misteri medis. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya SIDS.
Faktor Risiko SIDS
- Faktor intrinsik (dari dalam tubuh bayi): Gangguan otak, berat badan lahir rendah, infeksi pernapasan, kelainan genetik, serta jenis kelamin (bayi laki-laki lebih berisiko).
- Faktor ekstrinsik (lingkungan): Posisi tidur yang tidak aman (terlentang lebih disarankan), suhu ruangan terlalu panas atau dingin, tidur bersama orang tua, paparan asap rokok, serta riwayat keluarga dengan SIDS.
Untuk mencegah SIDS, penting bagi orang tua untuk selalu menidurkan bayi dalam posisi telentang di tempat tidur yang aman, tanpa bantal atau selimut tebal, seperti dikutip dari Childrens pada Jumat, 7 Maret 2025.
Selain itu, hindari merokok di sekitar bayi dan pastikan suhu ruangan tetap nyaman.
Advertisement
Sindrom Brugada: Penyebab Lain Kematian Mendadak pada Anak
Selain SIDS, kematian mendadak pada anak juga bisa disebabkan oleh Sindrom Brugada. Menurut dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.J.P Subsp.Ar (K), FIHA, dari RS Pondok Indah, sindrom ini merupakan gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
Apa Itu Kelainan Sindrom Brugada?
Sindrom Brugada adalah kelainan genetik yang memengaruhi kanal ion natrium di jantung, menyebabkan gangguan irama jantung yang berpotensi fatal. Penyakit ini lebih sering ditemukan di Asia Tenggara dan lebih banyak menyerang laki-laki, mulai dari anak kecil hingga usia 70-an.
Gejala utama Sindrom Brugada sering kali muncul saat tidur dan dapat menyebabkan pingsan mendadak hingga kematian mendadak. "Di sebuah desa di Thailand, banyak penduduk laki-laki yang mengalami kondisi ini," kata dr. Dony, menyoroti betapa seriusnya Sindrom Brugada.
Karena risiko tinggi kematian saat tidur, penduduk desa tersebut memilih begadang atau ronda malam sebagai langkah pencegahan. Sayangnya, di Indonesia, Sindrom Brugada masih sering tidak terdiagnosis karena pemeriksaan kesehatan belum seketat di negara maju.
Bagaimana Mendeteksi Sindrom Brugada?
Sindrom Brugada sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga sulit terdeteksi. Namun, orang tua perlu waspada jika anak mengalami:
- Pingsan mendadak tanpa sebab yang jelas
- Riwayat keluarga dengan kematian mendadak atau gangguan jantung
Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) dapat membantu mendiagnosis kondisi ini sejak dini. Jika terdapat riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kematian mendadak, sebaiknya lakukan pemeriksaan medis lebih lanjut.
Advertisement
